“Seperti keinginan Anda, Paduka,” lapor Jancer, “Minggu lalu kami sudah mengirim Todd dan bawahannya ke kepolisian Loudline. Menurut kabar yang kami terima dari Wayne, polisi sudah bergerak meringkus kawanan Todd yang belum tertangkap. Paling lambat Selasa mendapat mereka akan dihadapkan ke pengadilan."
“Kami juga telah menambahkan kesaksian Eleanor dan Mathias pada laporan itu,” kata Derrick pula.
“Pekerjaan bagus,” puji Quinn sambil merapikan kembali tumpukan kertas yang baru dibacanya.
“Apakah ini baik?” tanya Jancer, “Kita tidak memberi keputusan yang jelas tentang keterlibatan Duke Binkley.”
“Biar pengadilan yang memutuskan,” jawab Quinn, “Tugas kita hanya menulis laporan sejelas mungkin sesuai yang kita ketahui.” Quinn berdiri dan mendekati Jancer. “Serahkan laporan ini ke kepolisian Loudline hari ini juga. Biar Wayne bisa segera melaksanakan tugasnya.”
“Baik, Paduka,” Jancer menerima kembali laporan itu, “Apakah kami harus mengirim Duchess pula?”
“Tidak. Biarkan dia di sini sampai mereka membutuhkannya,” lalu Quinn melihat Derrick, “Sudah waktunya aku menemui wanita rendah itu.”
Mereka terperanjat.
“Saya tidak setuju!” cegah Jancer, “Duchess adalah wanita yang berbahaya.”
“Kalau kau memang ingin bertemu dengannya, kami bisa membawanya ke sini,” timpal Derrick, “Ia tidak pantas kau kunjungi.”
“Di sini terlalu banyak mata dan telinga,” Quinn terus melangkah ke pintu, “Derrick, temani aku.”
Derrick sadar ia tidak bisa mencegah Quinn. Demikian pula Jancer. maka Jancer menambah pasukan untuk mengawal Quinn ke ruang penjara bawah tanah dan Derrick menunjukkan jalan ke ruang tempat mereka menahan Simona.
Simona langsung menerjang pintu selnya mendengar kedatangan Quinn. “Aku akan membunuh kalian! Aku akan menghancurkan kerajaan ini!” serunya.
“Dia sudah gila,” komentar Derrick, “Apa yang bisa dilakukannya dari sini?”
“Apa kau lupa masih banyak anak buah Todd yang berkeliaran di Loudline? Mereka pasti akan meneruskan rencana ini ketika gadis ingusan itu berkeliaran di kota,” Simona mengingatkan, “Suatu saat nanti mereka pasti akan membunuh gadis itu!”
Demi keheranan mereka, Quinn tertawa geli. “Rupanya kau masih belum mendengar gosip itu. Eleanor pasti akan sangat berterima kasih padamu. Berkat kau, sekarang aku tidak perlu khawatir lagi melepas Eleanor seorang diri di Loudline. Penduduk Loudline tahu ratu mereka sering berkeliaran di kota dengan menyamar menjadi gadis desa. Sekarang anak kecil pun sibuk mencari-cari Ratu Eleanor di antara penduduk Loudline. Teman-teman Eleanor juga sudah bersumpah padaku akan menjaga baik Eleanor selama ia berada di kota.”
Simona marah mendengarnya. “Kusumpahi kalian. Kusumpahi kalian tidak akan mendapat keturunan!”
“Kau tidak perlu khawatir,” Quinn menanggapi dengan suara tegasnya, “Aku yakinkan kau dalam waktu dekat ini kau akan mendengar lahirnya putra kami.”
“Kaupikir aku buta!? Gadis itu tidak hamil! Ia tidak pernah hamil!”
“Tidak pernah tidak berarti tidak akan,” lagi-lagi Quinn menanggapi dengan kepala dinginnya, “Daripada memikirkan kami, lebih baik kau memikirkan masa depanmu,” Quinn memberitahu, “Hari ini laporanmu sudah diserahkan ke pengadilan. Hukuman yang menantimu tinggal menunggu hari.”
Simona membelalak.
“Kau boleh membujuk Mathias atau siapa pun untuk membebaskanmu,” kata Quinn lagi, “Tapi aku tidak menjamin itu adalah keputusan bijaksana. Di luar sana ada banyak orang yang ingin berjumpa denganmu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Pilihan (Tamat)
FantasyStory From Sherls Astrella Nov 2007 - Des 2007 ♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧ Ketika sepupunya menikahi seorang pelacur dengan catatan kriminal panjang, Quinn tahu ia harus melakukan sesuatu untuk kehormatan kerajaannya. Rakyat sudah berspekulasi Rajanya akan...