Quinn menurunkan kaki Eleanor di atas tanah.
“Kita sudah sampai,” ia memberitahu.
Eleanor melepaskan tangannya dari leher Quinn dan membuka matanya. Ia tersenyum lebar melihat jalan setapak ke villa kerajaan, Corogeanu. Matanya langsung melihat Irina yang berdiri tak jauh di depannya bersama Derrick.
“Irina!!” Eleanor berlari riang.
Irina menyambut gadis itu dengan pelukannya. Ia lega melihat Eleanor yang kembali segar bugar.
“Ayo kita pergi, Irina,” Eleanor menarik lengan wanita itu, “Aku sudah tidak sabar menjelajahi tempat ini.”
Irina tidak mempunyai kesempatan untuk melawan Eleanor. Ia hanya bisa membiarkan gadis itu menariknya dengan paksa.
“Hati-hati Eleanor!” Derrick berseru cemas, “Awas Irina!” serunya ketika melihat Irina hampir terjatuh karena Eleanor.
Derrick memegang dahinya dan mengeluh panjang. Eleanor memang selalu bisa membuatnya cemas. Sejujurnya, Derrick tidak terlalu cemas akan Eleanor. Ia lebih mencemaskan Irina. Irina bukan seorang gadis liar seperti Eleanor. Ia adalah seorang lady!
Quinn tertawa.
Derrick terkejut. Entah sejak kapan Quinn telah berada di belakangnya.
“Sepertinya Eleanor sudah pulih.”
Derrick melihat kedua wanita yang terpenting dalam hidupnya itu telah menjauh.
Quinn pun tersenyum melihat Eleanor yang kembali ceria itu. Eleanor di atas daratan memang berbeda dengan Eleanor di atas laut.“Paduka,” Derrick berkata serius, “Saya telah mendengarnya. Anda mengetahui tentang Eleanor.”
“Ya,” gumam Quinn.
Derrick melihat Quinn dengan serius.
“Itu adalah cerita masa lalu. Kejadian itu murni kecelakaan. Tidak ada gunanya mengungkit cerita masa lalu. Lagipula itu akan terlalu kejam untuk Eleanor.”
Derrick lega mendengarnya.
“Mungkin hari ini aku boleh memberi kebebasan pada Eleanor,” Quinn tersenyum penuh arti melihat gadis itu membuat Irina panik.
“Mari kita pergi,” Quinn menepuk pundak Derrick. “Kau mencemaskan Irina, bukan?” Quinn melalui Derrick, “Aku tidak mencemaskan Eleanor tapi aku mencemaskan Irina. Aku percaya Eleanor akan membuat Irina celaka,” dan pemuda itu tertawa.
Derrick terperangah. Mau tak mau ia pun tersenyum. “Baik, Paduka,” katanya mengikuti Quinn mengejar kedua gadis di depan itu.
“Derrick, kau bisa memanggilku Quinn,” Quinn memberitahu. “Aku sudah bukan hanya seorang Raja bagimu. Sekarang aku juga menjadi bagian dari keluarga kalian.”
“Saya juga sependapat,” kata Derrick, “Tapi… Papa.”
“Bernard memang seorang yang masih kolot,” Quinn tertawa geli.
Derrick terperangah. Baru kali ini ia mendengar Quinn berkomentar tentang ayahnya.
“Tapi kerajaan ini membutuhkan orang seperti dia, bukan?” kata Quinn serius.
Derrick mengangguk. Andai bukan karena pikiran kolot ayahnya, mungkin ayahnya sudah langsung mengambil alih tahta ketika Quinn masih terlalu kecil untuk menjadi seorang Raja.
-----0-----
Grand Duke bingung melihat Raja Quinn duduk santai di Ruang Duduk Corogeanu menikmati anggurnya. Beberapa saat lalu seorang pelayan menyampaikan panggilan Quinn. Ia menduga ada sesuatu yang hendak dirundingkan Quinn dengannya. Namun apa yang dilihatnya saat ini berbeda dengan dugaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Pilihan (Tamat)
FantasyStory From Sherls Astrella Nov 2007 - Des 2007 ♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧ Ketika sepupunya menikahi seorang pelacur dengan catatan kriminal panjang, Quinn tahu ia harus melakukan sesuatu untuk kehormatan kerajaannya. Rakyat sudah berspekulasi Rajanya akan...