16

1.5K 229 7
                                    

***

Jika ada sebuah tangga tak berujung yang dapat menggambarkan karir mereka, kini Jiyong sudah membawa Big Bang ke posisi yang lebih tinggi dari orang lain di agensi mereka. Tiga tahun lalu, mungkin Lisa yang memimpin, namun kini Jiyong sudah berada jauh di depan Lisa dan Chaerin baru saja menyusul Lisa. Chaerin dan teman-teman se grupnya, sudah beberapa tingkat di atas Lisa sekarang. Semua pujian di agensi itu hanya di tujukan pada kedua grup itu dan semua yang berperan di baliknya. Tidak ada lagi yang memuji Lisa, walaupun karirnya belum benar-benar redup. Ah dan belum lagi para trainee yang mulai berlomba menyusul Lisa.

Tanpa Lisa sadari, ia terus berdiri di tempat yang sama sejak tiga tahun lalu, sementara tangga di depannya perlahan-lahan terus bertambah tinggi. Lisa harus berkembang, Lisa harus naik, sebelum benar-benar di tinggalkan. Namun naik tidak semudah membalik telapak tangan. Menaiki tangga karir itu jauh lebih sulit di banding mengerjakan laporan-laporan kuliahnya. Semua bintang di agensinya semakin bersinar tapi Lisa tetap begitu-begitu saja.

"Ah sudahlah! Toh aku tidak akan mati walaupun tidak terkenal lagi!" seru Lisa sebelum ia keluar dari kamarnya pagi ini. Orangtuanya ada di rumah hari ini, dan tentu saja Jiyong tidak bisa menginap disana. "Selamat pagi~ mom~ dad~" sapanya kepada sang ibu yang menata meja makan dan sang ayah yang menyelesaikan masakannya. Ayah Lisa mewarisi sebuah perusahaan di Thailand, namun belakangan ini ia lebih tertarik menjadi seorang koki dibanding seorang pengusaha. Hingga akhirnya, sang ibu di jadikan direktur utama perusahaan itu dan sang ayah mengelola sebuah restoran. Lisa tidak akan pernah jatuh miskin walaupun ia tidak bekerja, kekayaan orangtuanya sangat cukup untuk membiayai hidupnya.

"Aku dan ayahmu sudah dengar mengenai pekerjaanmu. Tawaran yang masuk hanya tawaran-tawaran kecil, bukan?" ucap sang ibu setelah mereka selesai sarapan. "Kami tidak keberatan kalau kau ingin berhenti bekerja dan hanya fokus pada kuliahmu. Kalaupun harus membayar uang pinalti untuk kontrakmu di YG, kita bisa membayarnya,"

"Kau juga bisa bekerja di perusahaan kalau tidak ingin menganggur, kau bisa mengelola salah satu cabang. Cabang di Seoul juga tidak masalah, kalau kau tetap ingin disini bersama Jiyong," tambah sang ayah, mencoba menenangkan putrinya. "Pekerjaan di dunia ini bukan hanya model atau aktris. Kau selalu bisa melakukan semuanya dengan baik, putriku yang hebat ini akan selalu bisa bertahan dimanapun,"

"Ah iya..." gumam Lisa sembari menatap kedua orangtuanya. "Aku sempat lupa kalau orangtuaku kaya raya hehe... Kontrakku di YG masih ada satu tahun lagi, aku akan bertahan sampai kontrakku habis... Lalu setelah itu, boleh aku memikirkannya nanti? Melanjutkan kontrak di YG atau mengurus perusahaan keluarga kita, aku akan memutuskannya nanti,"

"Tentu kau bisa memutuskannya nanti, sayang," jawab sang ibu yang kemudian mengusap rambut putrinya. Hari itu, tanggal 5 Maret, Lisa masih tidak punya jadwal apapun. Ia hanya pergi bermain dengan Jiyong, sementara kedua orangtuanya mengunjungi pabrik makanan milik keluarga mereka. Perusahaan yang dipimpin ibu Lisa bergerak di bidang makanan instan seperti nugget dan sosis. Produsen makanan beku yang punya cabang di beberapa negara Asia. Keluarga Lisa tidak pernah kekurangan uang, namun tidak ada banyak orang yang tahu kalau perusahaan mereka itu menghasilkan banyak keuntungan, sehingga ada banyak orang di industri hiburan yang meremehkan mereka.

Lisa dan gaya hidupnya yang terlewat santai, hanya dipandang sebelah mata oleh orang-orang dalam industri hiburan– oleh reporter dan sesama bintang. Sang ayah yang sejak kecil ikut membangun bisnis keluarga mereka, ikut melihat bagaimana sulitnya kakek Lisa membangun perusahaan itu, mengajarkan putri dan istrinya kalau gaya hidup dan kekayaan bukan satu-satunya indikator kebahagiaan dalam keluarga mereka.

