10. Terimakasih, Hujan!

883 142 46
                                    

Hallo, aku kembali membawa yang gemas-gemas! Semoga kalian suka ya sama chapter yg aku buat 🥰🍋

🍋🍋🍋
"Apa buku lebih menarik dari Sasha, Iqbaal?"
-Vanesha Arletha
🍋🍋🍋

Seorang gadis tengah menatap rintikkan hujan yang mengguyur kota Jakarta. Rintik-rintik air hujan yang sesekali dibawa angin itu berkelok-kelok tak tentu arah kemana ia akan turun. Membuat jalanan becek dan udara menjadi dingin.

Bel tanda pulang sudah berbunyi sekitar 15 menit yang lalu, Sasha menghembuskan nafasnya berat karena seperti biasanya Vano, kakaknya itu datang terlambat menjemputnya karena kelasnya belum berakhir, mungkin satu jam lagi.

"Bang Vano kebiasaan, gak pernah ngabarin dulu kalau kelas belum selesai. Tau gitu, Sasha bisa naik gojek tadi, mana hujan lagi" Cibirnya memanjukan bibirnya, seakan-akan ia sedang berbicara dengan seseorang disana.

"Gue duluan, baal!" Ujar Bram sambil menaikki motor ninja berwarna merahnya yang terparkir di dekat sekolah.

Iqbaal, menatap heran Bram yang kini sudah menyalakan motornya. Bram yang tau arti tatapan itu pun membuka suara.

"Gue buru-buru baal, Sorry gue gak bisa ikut kumpulan hari ini, nyokap gue sendirian di rumah" Ujarnya menebak fikiran Iqbaal

Iqbaal hanya mengangguk paham, meskipun mereka sudah menjadi rutinitas untuk berkumpul di markas, namun menurut mereka Orang Tua yang harus di nomor satukan.

Lalu Bram melesat pergi dari hadapan Iqbaal. Tadi Iqbaal dan juga teman yang lainnya sedang bermain basket disekolah namun yang lainnya sudah pulang ke markas duluan sebelum hujan dan kini hanya tersisa Iqbaal dan Bram saja.
Ketika Iqbaal ingin menaikki motor untuk pergi ke markas, ia melihat seseorang yang tak asing, orang tersebut sesekali mengumpat kesal ketika menatap layar handphone miliknya.

Iqbaal memicingkan matanya berusaha untuk memperjelas siluet wajah orang tersebut. Gadis aneh? Ngapain dia disitu sendirian? Fikirnya setelah Iqbaal mengetahui wajah orang tersebut.

Iqbaal terdiam sebentar, memandangi objek yang kini menjadi sasarannya. Sesekali gadis tersebut menyatukan kedua telapak tangannya kedalam sebuah genggaman, lalu meniup-niup genggamannya tersebut berusaha untuk menyalurkan hawa hangat sambil menatap kesana kemari menunggu seseorang yang datang menjemputnya, mungkin.

Setelah menatap hampir 15 menit, tidak ada perubahan apapun, tidak ada orang yang datang menjemputnya juga. Entah mengapa dalam diri seorang Iqbaal Allaska ia merasakan ada gelenjar aneh dalam dirinya, ia merasa--sedikit khawatir? Mungkin.

Iqbaal berusaha menepis rasa khawatir terhadap Sasha, ia menepis fikiran itu jauh-jauh. Iqbaal ingin menyalakan motor yang sedaritadi ia taikki tanpa ia nyalakan, untuk apa juga ia berdiam diri disitu, fikirnya.
Namun hujan semakin lebat disertai angin kencang, petirpun saling bersahutan sehingga membuat hujan sore itu kian mencekam.

Iqbaal terkesimak, melihat Sasha semakin kedinginan dan ketakutan. Iqbaal menelan ludahnya susah payah, kemudian ia turun dari motor yang sedaritadi ia taikki dan pergi menuju Sasha dan mencari alibi ketika gadis itu bertanya.

Iqbaal merogoh saku celananya, mengambil handphone miliknya dan menghubungi seseorang disebrang sana. Setelah tersambung oleh orang disebrang sana Iqbaal berucap, "Hari ini kumpulan dibatalkan!" Ujarnya secara sepihak dan sedikit meninggikan suaranya karena suara petir yang masih menggelegar sambil menatap objek yang kini membuat hatinya tak tenang. Iqbaal langsung mematikan panggilan tersebut tanpa mengizinkan seseorang disebrang sana membuka suara.

Lemonade Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang