***
Keesokan harinya, Jiyong berkunjung kerumah Lisa di pukul 11 siang dan pria itu datang sendirian dengan sebuah sedan mobil milik ayahnya– si pria yang baru saja berulangtahun juga baru saja mendapatkan lisensi mengemudinya. Tentu saja berkendara adalah mimpi semua pria di usia 20 tahunan.
Jiyong menekan bel pintu rumah Lisa, menunggu seseorang membukakan pintunya namun rumahnya terasa sangat sepi. Rumah itu tidak begitu besar dan punya sebuah halaman kecil di bagian depannya. Sepertinya tidak ada garasi karena mobil silver Lisa kemarin terparkir di pinggir jalan, di luar rumah tersebut. Di halamannya pun terdapat beberapa pot kaktus dan Jiyong jadi tahu kalau kaktus yang Lisa berikan untuknya adalah salah satu dari kaktus-kaktus yang Lisa rawat.
"Oh! Kau sudah datang?!" seru Lisa begitu pintu gerbang di rumahnya terbuka dan ia melihat Jiyong berjongkok di depan kaktus-kaktusnya.
"Kau baru berbelanja?" tanya Jiyong, ketika ia menoleh dan melihat Lisa berdiri di halaman rumahnya dengan sekantong besar belanjaan dari minimarket.
"Ya, ayo masuk," ajak Lisa yang kemudian membuka pintu rumahnya dengan sebuah kunci yang baru saja ia keluarkan dari sakunya. "Orangtuaku tidak disini, jadi aku tidak punya makanan apapun, selain makanan instan,"
"Dimana orangtuamu?"
"Thailand," jawab Lisa. "Baru akan kembali akhir September nanti,"
Lisa mempersilahkan Jiyong duduk, sementara gadis itu berlalu ke dapur untuk menaruh belanjaanya. Dari tempatnya duduk, Jiyong dapat melihat bagaimana rapihnya rumah itu– sangat rapih namun berdebu, seakan tidak pernah di sentuh sama sekali, seakan Lisa tidak pernah melakukan apapun di rumahnya.
"Sudah berapa lama kau tidak pulang?" tanya Jiyong, sementara Lisa masih mengeluarkan isi kantong belanjaannya.
"Astaga!" teriak Lisa secara tiba-tiba, di susul suara beberapa kaleng jatuh dan punggung yang menabrak kursi meja makan.
"Ada apa?" tanya Jiyong, yang dengan terburu-buru berjalan menghampiri Lisa dan melihat gadis itu jatuh terduduk di depan lemari es yang terbuka.
"Nasinya bergerak," jawab Lisa sembari menunjuk isi kulkasnya. Ada beberapa kotak makan disana, ada juga beberapa plastik berisi buah dan sayuran, namun sekali lihat saja, Jiyong bisa tahu kalau semua isi kulkas itu sudah tidak bisa dimakan.
"Nasi?" tanya Jiyong yang kemudian mendekat dan melihat banyak larva lalat disana. Seseorang pasti pernah membuka lemari es itu dan tidak menutupnya dengan rapat. "Heish! Kenapa kau menyimpan sampah disini? Astaga..."
"Aku tidak menyimpannya, bagaimana ini? Ah aku benci nasi-nasi yang bergerak itu!"
"Ku bersihkan, ambilkan kantong sampahnya," suruh Jiyong sembari melihat Lisa yang perlahan-lahan berdiri.
"Dimana-"
"Ya! Ini benar-benar rumahmu?!" potong Jiyong membuat Lisa lantas berdiri tegak di tempatnya, terkejut. "Di laci atau rak, atau di bawah bak cuci piring itu,"
"Ah... Sebentar," jawab Lisa yang kemudian mencari kantong sampah di bawah bak cuci piringnya. "Ini dia, ini... Ini... Ini..." oceh gadis itu sembari memberikan sebuah kantong sampah dan sepasang sarung tangan karet pada Jiyong. Bahkan sarung tangan karet itu pun baru saja keluar dari plastik pembungkusnya, sama sekali belum di pakai.
Jiyong tidak pernah menyangka ia akan membersihkan lemari es di rumah seorang model yang wajahnya muncul di setiap halte bus.
"Sudah dua bulan eommaku di Thailand karena kakekku sakit," cerita Lisa sembari menonton Jiyong memasukan semua isi lemari es itu ke dalam kantong sampah. "Aku dan Appa tinggal berdua tapi kami selalu sibuk dan hanya tidur saat dirumah. Tapi bulan lalu kakekku meninggal, jadi aku dan appa menyusul ke Thailand untuk pemakamannya. Kurasa kami seminggu disana? Aku dan appa kembali kesini karena harus bekerja, sementara eomma tetap di Thailand, mengurus upacara-upacara adat lainnya dan membagi warisannya. Tapi beberapa hari lalu appaku kembali ke Thailand, karena ada masalah dengan pembagian warisannya. Ku dengar ada dua wasiat yang berbeda tapi aku tidak mengerti masalah itu. Setelah mengurus warisan dan wasiat kakekku itu, mereka baru akan kembali kesini,"
"Aku turut sedih untuk kakekmu, tapi apa hubungan ceritamu dengan lemari es dan rumahmu yang... Kotor ini?"
"Selama eomma tidak disini, tidak ada yang mengurus rumah... Aku bekerja sejak bangun tidur sampai tidur lagi. Appa juga begitu, jadi... Wajar saja kalau kondisi rumahnya begini? Dan aku sudah bilang untuk tidak datang mendadak," jawab Lisa sembari mengangkat bahunya, agar ia terlihat tidak begitu peduli dengan komentar Jiyong. "Setelah kau membuangnya di luar, akan ku tunjukan koleksiku, kau tidak akan menyesal melihatnya,"
Jiyong menghela nafasnya kasar, pria itu sudah mengeluarkan semua plastik di dalam lemari es Lisa, namun isi kotak-kotak makanan di sana juga sama buruknya dengan isi plastik-plastiknya.
"Buang saja dengan kotaknya," ucap Lisa membuat Jiyong menatapnya heran. "Sungguhan... buang saja... eommaku tidak akan ingat dengan isi kulkasnya. Toh bisa jadi, mereka tidak akan kembali kesini, mereka berencana untuk tinggal di Thailand,"
"Orangtuamu akan membiarkanmu tinggal sendirian di sini? Dengan cara hidupmu yang mengerikan ini?"
"Karena itu mereka memintaku untuk bergabung di sebuah agensi, punya manager dan hidup sendiri dengan benar... Atau berhenti bekerja dan ikut pulang ke Thailand bersama mereka," jawab Lisa seadanya. "Lagi pula mereka punya mata-mata disini, mereka bisa menyeretku pulang kapan saja,"
"Mata-mata? Siapa?"
"Nickhun, dan... Entahlah, appa punya banyak teman disini tapi aku tidak begitu mengenal mereka,"
Lisa membiarkan lemari esnya terbuka untuk menghilangkan aroma-aroma busuk yang tertinggal disana. Gadis itu ingin menyemprotkan pengharum ruangan kesana tapi Jiyong bilang itu berbahaya. Sementara Jiyong membuang semua sampah dari dapur Lisa, Lisa mengambil beberapa botol minuman, beberapa camilan dan tissue ke dalam kamarnya di lantai dua.
Begitu Jiyong masuk ke dalam kamar Lisa, pria itu kembali terkejut. Pasalnya, kamar Lisa sangat rapih dan bersih. Tidak ada debu seperti di lantai satu tadi. Ada sebuah rak berisi buku, sebuah lemari pakaian, meja belajar, satu rak piringan hitam beserta pemutarnya dan tentunya sebuah ranjang. Sebagai seorang model, gadis itu hanya punya sedikit pakaian dan aksesoris fashion lainnya.
"Hanya kamarku yang selalu sempat ku bersihkan sebelum tidur," jawab Lisa, membuat Jiyong kemudian menyadari sesuatu– bukannya tidak mau, Lisa hanya tidak punya cukup waktu untuk mengurus rumahnya. Mungkin gadis itu perlu memperkerjakan seorang asisten rumah tangga. "Ini koleksiku," ucap Lisa yang lantas memamerkan semua piringan hitamnya. Mendengarkan piringan hitamnya, membicarakan isi dari piringan hitam itu, musik serta segala hal yang berhubungan dengannya memakan waktu setidaknya tiga jam. Sampai Lisa lelah dan tidak sengaja tertidur di atas ranjangnya– sementara Jiyong masih duduk diatas karpet mendengarkan alunan lagu The Beatles dari piringan hitam milik Lisa.
Melihat Lisa, membuat Jiyong ikut mengantuk. Masih sembari memperhatikan wajah cantik si model, Jiyong berbaring di atas karpet dan tanpa sadar mulai terbawa ke alam mimpi, mengikuti si model cantik pemilik rumah.
***
Baru part 4 loh... Jangan nanyain ending dulu dong.... Ikutin dulu aja ceritanya. Nikmatin dulu manis-manisnya. Endingnya belum ada dan ending tuh bisa berubah sewaktu-waktu tergantung mood :) 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
06:30
Fanfiction06:30 adalah lagu yang dinyanyikan oleh Simon dan Jane sebelum mereka berpisah di tahun 2012.