Bagian 2

6.7K 493 8
                                    

Bagian 2: Tapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 2: Tapi ....

●●●

"Sayang, Bunda sama Ayah berangkat duluan, ya." Bunda melambaikan kedua tangannya. Dengan senyum secerah mentari yang bahkan belum siap untuk kembali menyinari dunia ini. "Jangan nakal, loh." Lalu, Bunda masuk ke dalam mobil, menyusul Ayah yang sudah terlebih dahulu duduk di kursi pengemudi.

Sementara itu, Dafi dan Rasya berdiri di teras, dengan wajah yang masih tampak kuyu, efek baru bangun tidur. Sesekali, Dafi menguap, kemudian menularkannya ke Rasya sehingga kakaknya itu ikut menguap. Tidak ada yang membalas ucapan Bunda sama sekali, karena pada kenyataannya, kedua cowok itu belum sadar sepenuhnya.

Ketika pada akhirnya mobil Ayah melaju, barulah Rasya mengerjap, agak sedikit terkejut. Ia menatap mobil Ayah yang makin lama makin jauh, lalu menatap Dafi. "Loh, Ayah sama Bunda berangkat pagi? Tumben."

Dafi mengangguk, dengan mata yang masih setengah tertutup. Ia membalik tubuhnya, dan tanpa suara, Dafi berjalan menuju kamarnya. Sementara Rasya, yang awalnya mau melanjutkan tidurnya, tiba-tiba mengingat kalau hari ini adalah hari Senin. Kelas dimulai nanti siang, tapi ada satu tugas penting yang harus Rasya lakukan; mengantar Dafi ke kampusnya dengan selamat.

"Deeek! Mandi! Lo kuliah pagi hari ini 'kan?" Rasya berteriak, seraya berderap menuju kamar Dafi. Dalam hati, Rasya berharap adiknya itu tidak kembali tidur. Dibukanya pintu kamar Dafi yang tertutup rapat. Saat pintu mengayun terbuka, Rasya malah tidak dapat menemui keberadaan Dafi di dalam sana. Hal itu membuat Rasya menyernyit heran. "Adek?"

"Kenapa, sih? Berisik banget." Tiba-tiba, suara Dafi terdengar. Diikuti oleh kemunculan Dafi yang juga tiba-tiba dari ruang mencuci. Ia menguap sejenak, tidak peduli dengan Rasya yang agak terkejut dengan kehadiran dirinya. Ditambah lagi, Dafi sudah tidak mengenakan bajunya, dengan handuk bergambar beruang yang tersampir di lehernya. Untung saja, Dafi masih mengenakan celana pendeknya. Jika tidak, mungkin Rasya sudah mendorongnya dari ujung tangga.

"Ngapain dari sana?"

Dafi menguap sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Ngambil sabun. Gue lihat tadi sabun di kamar mandi habis. Tadi, Ayah sama Bunda gimana, ya, mandinya? Masa nggak sabunan?"

Perlahan, Rasya mendorong Dafi. "Yaudah, sana siap-siap. Biar cepat berangkat. Kalau nggak gitu, nanti lo telat."

Dafi tersenyum geli dan merotasikan manik madunya yang jernih. "Bilang aja biar lo bisa cepat tidur lagi 'kan, Kak? Gue paham banget sama lo."

Mendengar itu, Rasya lantas nyengir. Ditepuknya pundak Dafi perlahan. "Lo emang paham banget soal gue," pujinya dengan decakan yang keluar dari bibirnya, "udah sana mandi."

Under the StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang