Terpogoh-pogoh Ten menyeret Taeyong masuk ke dalam kamar salah satu motel kelas menengah. Ia tidak mungkin membawa Taeyong ke rumah, ia tidak mau ambil resiko kalo misalkan Johnny malam ini tiba-tiba muncul di rumahnya. Ten ingin sekali mengantar pria ini ke rumahnya tapi Ten tidak mengetahui apa-apa, dia tinggal dimana, tinggal dengan siapa. Ten tidak tahu mesti pergi kemana selain membawanya pada pilihan ini.
"Hahh!" Ten menjatuhkan tubuh Taeyong ke atas kasur kemudian ia duduk di dekatnya mengatur napas.
"Hngggh." lenguh Taeyong berbalik. Ten mendecak sebal. Bagaimana bisa ada seorang pria dewasa yang tumbang hanya karena segelas whisky. Ten tidak habis pikir.
Ten berdiri ke kamar mandi untuk mengambil handuk. Ia kemudian merangkak naik ke kasur untuk membantu Taeyong membuka pakaiannya. Bukan maksud apa-apa, Ten hanya ingin Taeyong bisa tidur dalam keadaan yang bersih. Sebab sebelum masuk ke motel ini, Taeyong sempat memuntahkan isi perutnya dan sisa-sisanya membekas di sekitar pakaiannya.
Ten memulai dengan membuka luarannya. Lalu perlahan ia membuka kaus Taeyong. Entah kenapa jantungnya berdetak tak karuan melihat tubuh setengah telanjang Taeyong. Harus dia akui, Taeyong punya bentuk badan yang bagus. Ten mencoba mengabaikan getaran-getaran itu dengan mengusap wajah Taeyong dengan handuk basah.
Taeyong menggeliat. Ia membuka matanya. Mata itu bertemu dengan mata Ten. Mata yang menatapnya sinis. Ten melirik handuk dan wajah Taeyong bergantian lalu menunduk menyesal.
"M-maaf aku hanya ingin-"
"Sssttss..." Taeyong menaruh telunjuknya di bibir kecil Ten. Setelah itu ia tersenyum lembut. Tangannya terulur mengusap pipi Ten dan membetulkan tatanan rambut Ten agar ia bisa melihat wajah Ten tanpa tertutup poni.
"Ippuda." ucapnya. Ten yakin Taeyong masih dalam pengaruh alkoholnya. Tapi tetap saja ia merasa tersipu dipuji seperti itu. Ten tidak menanggapi, ia diam dan melanjutkan kegiatannya membersihkan sekitaran leher Taeyong.
Tetapi Taeyong malah menahan tangannya. Ten menatapnya terkejut. Taeyong menatapnya intens membuat Ten sulit menahan ludah. Kemudian tanpa di duga, Taeyong menarik Ten. Membuat posisi Ten menindihnya. Di sini, detak jantung Ten semakin tidak karuan. Ia mencoba melepaskan diri namun malah berbalik Taeyong menindihnya. Ia terkunci. Cengkraman Taeyong lumayan kuat.
Ten menatap Taeyong tidak percaya. Ia tidak pernah sekalipun membayangkan tidur dengan orang lain selain kekasihnya. Apalagi dengan orang yang berusaha berkencan dengannya dan dalam keadaan mabuk.
Tekanan dalam ruangan itu begitu kuat. Cahaya remang, di motel, posisi seperti ini. Suasananya mendukung, Ten akui. Ketika Taeyong semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Ten, Ten hanya bisa menutup mata.
Taeyong menempelkan bibirnya pada Ten. Melumat bibir Ten dengan gerakan perlahan tapi pasti. Ten terbawa suasana, ia membalas ciuman itu dan mengalungkan tangannya di leher Taeyong. Ciuman itu semakin lama mengantarkannya pada suasana yang lebih panas. Ten pun berbisik dalam hati berusaha melupakan fakta bahwa kali ini, ia tidak setia dengan kekasihnya.
. . .
Bangun-bangun Taeyong menggeram karena sakit di kepalanya. Rasanya seperti habis terhantam benda tumpul. Taeyong memijat keningnya sambil mengumpulkan kesadaran. Ketika ia melihat sekelilingnya, Taeyong merasa sangat asing.
Taeyong langsung sadar dia tidak berada di kamarnya. Taeyong menyadari satu hal lagi Ketika melihat pakaiannya tercecer di sekitar kasur. Taeyong perlahan membuka selimutnya. Ia telanjang bulat.
"Oh, kau sudah bangun?" Taeyong menoleh, mendapati Ten berdiri di dekatnya hanya menggunakan bathrobe sambil mengeringkan rambutnya. Taeyong terpana. Ia langsung mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam.
![](https://img.wattpad.com/cover/183352988-288-k234338.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Undecided
Fanfiction[ Complete ] NCT YAOI FANFICTION /// WARNING ! TIDAK DIANJURKAN UNTUK PENDERITA ANEMIA RASA NYERI BISA BERLANGSUNG KURANG LEBIH 2 JAM SETELAHNYA PENGGUNAAN UNTUK KANDUNGAN DI ATAS 6 MINGGU BERESIKO KEMATIAN Ten kembali melipat kertas itu setelah...