Lima tahun kemudian, di musim panas yang sama. Hari yang sebenarnya ingin Ryeowook sekeluarga lupakan tapi tidak bisa. Karena selain luka, hari itu juga merupakan hari dimana datangnya kebahagian baru. Benar, hari kelahiran cucu tersayang dan satu-satunya, Lee Haechan.
Ryeowook merasa dirinya harus repot. Bolak balik dengan seorang event organizer, Ryeowook memastikan ruang tengahnya sudah ditata dengan apik dengan dekorasi khas acara ulang tahun anak-anak. Ten mendampinginya tampak pusing.
"Ta-da!" seru Ryeowook girang memperlihatkan backdrop besar bercorak bunga matahari dengan wajah Haechan tersenyum lebar tidak kalah cerah dengan bunga matahari di tengahnya. Ten mengernyit.
"Bukankah ini terlalu berlebihan?" tanyanya entah pada diri sendiri atau ibunya. Ryeowook memandangi backdrop serta dekorasi-dekorasi heboh di sekitarnya sambil berpikir. Ten menatapnya penuh harap.
"Tidak, ah, biasa saja." sahutnya membuat Ten memaksakan kepalanya mengangguk setuju. Di Belakangnya terdengar langkah kaki kecil di iringi langkah kaki orang dewasa.
"Eommaaaa!!" seru suara cempreng anak laki-laki tersebut. Ten menoleh mendapati putra kecilnya dengan tubuh setengah basah dan handuk melingkar di pinggangnya.
"Haechan, hati-hati." tegur Taeyong mengiringi dari belakang. Jelas celana pendek dan kaos oblongnya basah kuyup di bagian depan. Semua ulah Haechan yang tidak bisa berhenti mencipratkan air padanya ketika mandi.
Ten menangkap tubuh kecil yang berlari-lari ke arahnya. "Keringkan dulu badanmu, nanti terpeleset." ucap Ten merentangkan handuk Haechan untuk mengeringkan tubuh dan rambut Haechan. Taeyong berdiri di dekatnya. Ternganga memandangi backdrop dan dekorasi heboh.
Taeyong melirik Ryeowook yang sibuk menjepret sana sini singgasana ulang tahun Haechan. Kue tart, cupcake, dan permen-permen sudah tertata apik di atas meja. Taeyong dengan hati-hati bertanya,
"Eomma, acaranya hanya untuk keluarga dan kerabat, kan?" tanyanya. Ryeowook menoleh.
"Benar, juga beberapa tetangga, mereka punya cucu yang lucu-lucu." sahut Ryeowook berbinar. Taeyong tidak menjawab lagi. Ia hanya bersin kemudian pamit untuk menyusul Ten dan Haechan yang sudah terlebih dulu ke kamar.
Taeyong membuka baju sambil mengeringkan dadanya yang basah. Sementara Haechan didandani sedemikian rupa dengan baju yang didesain khusus oleh ibunya sendiri. Kemeja biru muda bercorak, dasi kupu-kupu, suspender, dan celana berwarna coklat dengan gambar bordiran kucing di paha sebelah kiri. Haechan pun sudah siap menjadi pangeran sehari. Rambut ikalnya sudah Ten beri jel agar tidak mencuat.
Taeyong memakai kemeja yang senada dengan baju Haechan. Di bagian kantung kemeja itu ada gambar kucing yang sama dengan yang ada di celana Haechan. Sementara kemeja Ten, ada di bagian kerahnya kiri kanan. Pakaian mereka sengaja dibuat serasi.
Acara pun dimulai setengah jam kemudian. Para tamu sudah berkumpul. Orang tua Taeyong yang selama ini menetap di Jepang bahkan jauh-jauh datang ke Jeju hanya untuk merayakan ulang tahun cucu kesayangan mereka. "Kenapa kau sangat lucu hm? Aigoo." timang Jaejoong, ibu Taeyong menciumi pipi Haechan.
"Halmeoni bawa kado kan?" todong Haechan membuat Ten ingin membekap mulutnya, tidak sopan. Jaejoong tertawa ia mencium sekali lagi pipi Haechan yang gembul itu.
"Pasti, halmeoni tidak mungkin lupa."
"Ja ja ja, harap semuanya kembali ke tempat masing-masing, acara sebentar lagi akan dimulai." ucap Doyoung dengan pengeras suara di tangannya. Para tamu yang tidak mencapai lima puluh itu duduk berkumpul. Para anak yang jumlahnya lebih sedikit daripada para orang dewasa duduk di bagian paling depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undecided
Fanfiction[ Complete ] NCT YAOI FANFICTION /// WARNING ! TIDAK DIANJURKAN UNTUK PENDERITA ANEMIA RASA NYERI BISA BERLANGSUNG KURANG LEBIH 2 JAM SETELAHNYA PENGGUNAAN UNTUK KANDUNGAN DI ATAS 6 MINGGU BERESIKO KEMATIAN Ten kembali melipat kertas itu setelah...