Part |25|~Cinta Kita

3.1K 98 2
                                    

"Segala kisah yang telah engkau ketahui, kuharap itu bukanlah sebuah alasan untuk kamu meninggalkan aku. Percayalah! aku mulai mencintaimu."


Terbangun dari tidur yang nyenyak, menatap indah matanya yang masih terpejam. Perlahan Shilla membelai mata itu dan menopangkan telapak tangannya di pipi suaminya. Ada perasaan yang sangat aneh ketika Shilla terus menatap indahnya wajah Zayd. Hatinya terenyuh, air mata nya perlahan mengalir mengingat kejadian tadi malam.

"Aku bingung, Mas." lirih Shilla tersedu menahan isak tangisnya.
"Apa yang kamu bingung kan? ceritalah, Mas siap mendengarkannya." kata Zayd sambil memeluk istrinya supaya ia bisa tenang untuk mengatakannya.

Shilla masih tak bersuara, ia takut apa yang ia katakan nanti akan menjadi sebuah kesalahpahaman. Shilla benar-benar berada di posisi yang amat susah tuk dijelaskan. Hingga akhirnya ia hanya bisa menangis, menangis dan terus saja menangis.

"Sebegitu dalamnya luka yang kamu pendam? aku merasa teriris melihat air matamu yang terus saja mengalir." gumam Zayd yang melihat Shilla masih saja terdiam tak berbicara. Matanya berkaca-kaca melihat kepedihan itu.
"Percayalah! Mas tidak akan kecewa setelah kamu mau bercerita tentang apa yang membuat kamu sampai seperti ini." tutur Zayd untuk meyakinkan hati Shilla agar ia mau mengatakannya.

Shilla menghela napasnya dalam, mencoba untuk tetap tenang meski sebenarnya masih ada sisa air mata di ujungnya. Shilla mengusapkan mata dan menghilangkan jejak-jejak kesedihan di wajahnya.

"Mas, masih ingatkan dengan Faris?" tanya Shilla sebelum memulai pembicaraan.
"Iya, masih."
"Mas pasti tahu kalau Faris menyukaiku." ujar Shilla.
"Jadi, kamu suka sama dia!?" tanya Zayd dengan nada yang cukup tinggi.
"Bukan itu yang mau aku bicarakan, Mas. Aku mohon! jangan ada kesalahpahaman setelah aku mengatakannya nanti." kata Shilla dengan nada yang merendah, ia berusaha untuk tidak menangis lagi.
"Maaf, Mas hanya tak ingin kehilangan seseorang yang Mas cintai."
"Dia adalah istriku." bisik Zayd sambil mencium keningnya. Shilla merasa tenang dan tersenyum diberikan kehangatan dan juga ketenangan.
"Lalu, apa yang ingin kamu katakan?" tanya Zayd yang masih penasaran.
"Aku bingung, Mas. Dan aku tidak tahu bagaimana caranya menyampaikan tentang hubungan kita kepada dia. Aku tahu, Faris mencintaiku. Tetapi, cintaku sepenuhnya sudah milik Mas. Dan aku rasa Mas berhak tahu akan perasaanku terhadap Mas."
"Yang aku pikirkan saat ini adalah bagaimana cara memberitahu Faris bahwa aku sudah menikah. Aku tak ingin ada kesalahpahaman nantinya, Mas." jelas Shilla sambil menundukkan wajahnya.

Zayd paham dan juga mengerti bagaimana perasaan istrinya saat ini. Yang selalu dipenuhi kata-kata kebingungan yang sulit untuk mendapatkan penerangan. Ia kembali memeluk Shilla, cukup erat, sambil mengusapkan rambutnya.

Seketika Zayd terbangun merasakan kelembutan dari tangan Shilla yang sengaja menyentuh bibir Zayd.

"Erghh...!" erang Zayd terbangun membukakan mata.
"Kamu kenapa menangis?" tanya Zayd yang membesarkan matanya melihat istrinya yang sedang menangis di pagi buta. Shilla hanya menggelengkan kepala sambil mengigit bibir bawahnya.
"Mas tidak akan pernah meninggalkan kamu walaupun Mas sudah mengetahuinya. Mas cinta sama kamu." ucap Zayd sambil memeluk erat istrinya.
"Sudah ya, jangan menangis lagi. Mas lebih suka melihat kamu tersenyum, cantiknya nambah." gumam Zayd sambil mengusapkan sisa air mata Shilla.
"Terimakasih, Mas. Aku mencintaimu." ujar Shilla mendaratkan sebuah ciuman di pipi kanan Zayd.

Tiba-tiba, Shilla merasa malu dan bangkit dari tidurnya. Ia berdiri dan segera mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat subuh berjamaah bersama suaminya.

---

Mentari telah menyebarkan cahayanya yang indah menyinari bumi. Alunan merdu dari suara burung yang berterbangan, harumnya semerbak bunga mengelilingi area permukiman. Udara yang sangat segar untuk dihirup, membuat Shilla bersemangat menjalani aktivitas di pagi hari.

SHILLA-Janji Ikatan Suci Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang