Eleanor mendesah panjang. Ia benar-benar bosan. Sepanjang hari tidak ada yang dapat dilakukannya selain duduk melamun. Walaupun ia sekarang adalah wanita nomor satu di Viering tidak berarti ia sesibuk sang pria nomor satu. Sebaliknya, ia adalah pengangguran nomor satu di Viering!
Sepanjang matanya melihat, setiap orang di Istana mempunyai sesuatu untuk dilakukan. Para pelayan sibuk dengan pekerjaan rutin mereka. Para prajurit sibuk dengan tugas mereka. Setiap orang yang keluar masuk Fyzool mempunyai urusan yang bisa mereka lakukan. Hanya dia yang tidak mempunyai pekerjaan!
Eleanor benar-benar kesal. Selama dua minggu lebih ia memasuki Istana, tidak sesuatu pun yang dapat dilakukannya. Quinn tidak pernah sekali pun memberinya sesuatu untuk dikerjakan. Kalaupun pemuda itu harus mengunjungi suatu tempat, ia lebih suka mengunjunginya sendirian seperti hari ini.
Pagi ini Quinn, tanpa mengatakan apa-apa, langsung pergi setelah makan pagi.
Quinn memang tidak pernah mengatakan apa-apa padanya tentang pekerjaannya. Ia juga tidak pernah memberitahunya apa yang harus dikerjakannya.
Eleanor mendesah lagi. Sejak awal ia sudah tahu pekerjaannya adalah melahirkan keturunan Quinn. Tidak lebih dan tidak kurang dari itu! Apa yang ia harapkan dari pekerjaan mulianya ini?
“Hei, kau!”
Eleanor terkejut.
Seorang wanita berdiri tak jauh dari sisinya. Dari penampilannya yang glamour, Eleanor yakin wanita ini adalah satu dari sekian ribu gadis yang pernah didampakkan Quinn. Benar-benar wanita selera Quinn. Cantik, anggun, berpendidikan, dan angkuh.
Eleanor tidak berniat menanggapi wanita itu. Ia menjauhi serambi.
“Kau tidak tahu malu! Demi tahta kau mau menikahi Raja.”
Langkah Eleanor terhenti oleh perasaan kesalnya. ‘Siapa yang mau?’ pikirnya, ‘Ini semua kemauan Papa.’
“Aku tidak percaya dengan cerita karangan kalian! Quinn tidak mungkin jatuh cinta pada gadis ingusan sepertimu.”
Eleanor menghitung-hitung berapa kalikah ia mendengar kalimat senada semenjak kakinya menginjak halaman Fyzool. Puluhan bahkan mungkin ribuan. Rasanya tidak seorang wanitapun yang tidak melepaskannya. Sebanyak apa bekas kekasih Quinn, sebanyak itu pula yang mengadu padanya.
Eleanor lelah oleh semua ini. Ia tidak meminta untuk dinikahkan dengan Quinn. Bahkan ia meminta untuk dilepaskan dari cengkeraman Quinn.
“Bagaimanapun akulah yang dia pilih. Bukan kau!” katanya dingin.
Wanita itu terpukul. Bibirnya bergetar tapi ia tidak mengucapkan apa-apa.
Eleanor pergi meninggalkan wanita itu dengan kesal.
Belum jauh ia melangkah, seorang wanita lain telah menantinya. Sepertinya ia melihat peristiwa barusan karena ia tengah tertawa.
“Kau memang bermulut tajam seperti yang kudengar.”
Eleanor melihat wanita cantik berambut pirang itu dengan tidak tertarik. Wanita itu pasti adalah satu dari antara sekian mantan Quinn, sang suami tercinta.
Sampai kapankah Quinn akan berhenti memberinya pekerjaan tambahan yang melelahkan ini? Di awal sudah dijelaskan tugasnya hanyalah melahirkan keturunan Arcalianne. Namun, mengapa sekarang ia mendapat pekerjaan tambahan: menghadapi para mantan Quinn!?
Eleanor ingin sekali membuat perhitungan dengan Quinn. Namun sampai matipun ia tidak akan melakukannya. Ia tidak akan membiarkan pemuda itu bersenang-senang dengan apa yang sudah dibuatnya. Eleanor akan menunjukkan pada pemuda itu bahwa ia tidak mudah dikalahkan begitu saja. Quinn harus tahu siapa yang dinikahinya ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Pilihan (Tamat)
FantasyStory From Sherls Astrella Nov 2007 - Des 2007 ♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧ Ketika sepupunya menikahi seorang pelacur dengan catatan kriminal panjang, Quinn tahu ia harus melakukan sesuatu untuk kehormatan kerajaannya. Rakyat sudah berspekulasi Rajanya akan...