5

2.3K 264 3
                                    

***

Lisa membuka matanya, masih dengan tubuh yang berbaring di ranjang gadis itu melihat jam dinding di kamarnya dan jam itu sudah menunjuk pukul empat sore. Perlahan, matanya menangkap sosok pria yang tengah terlelap di atas karpetnya. Tampan, pikir Lisa disaat memperhatikan wajah pria itu. Rasanya sangat nyaman menghabiskan waktu bersama dengannya, hingga tanpa sadar Lisa memperhatikan pria itu cukup lama, sampai pria itu perlahan membuka matanya di pukul lima sore.

"Apa yang kau lihat?" tanya Jiyong, ketika ia akhirnya menyadari kalau sedari tadi Lisa memperhatikannya.

"Akhirnya kau bangun juga," komentar Lisa kemudian, menyembunyikan sedikit rasa gugupnya. "Ambilkan minum itu..." pinta Lisa sembari menunjuk sebuah botol di belakang Jiyong.

"Kau bisa mengambilnya sendiri," protes Jiyong yang tetap meraih botol di belakang punggungnya dan melemparkannya ke atas ranjang. "Kenapa harus menungguku bangun,"

"Tentu saja kau harus bangun. Kau tidak berencana menginap disini kan?"

"Ah iya... Jam berapa sekarang? Sudah waktunya untuk pulang?" tanya Jiyong, sembari bergerak untuk meregangkan otot-ototnya.

"Jam 5 sore..." jawab Lisa yang tanpa sadar ikut meregangkan ototnya dan bergerak untuk duduk seperti Jiyong. "Aku lapar... Mau makan dulu disini?"

"Kau bisa memasak? Memakai dapurmu saja belum pernah,"

"Heish... Jangan meremehkanku," seru Lisa yang kemudian bangkit dan berjalan keluar dari kamarnya. "Tadi aku membeli ramyun cup, mau?"

"Tentu!"

"Turunlah setelah seluruh nyawamu kembali," balas Lisa yang sudah menuruni tangga di rumahnya dan hendak membuatkan dua cup ramyun instan. Makan setelah bangun tidur benar-benar sebuah kenikmatan.

Di meja makan, keduanya kembali duduk berhadapan dan menikmati makanan masing-masing. Ada banyak sekali obrolan di antara mereka, namun rasanya semua topik tersebut tidak ada habisnya. Jiyong senang menghabiskan waktu bersama Lisa, begitu juga sebaliknya.

"Lisa-ya," ucap Jiyong yang hanya Lisa tanggapi dengan sebuah gumaman. "Kau berkencan dengan seseorang?"

"Eunwoo oppa melarangku berkencan denganmu," jawab Lisa membuat Jiyong kemudian menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Apa niatnya itu terlihat terlalu jelas?

"Manager Cha? Kenapa?"

"Kenapa? Kenapa bertanya padaku? Kira-kira apa yang kau lakukan sampai Eunwoo oppa mengatakan hal itu padaku? Mungkin ada hubungannya dengan para trainee di agensi?"

"Ah... agensi melarangmu berkencan di tahun-tahun awal kontrak kan?" tanya Jiyong dan Lisa menggeleng. "Tidak?"

"Tidak," jawab Lisa. "Tidak boleh berkencan di tiga tahun pertama? Aku meminta mereka menghapus point itu dan mereka setuju, Yang Sajjangnim setuju. Kalau mereka tidak setuju, aku akan mencari agensi lain,"

"Ini kali pertama aku dengar point paling penting itu bisa di hapus... Bahkan Se7en hyung menyetujui point itu," komentar Jiyong masih sembari menghabiskan ramyunnya. "Ku pikir hanya aku yang mendapat keringanan,"

"Keringanan apa?"

"Karena menulis lagu, aku hanya tidak boleh berkencan di tahun pertama debut," jawab Jiyong. "Aku sudah boleh berkencan-"

"Teman-temanmu juga sudah boleh," potong Lisa. "Dua hari lalu Seunghyun memintaku berkencan dengannya,"

"Hah?! Seunghyun?! Maksudmu Seungri?!"

"TOP," singkat Lisa yang sukses membuat Jiyong tersedak ludahnya sendiri. Bagaimana bisa? TOP tidak pernah membicarakan seorang gadis pun, dan tiba-tiba Lisa bilang TOP mengajaknya berkencan. Jiyong tidak ingin mempercayainya, namun sedikit sisi hatinya merasa Lisa tidak mungkin berbohong. "Lihat? Haruskah aku bilang kalau kau disini?" tanya Lisa sembari menunjukan layar handphonenya, sebuah panggilan dari TOP baru saja masuk.

06:30Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang