"Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi dengan hari ini dan hari yang akan mendatang. Karena segalanya sudah diatur di Lauhul Mahfuz-Nya."
Shilla termenung memandangi jalan dari balik kaca mobil. Duduk terdiam, sejenak memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Bingung bagaimana caranya ia memberitahu kepada Faris tentang hal ini. Apa selamanya dia akan menetap disana?"Mama, Papa, Shilla sudah membuat keputusan bahwa Shilla.... ". Shilla memutuskan pembicaraan nya.
Zayd menatap dalam mata Shilla apa sebenarnya yang ingin dia katakan. Rasa penasaran itu semakin membesar dipikiran Zayd. Apakah dia akan mengatakan hal yang sama seperti yang ingin dikatakan Zayd kepada Abah dan Ummi?
Suasana terlihat menegangkan disaat Shilla berhenti ditengah-tengah ia sedang berbicara. Dia menatap Abah ada rasa haru berkaca-kaca dimatanya. Lalu ia melihat lagi wajah Papa dan Mama nya ada rasa kekhawatiran bila nanti orangtua nya tak mengizinkan nya. Shilla menundukkan pandangannya dan menghembuskan nafas sedalam-dalamnya.
"Shilla memutuskan untuk kuliah, Ma. Apakah Mama dan Papa mengizinkan?". Tanya Shilla.
"Huftt.. ". Zayd menghembuskan nafas nya dengan keras. Ternyata apa yang dipikirkan nya tak sama dengan apa yang Shilla ucapkan.
"Iya nak, Papa mengizinkan".
Shilla masih menatap langit dari kaca mobil yang terus berjalan. Buku yang selalu ia bawa akan tetap berada digenggaman nya.
"Shilla". Panggil Mama
"Kamu sudah makan?".
"Belum Ma". Jawab Shilla.
"Ya udah, nanti kita mampir ke restoran ya kita makan malam".
Huffttt..
Shilla kembali melirik ke arah luar. Tampak cerah, tetapi suasana nya tak secerah purnama malam ini.
Shilla sibuk membolak-balikan buku yang ia genggam. Apa dengan menulis surat itu akan baik nanti nya? Entahlah, Shilla benar-benar pusing memikirkan nya.Saat berada di restoran masing-masing diantara kami menikmati makanannya, terlebih Mama dan Papa. Bahkan Shilla melihat nya saja tak selera, dia masih pusing dengan pikiran nya yang terus-terusan memikirkan Faris.
"Ada apa nak, kamu tidak lapar?". Tanya Mama yang melihat Shilla tengah memainkan moodnya pada makanan itu.
"Mama sama Papa gak marah kan Shilla membuat keputusan ini?". Tanya Shilla untuk meyakinkan pikiran nya.
"Tidak sayang, sama sekali tidak".
"Besok Papa akan mengurus semuanya".
"Baik Pa".
Didalam perjalanan menuju rumah Shilla masih tetap diam tak berbicara. Air matanya ingin mengalir tetapi ia tahan semampu nya.
Setibanya ia dikamar, Shilla meletakkan semua barang-barangnya termasuk buku yang ia genggam sejak dari tadi. Shilla duduk dan meratapi buku-buku yang tertata rapi didepannya. Melipatkan kedua tangannya diatas meja dan meniduri kepalanya diatas tangan nya.
__
Zayd duduk termenung melihat langit kelabu. Memandangi cerahnya purnama yang bertaburan bintang-bintang kecil dengan hawa nya yang sejuk pada malam ini. Zayd terbayang-bayang dengan perkataan Shilla yang membuat suasananya menjadi tegang.
Shilla memutuskan untuk kuliah, Ma.
Perkataan itu membuat Zayd harus menghembuskan nafasnya dengan kasar. Entah sampai kapan Zayd akan mengatakan pada Abah dan Ummi tentang keputusannya. Zayd selalu berdoa pada sang Maha pemilik hati agar diberikan seseorang yang tepat untuk nya nanti.
__
Didalam keheningan Shilla meneteskan air mata yang sejak tadi ia pendam. Hati dan dada nya terasa sesak memikirkan ini. Shilla terlalu cepat mengambil keputusan tanpa memikirkan sahabatnya itu, Faris.
Shilla mencoba untuk tetap tenang dan tidur. Menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Dan mulai memejamkan matanya, berharap semua akan terlihat cerah.
______________________________________________________
Don't forget for vote⭐ and comment 💬
To Be Continued.....
23 Rajab 1440 H
Sabtu, 30 Maret 2019 M
Pelalawan, Riau
20.19 Wib
KAMU SEDANG MEMBACA
SHILLA-Janji Ikatan Suci
RomanceBest Rank🏆 08/01/2024. #5-Shilla Kamu yang selalu mengusik pikiranku yang kini ku sebut di setiap bait-bait doaku Kamu, dia atau yang lainnya entah siapa nanti yang akan menjadi teman hidupku Angan tentang dirimu membuat aku bergairah ingin segera...