"Lisa... Kau tidak terlahir dari keluarga kaya raya, dulu kedua kakekmu hanya pedagang kecil. Orangtuaku hanya penjual camilan dan orangtua ibumu hanya pedagang pakaian di pasar. Sekarang hidupmu memang berkecukupan, tapi jangan meremehkan orang-orang yang berjuang seperti kakekmu dulu. Jangan meremehkan orang-orang yang bekerja keras untuk bertahan hidup," selalu itu yang sang ayah katakan pada putrinya setiap kali mereka mendapat kesempatan untuk berbicara berdua.

Tepat satu minggu setelah tanggal 4 Maret, orangtua Lisa kembali ke Thailand dan gadis itu sibuk dengan beberapa pemotretan serta meeting mengenai kontraknya di agensi. Tepat di satu minggu itu juga, seorang reporter mengambil foto Lisa ketika ia mengangkat sendiri sekotak paket yang di terimanya di depan agensi. Kemudian reporter itu menulis sebuah artikel yang menyebut Lisa sebagai 'ratu iklan bangkrut yang harus bertahan hidup' dan menggegerkan seisi agensi.

"Lisa noona benar-benar bangkrut ya sekarang?" tanya Seungri setelah Sandara dan Bom membahas artikel itu di studio rekaman.

"Hm..." gumam Jiyong mengiyakan. Menurut Jiyong, Lisa memang benar-benar bangkrut karena uang sakunya bulan ini sudah habis.

"Dia seorang ratu iklan, walaupun sekarang iklannya tidak sebanyak model-model baru, tapi dia tetap seorang model terkenal. Ada banyak model yang menjadikannya inspirasi," puji Sandara sebelum ia mulai menjatuhkan Lisa dengan argumennya. "Andai saja dia bisa bersikap seperti model yang glamor di depan umum, dan tidak sok baik dengan membantu semua orang, berita seperti ini tidak akan muncul,"

"Padahal dulu dia sangat angkuh, kenapa sekarang dia bersikap sok baik dan justru merusak imagenya sendiri? Kalau dia ingin bersikap baik, dia bisa menyumbangkan uangnya saja, tidak perlu menjadi tukang angkat seperti ini," tambah Bom dan Jiyong hanya menganggukan kepalanya.

"Kau mungkin tidak memperhatikannya, tapi sejak dulu Lisa memang selalu begitu," bela Jiyong namun tetap terdengar santai. Pria itu bahkan masih berbaring di atas sofa sembari bermain dengan game di handphonenya. "Sejak dulu ia selalu membantu petugas kafeteria membawa bahan makanan dari pintu belakang ke dapur, mumpung dia juga akan ke kafeteria. Dia sering mendapatkan beberapa bungkus rumput laut kering karena itu. Dan dia memberi rumput laut itu padamu, kau lupa Seungri-ya?" lanjutnya sembari melirik Seungri. Hanya ada Jiyong Seungri, Sandara dan Bom disana.

"Siapa yang akan memperhatikan itu kalau dia bersikap sangat angkuh di depan para trainee, hanya karena kami belum debut-"

"Bagaimana dia tidak bersikap begitu setelah membaca pesan jahat yang dulu kalian kirimkan noona?" potong Seungri yang kemudian mengerucutkan bibirnya. "Saat itu aku benar-benar terkejut, ternyata kalian bisa bersikap kejam juga, ku pikir hanya Jiyong hyung yang jahat,"

"Hei, dimana kau sekarang?" tanya Jiyong pada seorang gadis yang di telponnya, Lisa. "Di lantai 4? Apa yang kau kau lakukan disana?"

"Tadi aku melihat hadiah-hadiah dari fans yang di taruh di depan gerbang depan, sepertinya OB belum keluar hari ini, jadi sekalian saja hadiahnya ku bawakan ke lantai 4. Sebelum hadiahnya kehujanan di gerbang," suara Lisa terdengar dari speaker handphone Jiyong. Jiyong sengaja menyalakan mode speakernya, agar tiga orang di sekitarnya mendengar alasan Lisa sering membawakan barang orang lain. "Ada banyak hadiah untukmu, ingin ku bawakan sekalian?"

"Apakah ada boneka? Atau bunga?" tanya Jiyong sementara tiga teman di studio rekaman itu hanya diam mendengarkan mereka.

"Ada, ingin ku bawakan boneka dan bunganya?"

"Tidak, ambil saja boneka dan bunganya... Untukmu, anggaplah hadiah dariku,"

"Heish... dasar miskin, kau tidak mampu membelikan bunga untukku?"

"Hei hei nona, tidak ingat siapa yang meminjamimu uang kemarin? Kau yang miskin sekarang,"

"Ah iya... tapi hari ini aku sudah kembali kaya, pagi ini eomma sudah memberikan sebagian uangku, dimana kau sekarang? Studio? Ada hal penting yang ingin ku bicarakan padamu," tanya Lisa dan Jiyong buru-buru mematikan mode speakernya. "Bagaimana kalau aku membeli saham di YG? Tahun depan kontrakku selesai dan respon beberapa orang mengenai artikel kebangkrutanku itu membuatku muak,"

"Aku juga ingin membahas itu denganmu, ayo bicara di ruang meeting lantai 3, ajak juga managermu, tadi aku melihatnya di ruang Yang Sajjangnim,"

***

06:30Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang