20

1.5K 212 9
                                    

***

Lisa mempercepat langkahnya di lorong rumah sakit. Gadis itu mendapat info dari Cha Eunwoo kalau Jiyong terlibat kecelakaan. Manager Big Bang menghubungi Manager Cha tepat setelah petugas keamanan di agensi memberitahunya kalau Jiyong menabrak sebuah pohon di agensi.

"Oppa! Kau sudah menghubungi orangtuanya?!" tanya Lisa begitu ia datang dan melihat Manager Big Bang berdiri di depan ICU.

"Oh akhirnya kau datang juga," ucap sang manager sembari melirik gadis yang duduk gelisah dengan pakaian berbercak darah. "Aku belum menghubungi orangtuanya, tapi aku sudah menghubungi Yang Sajjangnim,"

"Lalu bagaimana keadaannya?" tanya Lisa sembari bergerak mencari handphone di dalam tasnya.

"Airbag di dalam mobilnya tidak berfungsi, kepalanya membentur roda kemudi dan dia tidak sadarkan diri, dokter masih memeriksanya sekarang," jelas Manager Big Bang itu, membuat Lisa memijat pelipisnya sendiri. Lisa datang langsung dari lokasi pemotretannya, gadis itu bahkan masih memakai gaun malam merah yang menjadi kostum pemotretannya.

"Bagaimana keadaan Jiyong?" tanya Eunwoo yang baru saja datang setelah memarkir mobilnya.

"Oppa, jangan menelpon orangtua Jiyong sekarang, mereka bisa panik, samchon tidak dirumah sekarang. Eunwoo oppa, jemput lah imo di rumahnya," suruh Lisa pada managernya. "Dan oppa, jemput lah samchon di Pocheon, kau tahu lokasi penginapan yang sedang dibangun Jiyongie disana kan?" lanjut Lisa sembari menatap manager Big Bang.

"Kau yakin bisa berada disini sendirian?" tanya Eunwoo dan Lisa menganggukan kepalanya.

"Sungguh?" kali ini manager Big Bang itu yang bertanya dan Lisa kembali menganggukan kepalanya.

"Sungguh, cepatlah pergi, toh ini bukan kali pertama Jiyong sakit begini," jawab Lisa yang kemudian menyeret kaki dan ujung gaun malamnya untuk duduk di sederet kursi panjang disana. "Eunwoo oppa, nanti bawakan pakaian untukku juga ya,"

Di lorong sepi di depan ICU itu, Lisa menunggu sembari memejamkan matanya. Ia sama sekali tidak peduli dengan gadis gelisah di sebelahnya. Tubuhnya lelah namun jantungnya yang berdegup sangat cepat membuatnya tetap terjaga. Lisa memang diam, gadis itu duduk dengan tenang seakan tengah menunggu antrian bank, namun mana mungkin ia tidak khawatir ketika kekasihnya terlibat kecelakaan tunggal yang terdengar cukup parah. Bagian depan mobil Jiyong benar-benar hancur setelah menghantam pohon dengan kecepatan penuh.

"Wali tuan Kwon Jiyong?" panggil seorang perawat yang baru saja keluar dari balik pintu ruang ICU.

"Saya," ucap Lisa, bersamaan dengan gadis gelisah di sebelahnya. Lisa menoleh, menatap gadis gelisah dengan pakaian kotor karena darah di sebelahnya, ia tidak mengenali gadis itu- Wang Jiwon.

"Siapa kau?" tanya Lisa sementara si gadis gelisah itu terlihat kebingungan.

"Aku- aku yang memanggil ambulance dan mengantar Jiyong oppa kesini," ucap gadis itu, sedikit tergagap karena terintimidasi oleh kesan pertama yang Lisa buat. Pakaian, gaya, sikap dan ucapan Lisa ketika ia pertama kali datang ke lorong itu akan membuat siapapun menganggapnya sebagai seorang gadis yang berkuasa.

"Ah... Terimakasih karena sudah membawanya kesini," ucap Lisa kemudian. "Tunggulah disini sebentar, sampai orangtuanya datang, aku yang akan mengurusnya," tutur lembut gadis itu, Jiwon belum sempat menjawab, namun Lisa sudah lebih dulu melangkah bersama si perawat. Dalam beberapa kesempatan, Lisa dan pekerjaannya benar-benar berhasil mengintimidasi wanita lain di sekitarnya. Kebanyakan wanita tidak bisa berkata-kata begitu Lisa membuka mulutnya.

Butuh tiga puluh menit sampai pihak rumah sakit selesai menjelaskan keadaan Jiyong dan membawa pria itu ke ruang rawatnya. Jiyong mendapatkan beberapa luka luar dan memar, dua tulang rusuk paling bawahnya patah namun tidak sampai melukai organ vitalnya, tulang keringnya retak namun tidak begitu parah, kepalanya terluka namun tidak ada pendarahan di otaknya. Mereka hanya perlu menunggu Jiyong sadar untuk memutuskan ada masalah lain atau tidak. Untuk ukuran seorang yang terlibat kecelakaan tanpa airbag, keadaan Jiyong masih terhitung baik-baik saja.

"Cepat bangun, masih ada banyak sekali hal yang ingin ku lakukan denganmu," bisik Lisa yang kemudian mengusap lembut dahi Jiyong dan merapihkan selimut pria itu. Lisa masih ingin berada di sana, namun ia mengingat si gadis gelisah yang tidak di kenalnya tadi.

Lisa keluar dari ruang rawat itu, hendak menghampiri si gadis gelisah yang menunggu tidak jauh dari ruang rawat VIP itu namun langkahnya terhenti karena suara ibu Jiyong.

"Lisa-ya! Bagaimana keadaan Jiyong?!" seru sang ibu sembari berlari menghampiri Lisa. Ibu Jiyong itu benar-benar terlihat sangat khawatir.

"Ahjumma-"

"K- kau- ya! Gadis jahat! Kau yang membuat Jiyong jadi seperti ini?! Ya! Pergi dari sini! Berani sekali-"

"Imo- imo- jangan melakukannya," tahan Lisa ketika Ibu Jiyong hendak memukul Jiwon dengan tasnya. Ibu Jiyong terlihat sangat marah ketika ia melihat Jiwon. Lisa tidak tahu apa yang terjadi diantara mereka namun dengan sigap gadis itu membawa Nyonya Kwon masuk ke dalam ruang rawat Jiyong. Jiyong masih tetap memejamkan matanya bahkan ketika ibunya berteriak membentak dan memaki Jiwon.

"Aku tidak sudi gadis itu menemui putraku! Jangan pernah membiarkannya masuk kesini!" bentak Nyonya Kwon dan Lisa hanya bisa mengiyakannya, menenangkan Nyonya Kwon yang ternyata bisa sangat marah seperti ini.

Setelah nyonya Kwon sedikit lebih tenang, Lisa berjalan keluar dari ruang rawat itu. Sebenarnya hendak mencari Eunwoo dan menagih pakaian yang lebih nyaman, namun melihat Jiwon masih disana membuat Lisa mengurungkan niatnya.

"Kau masih disini?" sapa Lisa sembari menghampiri si gadis yang gelisah itu. "Namaku Lisa, Lalisa Manoban, siapa namamu?"

"Jiwon- bagaimana keadaan Jiyong?" tanya gadis itu yang buru-buru meraih uluran tangan Lisa dan buru-buru juga melepaskan jabatan tangan mereka. Gadis itu terlihat sangat gelisah dan khawatir pada keadaan Jiyong.

"Dia masih belum sadar tapi keadaannya tidak separah kelihatannya. Dia akan baik-baik saja," jawab Lisa. "Terimakasih karena sudah membawanya kesini, aku akan memberitahu Jiyong kalau kau yang menolongnya,"

Jiwon masih diam, masih terlihat sangat gelisah dan terlihat sangat ingin masuk untuk melihat sendiri keadaan Jiyong. Lisa ingin tahu siapa gadis itu sebenarnya, namun ia terlalu canggung untuk bertanya.

"Untuk sekarang, pulang dan beristirahatlah," ucap Lisa kemudian. "Keadaan disini masih belum baik, kau bisa datang lagi besok. Aku akan mengusahakan agar kau bisa melihat sendiri keadaan Jiyong besok. Beri aku nomor telponmu, aku akan mengabarimu begitu Jiyong sadar,"

"Terimakasih," balas Jiwon. "Tapi, apa hubunganmu dengan Jiyong?"

"Teman dekat,"

***

06:30Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang