Sebelum membaca FF ini saya ingatkan lagi, FF ini tidak ada sangkut pautnya dengan FF sebelumnya (Jaedo; Baby On The Way) hanya saja jenis ceritanya sama.
Bagi pembaca baru, yang tidak suka MPREG yang tidak suka YAOI saya sudah peringatkan untuk tidak lanjutkan membaca. tapi kalau masih mau baca jangan pernah salahkan saya, sekian terima kasih.
...
Perlahan Ten membuka paketan yang baru di terimanya. Sesekali ia menoleh kiri kanan curiga, takut-takut ada seseorang tiba-tiba masuk ke ruangannya tanpa permisi. Merasa aman, Ten leluasa merobek plastik pembungkus dus kecil itu. Lalu ia membuka plester dusnya dengan pengikir kuku.
Setelah dibuka, tampak sebotol obat di sana. Ten tahu benar apa fungsi obat itu. Ia berhasil mendapatkan obat ini dengan segenap keberaniannya menembus website pasar gelap di internet. Dengan jantung berdebar Ten meraih botol putih seukuran botol garam.
Ada secarik kertas terlampir bersama botol itu. Ten memilih untuk terlebih dulu membaca petunjuknya. Tidak ada petunjuk spesifik, hanya ada beberapa peringatan di sana.
WARNING !
TIDAK DIANJURKAN UNTUK PENDERITA ANEMIA
RASA NYERI BISA BERLANGSUNG KURANG LEBIH 2 JAM SETELAHNYA
PENGGUNAAN UNTUK KANDUNGAN DI ATAS 6 MINGGU BERESIKO KEMATIAN
Ten kembali melipat kertas itu setelah membacanya. Ia berusaha meneguk ludah. Sebelum membuka botol obat tersebut, Ten menyempatkan diri mengusap perut datarnya.
"Maaf..." bisiknya kemudian segera membuka botol dan menumpahkan isinya ke telapak tangan. Ten menatap pil-pil tersebut ragu. Pikirannya mulai diganggu oleh bisikan-bisikan malaikat yang mengatakan ia tidak harus melakukan ini. Namun di sisi lain para setan berbisik padanya untuk segera menelan pil itu.
Tanpa sadar air mata Ten jatuh. Ia menggeleng kuat dan mengangkat genggamannya untuk memasukan pil itu ke dalam mulutnya sekaligus.
Aku benar-benar minta maaf... batinnya lagi. Belum sampai pil itu masuk ke dalam mulutnya. Satu gerakan cepat membuat pil-pil di tangannya terhambur ke lantai. Ten menahan napas terkejut. Ia menoleh dan mendapati Taeyong di sampingnya dengan napas tersenggal, menatapnya marah.
"APA YANG KAU LAKUKAN?!" bentaknya. Ten beringsut takut. Ia mundur selangkah.
"A-aku... aku..." Taeyong merebut botol di tangan Ten dan membacanya. Lalu ia membaca kertas yang tadi di baca Ten. Mata tajamnya kembali menatap Ten. Kali ini amarahnya bercampur rasa tidak percaya. Ten semakin merasa tidak nyaman ditatap seperti itu.
"Berapa usianya?" desis Taeyong.
"Apa urusanmu?" sahut Ten. Taeyong mendekatinya, memegang pundaknya.
"Ten, katakan." Titahnya. Ten balas menatapnya tajam. Ia melepas kedua tangan Taeyong lalu mendorongnya menjauh.
"Pergi, jangan urusi urusanku!" kesalnya. Tapi Taeyong malah menyudutkannya ke dinding. Menatapnya semakin tajam.
"Ini urusanku, Ten." Taeyong menekankan. Ten memalingkan wajahnya.
"Enam minggu." Sahut Ten singkat kemudian kembali menatap tajam Taeyong. "Sebelum ia semakin besar, semakin menghancurkan hidupku, aku harus menyingkirkannya."
"Kau gila? Kau mau membunuhnya! Tidak, aku tidak akan membiarkannya!" bentak Taeyong tidak senang. Keduanya sama-sama terdiam dengan napas beradu. Tatapan Taeyong perlahan berubah menjadi tatapan yang paling lembut. Ia mengusap pipi Ten pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undecided
Fanfiction[ Complete ] NCT YAOI FANFICTION /// WARNING ! TIDAK DIANJURKAN UNTUK PENDERITA ANEMIA RASA NYERI BISA BERLANGSUNG KURANG LEBIH 2 JAM SETELAHNYA PENGGUNAAN UNTUK KANDUNGAN DI ATAS 6 MINGGU BERESIKO KEMATIAN Ten kembali melipat kertas itu setelah...