19

1.5K 170 14
                                    

***

Jiyong terus diam. Pria itu duduk di depan Lisa namun Lisa tidak dapat merasakan kehadirannya. Raga Jiyong ada di rumah Lisa, namun jiwanya masih tertinggal di depan lift agensi tadi. Sembari makan, Lisa terus bicara namun Jiyong hanya menanggapinya dengan beberapa gumaman singkat.

"Apa yang kau pikirkan, sayang?" tanya Lisa, masih berusaha terdengar tenang dan sabar.

"Ah... Maaf, aku melamun," ucap Jiyong yang baru tersadar dari pikirannya sendiri ketika Lisa menyentuh tangannya. "Aku ke kamar mandi sebentar, sepertinya aku mengantuk,"

Mungkin sudah lima tahun Jiyong tidak bertemu dengannya lagi. Lima tahun lalu, Jiyong berpisah dengannya di agensi dan hari ini ia melihatnya lagi– di agensi juga. Tubuhnya membeku ketika tadi mata mereka bertemu di lift. Ia berulang kali berusaha menyadarkan dirinya dari mimpi buruk, namun wajah dingin gadis itu tidak bisa pergi dari kepalanya.

"Sadarlah Kwon Jiyong," gumam pria itu sembari bercermin di kamar mandi rumah Lisa. "Kau sudah punya Lisa, hanya dia satu-satunya gadis yang selalu ada untukmu. Pikirkan Lisa saja, jangan memikirkan gadis jahat itu lagi,"

"Kwon Jiyong! Kau tidur di kamar mandi?!" teriak Lisa disusul suara ketukan pintu yang tidak begitu keras. "Aku tidak keberatan kalau kau mau membersihkan kamar mandiku sekalian!"

"Aku keluar sebentar lagi!" balas Jiyong yang kemudian diiyakan oleh Lisa.

Lisa duduk di sofa sembari menonton acara TV ketika Jiyong kembali dari kamar mandi. Pria itu duduk di sebelah Lisa kemudian bersandar pada bahu gadisnya. Melingkarkan tangannya di punggung Lisa dan memeluk gadisnya. Berulang kali ia menarik dan menghembuskan nafasnya seakan tengah mengatur sesuatu di dalam dirinya.

"Apa terjadi sesuatu?" tanya Lisa sembari mengusap-usap lengan Jiyong yang memeluknya. "Kau baru saja melakukan kesalahan?"

"Ya,"

"Jangan bilang menyetujui film itu adalah kesalahan untukmu, managerku sudah bicara dengan sutradaranya,"

"Bukan itu,"

"Lalu? Apa kau sedang meniruku saat aku datang bulan?"

"Wah... Kau merasa seperti ini saat datang bulan?" balas Jiyong membuat Lisa langsung menoleh menatap wajah itu. "Ada apa? Ada sesuatu di wajahku?"

"Aku sedang datang bulan,"

"Ya, kau sudah bilang,"

"Jadi jangan membuatku kesal," ucap Lisa yang kemudian melepaskan pelukan Jiyong dari tubuhnya dan berbaring di atas sofa, berbantalkan paha Jiyong. "Kalau aku kesal, kau akan kesulitan mengatasinya, sayang,"

"Tidak perlu datang bulan, kalau kau kesal, aku tetap akan kesulitan mengatasinya," Jiyong menunduk, melihat Lisa berbaring di sana dengan bibir mengerucut, kesal. Melihatnya Jiyong lantas terkekeh kemudian menurunkan kepalanya untuk mengecup bibir kerucut itu. "Aku hanya bercanda, sayang,"

"Kau sangat ingin mati ya?" sinis Lisa, hanya sebuah kecupan ringan saja tidak dapat mengurangi rasa kesalnya.

"Tidak, aku menginginkanmu,"

"Oh? Benarkah? Lalu bagaimana dengan Kiko?" tanya Lisa yang kemudian menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Lisa hanya senang menggoda Jiyong– walaupun biasanya justru ia yang akhirnya kesal.

"Ku dengar dari Seunghyun hyung reading naskahnya akan dimulai minggu depan, apa itu artinya kau juga akan ikut?" tanya Jiyong, mengalihkan pembicaraan mereka sebelum Lisa mulai kesal. "Akan aneh kan kalau aku ikut? Apa aku boleh datang saat kau akan merekam adegan?"

06:30Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang