3. Mulai mendekati

934 117 4
                                    

"Jangan salahkan aku jika aku mendekatimu, kamu yang membuatku penasaran akan sikap dinginmu"
                                  -Vanesha Arletha

🍋🍋🍋

"Dari mana saja kamu?" Suara baraton itu menghentikan langkah Iqbaal, hanya berhenti tidak sama sekali menoleh apalagi menjawab pertanyaan yang menurutnya tidak penting itu.

"Kalau saya tanya itu jawab! Mau jadi anak durhaka kamu?!" Bentakan demi bentakan kini di terima oleh Iqbaal, namun tak sama sekali membuat Iqbaal goyah, pemuda itu malah tersenyum miring dan mengepalkan tangannya hingga kukunya memutih.

"Oh, ternyata kamu masih menganggap saya anakmu? Kemana saja kamu selama ini? Bahkan dari kecilpun saya tidak pernah sama sekali mendapat kasih sayangmu sedikitpun" Ujarnya santai namun dipenuhi dengan rasa sakit yang tidak dapat di definisikan. terlihat jelas bahwa dirinya memendam kekecewaan yang begitu mendalam.

Haris, pria paruh baya itu mengepalkan tangannya ia menatap Iqbaal dengan amarah yang memuncak dengan nafas yang naik turun.

Sedetik kemudian, ia hampir melayangkan satu tinjuan, hampir saja mengenai rahang pria itu, namun sebisa mungkin ia tahan dan menurunkan tangannya kembali dengan nafas yang tidak teratur.

Iqbaal dengan muka datarnya, tersenyum tipis.

"Kenapa tidak jadi? Pukul saya" dengan nada dinginnya pria itu menatap Haris dengan datar namun memiliki kesedihan di dalamnya.

"Sialan!"

PRANG!!!

Haris, memecahkan gelas yang berada di dekatnya. Terlihat banyak pecahan gelas kini berserakan di lantai.

"Anak tidak tau di untung kamu! Pergi saja kamu, saya tidak butuh anak sepertimu!"

Dengan satu hentakan, Haris melangkahkan pergi dari tempat itu dengan amarah yang menggebu-gebu, tidak dapat didefinisikan lagi bahwa dirinya benar-benar murka dengan anak semata wayangnya.

Tes, satu titik air mata lolos dari pelupuk mata Iqbaal pemuda itu mengepalkan tangannya dan menatap pecahan kaca yang kini berserakan di lantai. Iqbaal, menghapus air matanya.

"Dan kini saya sendiri lagi tanpa kasih sayang mereka, yang ku sebut Orang Tua"

🍋🍋🍋
"Nama lo siapa?"

Sedaritadi Sasha tidak henti-hentinya mensejajarkan langkahnya dengan Iqbaal, namun Iqbaal berusaha menghindar dari Sasha dengan melangkahkan kakinya dengan cepat tanpa menoleh sedikitpun kepada gadis tersebut. Biar saja, Iqbaal tidak peduli toh suruh siapa membuntuti dirinya.

Sasha, mendengus. Lagi-lagi ia tertinggal sedikit lebih jauh, namun bukan Sasha namanya kalau tidak dapat yang ia mau. Bagaimanapun caranya ia harus mendekati Iqbaal, harus.

Rasa penasarannya terhadap Iqbaal sangatlah besar, maka dari itu ia harus mendekati manusia es seperti dirinya. Sulit memang, harus mencairkan es batu seorang Iqbaal Allaska.

Lagi, dan lagi. Sasha tertinggal jauh dengan Iqbaal. Berdecak, sedetik kemudian ia tersenyum miring ia tahu apa yang harus ia lakukan.

Sasha menjatuhkan dirinya, meringis itu yang ia lakukan.

"Aww, kaki gue sakit, kayaknya keseleo deh tolongin dongg"

Nihil, Iqbaal sama sekali tidak bergeming. Ia terus melanjutkan jalannya tanpa menoleh sedikitpun.

Sial, Sasha mengepalkan tangannya. Ia kesal, sangat. Mengapa Iqbaal mengabaikannya? Padahal banyak lelaki yang mengantri padanya. Ini aneh sekali!

"Tolong dong! Gue di dorong sama cowok itu! Sakit banget sampai memar gini kaki gue tolong!" Sasha dengan suara cemprengnya itu mampu membuat koridor yang tadinya ramai seketika hening.

Iqbaal membolakan matanya. Apa?! Mendorongnya?! Yang benar saja!

Dengan langkah kesal, Iqbaal menghentakan kakinya dan memutar balik arah menuju cewek aneh yang selama seharian ini membuntuti dirinya.

Sasha, tersenyum miring. Dia berhasil!

Iqbaal kini sudah berada di depannya, dengan mata tajam coklat yang kini menatap Sasha dengan sadis, seakan-akan dirinya akan ditelan hidup-hidup.

"Hai, gendong gue dong! Sakit nih" ujar Sasha dengan raut muka yang ia buat-buat

"Ga" 1 kata dengan nada dinginnya.

"Kalo lo gamau gendong gue ke UKS gue bakalan teriak kalau bisa gue pinjem toanya pak suripto terus teriak dan bilang kalau lo itu hamilin gue dan lo gamau tanggung jawab!" Ujarnya sok sedih.

Sekali lagi, Iqbaal ingin sekali menelan hidup-hidup makhluk aneh di depannya kini. Menghamilinya? Pemitnahan macam apalagi ini?!

Menjengkelkan!

Oke baiklah, iqbaal sekarang mengalah. Ia lebih baik mengikuti permainnan gadis aneh ini, daripada ia menjadi bulan-bulanan, bisa-bisa nama baiknya tercoreng hanya karena gadis aneh ini.

Iqbaal menghela nafasnya, menatap datar gadis aneh ini.

"Mau lo apa?" Dingin dan menusuk, itu yang pantas untuk seorang Iqbaal Allaska.

Tersenyum sumringah ia bahagia, sungguh!

"Lo gendong gue dulu dong ke UKS, nanti gue kasih tau mau gue apa" jawabnya dengan muka yang sok imut.

Dengan terpakasa, sangat dan sangat. Iqbaal menggendong Sasha. Karna ia tidak mau gadis aneh ini semakin membuatnya geram dan membuat namanya tercoreng, ia terpaksa menuruti gadis aneh tersebut.

Selama Iqbaal menggendong Sasha menuju UKS, mereka menjadi sorotan siswa-siswi, banyak yang menatapnya kaget, aneh, dan ambyar, bagaimana tidak? Seorang Iqbaal Allaska menggendong seorang gadis! Moment yang sangatlah langka!

Banyak gadis-gadis yang menatapnya gemas, marah, sedih, campur aduk dan banyak lagi.

Sialan! Iqbaal mengumpat gadis aneh yang saat ini belum diketahui namanya itu.

Sedangkan Sasha tersenyum sumringah.


Hi, aku kembali! Jangan lupa kasih bintangnya ya! Komen jugaa, biar aku cepat next ceritanya!❤️


Lemonade Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang