5

374 15 0
                                    

Kau tak akan pernah tahu isi lautan sebelum kau mencoba menyelaminya. Begitupun dengan manusia. Kau tak akan tahu seperti apa dirinya sebelum kau mencoba menyelami hatinya.

***

Setiap manusia lahir karena waktu.
Manusia ada karena waktu. Hidup manusia selalu berdampingan dengan waktu. Manusia bisa menikmati dan memanfaatkan waktu, tapi tidak bisa mengulang atau mengembalikannya. Ada berjuta kisah yang menyertai perjalanan manusia bersama waktu.

Ketika hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun, selalu ada kisah yang berakhir dan selalu ada kisah baru yang lahir. Begitulah kisah dan waktu bergulir membentuk satu siklus kehidupan. Suka dan duka seakan menjadi bumbu pelengkap bagi kisah itu, agar terlihat dan terasa "hidup".

Kini Lia tengah terbaring di ranjang kesayangannya. Tangannya sibuk mengoperasikan laptop yang sudah tampak kusam warnanya. Jemari Lia bergerak meloncat dari satu tombol ke tombol lain, membentuk sebuah parafrasa panjang yang beralur. Kacamata bulat yang sudah menemaninya sedari dulu tampak melorot karena hidung yang berguna untuk menahannya sedikit pendek. Kapas putih ia sesapkan di lubang hidung sebelah kirinya. Lia bersyukur karena beberapa hari ini mimisannya jarang keluar. Pusing di kepalanya juga jarang muncul. Badannya terasa sehat seperti semula.

Sejenak Lia berhenti dari aktivitasnya, lalu memandang jauh ke luar jendela. Awan masih berarak diterpa angin, membawa rintik hujan yang lembut jatuh ke bumi. Udara dingin masuk lewat celah ventilasi udara yang terbuka.

Kaca jendela yang basah oleh rintik hujan itu memantulkan sebuah siluet wajah seseorang yang disayanginya. Orang yang mendampinginya setiap kali dia merasa buntu. Orang yang beberapa hari ini datang ke dalam kehidupannya, memberinya setitik kenyamanan dan kebahagiaan, memberikan warna baru dalam hidupnya yang selama ini terada abu-abu dan monokrom. Lalu siluet itu berubah menjadi bayangan setiap kejadian yang terekam selama kurun waktu tersebut. Kisah dimana dia harus bertahan untuk setiap helaan napas. Kisah dimana orang itu datang dan menanamkan segenap rasa sayang dan tak mau kehilangan. Kemudian kisah tentang definisi bahagia versi dirinya.

Baginya, bahagia itu sederhana. Cukup melihat orang-orang yang dia sayang tersenyum bahagia. Lia jadi teringat dengan perkataan Faris ketika mereka pulang bersama sehabis mengikuti program pengayaan. Saat itu, Lia sedang asyik memakan kacang rebus yang ia beli dari seorang pedagang asongan yang kebetulan lewat di depan mereka.

"Lia?"

"Ya?"

"Aku mau kau memberiku hadiah karena aku sudah memenangkan prestise karena berhasil menjadi temanmu."

"Maksudmu apa? Aku tak mengerti."

"Aku adalah orang pertama dan laki-laki pertama yang berhasil menjadi sahabatmu dan bicara banyak padamu." katanya dengan bangga. Lia menghela napas sejenak.

"Dari mana kau tahu?"

Faris mengedikkan bahu.

"Hanya menebak."

Mereka kembali larut dalam keheningan. Faris kembali fokus menyetir sementara Lia memakan kembali kacang rebusnya.

"Sebenarnya, ada yang ingin kutanyakan kepadamu sedari dulu. Tapi aku sedikit takut. Maaf jika ini menyinggung perasaanmu. Tapi rasanya pertanyaan itu selalu menghantuiku terus menerus."

"Katakan saja, aku tidak akan merasa tersinggung."

"Kenapa kau dijauhi semua orang? Dan kenapa kau lebih memilih menjauh dari dunia luar? Apa benar kau tidak mau bersosialisasi dengan lingkunganmu? Tapi kurasa kau bukan orang yang seperti itu."

RAPUH (EDISI REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang