7

314 19 0
                                    

Tim dokter dan perawat keluar dari ruang operasi membawa dua orang pasien yang masih tidak sadarkan diri. Tim dokter lalu membawa kedua pasien ke ruang IGD untuk memastikan status masa kritis keduanya.

"Bagaimana dengan kondisi pasien?"
Tanya salah satu dokter yang berada di ruang itu.

"Satu pasien detak jantungnya sudah kembali normal dan aliran darah ke otak sudah normal. Satu pasien lagi kondisinya masih sama seperti pasca operasi, detak jantung lemah dan aliran darah tidak terlalu lancar."

"Kita lakukan tindakan lain. Kita gunakan alat pacu jantung untuk merangsang detak jantungnya."

Kepanikan melanda begitu tubuh Faris dan pendonornya menunjukkan reaksi negatif terhadap alat-alat medis. Semua dokter dan perawat yang bertugas kalang kabut. Suasana di ruangan IGD itu begitu kacau. Mereka berjuang keras agar keduanya tertolong. Antara hidup dan mati.

***


Mata Faris perlahan terbuka. Gerakan tangannya lemah. Ia mengerjap, lalu memandang ke sekeliling. Putih. Hanya putih. Terdengar suara bip bip bip dari mesin elektrokardiogram dan suara isak tangis seorang wanita.

"M...Mama..." lirihnya nyaris tak terdengar. Wanita itu menoleh, menampakkan raut wajah terkejut sekaligus gembira.

"Faris. Sudah siuman Nak?" wanita itu lalu berteriak memanggil dokter. Beberapa menit kemudian seorang dokter pria berumur kepala empat datang bersama seorang perawat dan memeriksa keadaan Faris.

"Detak jantungnya normal. Pasien menunjukkan progres yang sangat bagus."

"Alhamdulillah..."

"Sepertinya donor sumsum tulang belakangnya sudah dapat beroperasi dan beradaptasi. Sebentar saya ambil sampel darahnya untuk diperiksa di laboratorium."

Dokter itu lalu mengambil sampel darah Faris dengan jarum suntik, lalu pamit keluar ruangan.

"Ma, siapa yang sudah mendonorkan sumsum tulang belakang untukku, Ma?"

Ibunya menghela napas sejenak. Ia tampak berpikir.

"Mama juga tidak tahu. Dokter bilang pendonor ingin merahasiakan identitasnya."

"Siapapun dia, semoga Allah membalas kebaikannya dengan pahala berlipat ganda."

"Semoga saja. Lekas sembuh, sayang." Ujar mamanya sambil mengecup kening putranya. Ia sangat bersyukur Faris sudah siuman.

Faris memejamkan mata sejenak. Meresapi kecupan penuh kasih sayang yang disalurkan ibunya. Seluruh persendiannya terasa pegal. Sudah berapa lama ia tertidur? Kenapa rasanya seperti baru bangun dari kematian. Ya, kematian semu yang membuatnya terbaring tak berdaya selama beberapa hari. Bergelung dalam alam bawah sadar yang terasa sangat mengayunkna sukmanya.

Faris merasa sangat tenang berada di alam bawah sadarnya. Dirinya seakan berada di sebuah tempat yang tak dikenalinya sama sekali. Di tempat itu ia bisa mencium aroma yang sangat wangi sekali. Membuatnya betah berlama-lama. Tapi, ia terusik oleh isak tangis perempuan yang didengarnya sayup-sayup. Suara itu sangat ia kenali. Suara itu pula yang telah membawanya kembali ke raganya yang sesungguhnya. Dunia nyatanya.

"Lia di mana, Ma?"

"Entahlah. Dua hari lalu dia datang kemari dan menginap di sini. Dia bilang menginap di rumah temannya. Sampai sekarang dia belum kembali."

Faris menghela napas. Dia sangat merindukan sahabatnya itu. Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan kepadanya selama dirinya tertidur. Dia juga ingin menanyakan apakah gadis itu merindukannya atau tidak

RAPUH (EDISI REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang