Genap seminggu, Ten akhirnya mendengar suara derit pagar. Ia segera berdiri dari duduknya untuk membuka pintu. Matanya langsung bertemu dengan tatapan Taeyong. Ten mengembangkan senyuman manisnya. Seolah mereka tidak pernah bertengkar, Taeyong tidak pernah pergi dari rumah, ia menyambut Taeyong seperti biasa Taeyong pulang kerja.
"Wasseo?" Taeyong mengangguk kikuk. Kalau saja memang tidak pernah terjadi apa-apa, Taeyong akan melangkah dengan riang dan mengecup bibir tipis itu berkali-kali.
Ten segera mengambil tas di tangan Taeyong dan membawanya ke dalam. Taeyong merasa rumahnya lebih bersih dari sebelumnya. Apakah Ten yang membersihkan? Atau hanya perasaannya saja karena selama ini ia tinggal di apartemen Yuta yang lebih mirip kandang sapi.
Ten melangkah ke dapur, Taeyong mengekorinya. "Di luar sangat panas." ucap Ten menuangkan jus jeruk yang ia ambil dari dalam kulkas. Taeyong tidak nyaman dengan akting 'tidak terjadi apa-apa ini' bukan ini tujuannya pulang ke rumah.
"Ten kita harus bicara," ucapnya kemudian. Ten menyorongkan segelas jus jeruk, sambil tersenyum tipis ia menjawab,
"Kita memang harus bicara, tunggu sebentar." Ten menjauh dari meja makan. Ia pergi ke kamar mereka. Beberapa lama kemudian kembali dengan sebuah amplop coklat. Lalu ia duduk di hadapan Taeyong.
"Jadi..." Ten menaruh amplop itu di atas meja. Ia tampak gelisah dan sedih. Berbeda sekali dengan Ten yang sedang berakting 'tidak terjadi apa-apa' tadi. Ten menarik napas dalam-dalam kemudian menghelanya perlahan. "Taeyong Hyung, aku minta maaf." ucap Ten menatap lurus Taeyong.
Taeyong mendongak membalas tatapannya. "Mungkin kata maaf tidak akan pernah cukup menebus kesalahan yang pernah ku buat, tapi sebenarnya aku tidak pernah bermaksud menipu, atau membohongimu Hyung. Pada awalnya kau hanya salah paham, salahku disini, aku tidak meluruskan kesalahpahaman mu itu, aku benar-benar salah..."
"Tapi sejujurnya, aku ingin menikah denganmu bukan karena aku ingin menutup malu atau mencari ayah untuk bayiku, aku menikah denganmu karena aku melihat ketulusanmu, aku melihat kau sebagai pria yang baik. Kau ingat tidak tentang pembicaraan kita tentang pernikahan malam itu? Di pesta? Kata-katamu sungguh membuatku tersentuh." Ten menengok wajah suaminya. Taeyong mengangguk kecil. Ia sangat ingat detik-detik sebelum dirinya tak sadarkan diri waktu itu. Ten dengan wajah bimbang bertanya tentang pernikahan, Taeyong pun menjawab dengan versinya sendiri.
Taeyong tidak akan pernah melupakan malam itu. Setelah ia mengucapkan pendapatnya, rasanya waktu berhenti. Musik berisik itu tidak lagi terdengar. Ten terlihat lebih cantik dengan binar di matanya. Tidak akan pernah lupa.
"Waktu itu, aku tahu kau menyukaiku, aku merasa tersanjung dicintai dengan tulus oleh pria berhati baik," Ten meraih tangan Taeyong, meremasnya pelan. "Karena itu aku bersedia menjadi istrimu, aku ingin menjadi pendamping hidupmu sampai kita sama-sama tidak lagi ada didunia ini. Aku bisa membayangkan betapa serunya hidup kita bisa membesarkan Haechan bersama-sama..."
"Tapi, Ten,"
"Iya, aku tahu, semuanya sudah terlambat." sela Ten melepas pegangan tangannya perlahan. Ia berganti menyodorkan amplop berwarna coklat ke hadapan Taeyong. Ia juga melepas cincin emas putih di jari manisnya dan menyerahkannya pada Taeyong.
"Aku sudah tidak pantas lagi menjadi istrimu, pria baik sepertimu berhak mendapatkan pasangan yang lebih baik, bukan orang jahat sepertiku."
Ketika Taeyong membukanya, kop suratnya dari catatan sipil. Surat pengajuan pembatalan pernikahan. Surat cerai. Langit rasanya tiba-tiba saja runtuh dan meniban Taeyong. Ten menunduk, bahunya bergetar. Taeyong tidak berani melihat Ten yang berurai air mata untuk kedua kalinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Undecided
Fanfiction[ Complete ] NCT YAOI FANFICTION /// WARNING ! TIDAK DIANJURKAN UNTUK PENDERITA ANEMIA RASA NYERI BISA BERLANGSUNG KURANG LEBIH 2 JAM SETELAHNYA PENGGUNAAN UNTUK KANDUNGAN DI ATAS 6 MINGGU BERESIKO KEMATIAN Ten kembali melipat kertas itu setelah...