Ditemani secangkir kopi, dirinya duduk di teras kafe di meja berpayung hijau lumut sambil menikmati pemandangan orang-orang hilir mudik dengan kesibukan mereka masing-masing. Beberapa orang di sekitarnya berbicara dengan bahasa yang sudah tidak lama ia dengar.
Seoul, sudah lama ia tidak menghirup udara yang kaya serat polusi tak terlihat ini. Setelah skandal besar yang menimpanya sekitar hampir 7 tahun yang lalu, karirnya berakhir di negeri ini. Seo Johnny terpaksa pergi untuk mengobati diri ke tempat kelahirannya, Chicago.
Di sana ia memikirkan segalanya. Semua kesalahan yang telah ia buat dan hampir membuatnya gila. Kira-kira setelah tujuh tahun mengasingkan diri disana, Johnny sedikit lebih bisa menerima kenyataan. Kenyataan bahwa dunia membencinya, termasuk orang yang pernah sangat dicintainya. Johnny terkadang geli kalau ia masih mengatakan mencintai orang itu, nyatanya Johnny hanya terus menyakitinya. Ia tidak pantas mencintai. Tapi begitulah kenyataannya.
Johnny menghela napas. Musim semi di tempat ini memang yang terindah. Bunga-bunga mulai bermekaran dengan cantik. Merah muda merekah. Merah muda identik dengan anak perempuan. Johnny jadi teringat kalau dia punya anak perempuan.
Sudah sebesar apa dia? bagaimanakah rupanya? Apa dia sehat-sehat saja? Hatinya kembali tergores. Johnny hampir membunuhnya waktu itu. Ia pun mendecak kesal. Tidak seharusnya ia kembali ke negara ini. Mimpi buruk itu kembali menghantuinya.
Johnny mengalihkan pandangan dari bunga-bunga cherry blossom tersebut kembali ke orang-orang yang berlalu lalang. Seorang anak kecil berjaket biru tua sejak tadi melintas bolak balik dengan wajah kebingungan. Ketiga kalinya ia melihat anak kecil itu melintas di hadapannya, Johnny akhirnya memanggil anak itu.
"Chogiyo." anak kecil itu berhenti melangkah. Tapi tidak meliriknya. Johnny pun melepas kacamata hitamnya.
"Hey, kau tersesat?" ucap Johnny lagi. Anak kecil itu menoleh. Wajahnya menampilkan kecurigaan.
"Kata Halmeoni aku tidak boleh bicara dengan orang asing." ucap anak kecil berambut coklat itu. Johnny mengernyit.
"Itu kau bicara." sahut Johnny mencondongkan tubuhnya.
"Sekarang tidak lagi." katanya. Johnny terkikik, ia menunjuk mulut anak kecil itu.
"Nah itu bicara lagi."
"Ishh ahjussi ini menyebalkan." Johnny langsung berhenti tertawa. Manis-manis anak laki-laki satu ini mulutnya pedas juga.
"Iya, iya, aku paham, tapi aku bukan penculik, atau berniat menculikmu, aku hanya penasaran kenapa dari tadi kau bolak balik, kau tersesat?" tanya Johnny lagi. Anak kecil itu menoleh kiri kanan lalu menghela napas.
"Iya..." jawabnya pelan. Johnny menatapnya iba. Ia menarik kursi dan memanggilnya untuk duduk di hadapannya.
"Siapa namamu?" tanya Johnny lagi.
"Donghyuck, Lee Donghyuck, tapi orang-orang memanggilku Haechan." jawab anak laki-laki kecil itu. Johnny tercengang sebentar. Rasanya nama itu tidak asing di telinganya. Haechan? Johnny pernah mendengarnya. Tetapi ia tidak tahu kapan dan dimana.
"Okey, Haechan. Aku Johnny Seo, kau bisa memanggilku siapa saja, uncle, samchon, ahjussi, hyung, terserah. Yang pasti kau bisa mempercayaiku kalau aku bukan penculik atau seseorang yang akan membahayakanmu." Jelas Johnny menepuk dadanya sendiri. Haechan mengangguk paham.
"Iya, Ahjussi." jawabnya. Johnny mengulum senyum. Ia mencondongkan lagi tubuhnya menghadap Haechan.
"Jadi, bagaimana kau bisa tersesat?" tanya Johnny.
"Karena aku kabur dari rumah." Johnny mengernyit lagi. Anak kecil ini benar-benar aneh.
"Kau kabur? Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Undecided
Fanfiction[ Complete ] NCT YAOI FANFICTION /// WARNING ! TIDAK DIANJURKAN UNTUK PENDERITA ANEMIA RASA NYERI BISA BERLANGSUNG KURANG LEBIH 2 JAM SETELAHNYA PENGGUNAAN UNTUK KANDUNGAN DI ATAS 6 MINGGU BERESIKO KEMATIAN Ten kembali melipat kertas itu setelah...