-Haechan POV-
Sesekali aku melirik ke arah jam di atas meja. Masih belum juga jam tujuh. Kenapa sih jam tujuh lama sekali? Aku kan tidak sabar untuk membangunkan kedua orang tuaku.
6.58...
6.59...
7.00...
TRIIIRIRIRING.
Yes! Sudah jam tujuh. Saat bangun dan melompat ke atas kasur appa dan eomma.
Oh iya, perkenalkan, namaku Lee Donghyuck dan semua orang memanggilku Haechan. Kenapa begitu? Suka-suka orang tuaku mau memanggilku apa. Umurku, sebentar lagi aku tujuh tahun. Hmm... kira-kira dua bulan lagi. Ditambah sebentar lagi aku akan masuk sekolah dasar. Sekolahnya orang-orang besar!
Aku juga tinggal di rumah besar. Tidak sebesar istana sih, tapi jelas lebih besar daripada rumah Jeno. Jeno itu sahabatku. Usia kami berdekatan. Kami sekolah bersama, bermain bersama. Kenapa aku bilang lebih besar dari rumah Jeno? Karena setidaknya aku tidak harus berbagi ruangan dengan seorang adik. Seperti Jeno yang punya adik cengeng bernama Jisung.
Kamar eomma dan appa ada di lantai bawah. Dulu kamarku juga di lantai bawah. Kamar berwarna oren dengan sebuah lukisan pohon berwarna putih. Tetapi bulan lalu, appa dan eomma membuatkanku kamar baru yang lebih besar. Kata mereka kamar di bawah terlalu kecil untukku.
Aku pun meminta warna merah untuk kamar baruku. Merah artinya berani dan kuat. Dan aku minta untuk dipasangkan poster Exo di tengah-tengahnya. Kalian tahu Exo kan? Kalau tidak tahu, kalian tidak keren.
"Appaa!!" seruku melompat ke atas tubuh appaku, Lee Taeyong. Umurnya? Entahlah aku lupa, aku masih susah berhitung.
"Agh! H-haechan pelan-pelan..." katanya sambil memelukku yang berbaring di atas tubuhnya. Aku sangat suka berbaring di sini. Meskipun yang kurasakan hanya tulang yang keras, tapi di sini hangat.
"Kau tambah berat ya." keluh appa mengusap punggungku.
"Karena sebentar lagi aku akan jadi orang besar!" kataku merentangkan tangan. Appa menatapku dari sudut matanya yang sipit. Lalu tersenyum tipis. Tangannya menepuk-nepuk kepalaku dengan sayang.
"Benar, sebentar lagi princess appa akan jadi anak besar." ucap appa duduk tegak di kasur sambil memangku ku. Princess? Huh. Aku tidak suka setiap appa menyebutku princess. Aku ini anak laki-laki! Harusnya prince! Walaupun aku tahu aku terlihat lebih imut daripada teman laki-lakiku yang lain, aku tetap prince!
"Prince!" dan Appa hanya tertawa. Dia seperti tidak menganggapku serius.
"Baiklah, baiklah, ayo kita mandi." ajak Appa bangun dari kasurnya. Di sebelahnya, eommaku, Lee Ten, eomma paling cantik juga paling menyebalkan di dunia, masih terlelap.
"Eomma, bangun, sudah pagi." kataku menangkup pipinya yang bulat. Eomma melenguh. Dia menjauhkan tanganku.
"Eomma masih mengantuk." ku sentuh lagi pipinya.
"Jangan tidur terus, eomma, nanti semakin gendut." ucapku berbisik agar Eomma tidak malu kalau Appa mendengarnya. Eomma langsung membuka mata. Ia menatapku tajam. Loh? Memangnya aku salah?
Semakin hari kulihat eomma semakin gendut. Dulu hanya bagian dalam tangannya saja yang kenyal. Sekarang hampir seluruh bagian tubuhnya kenyal. Dan coba kalian lihat, perutnya yang seperti bola itu. Apa kalau bukan gendut?
"Kemari kau." kata eomma menarikku dan menggelitik pinggangku.
"Ahahaha eomma, geli!"
"Haechan, ayo cepat mandi." sahut Appa membebaskanku dari gelitikkan Eomma. Eomma ikut bangun. Dia terlihat kesusahan dengan perutnya yang besar. Sepertinya aku harus meminta eomma berhenti makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undecided
Fanfiction[ Complete ] NCT YAOI FANFICTION /// WARNING ! TIDAK DIANJURKAN UNTUK PENDERITA ANEMIA RASA NYERI BISA BERLANGSUNG KURANG LEBIH 2 JAM SETELAHNYA PENGGUNAAN UNTUK KANDUNGAN DI ATAS 6 MINGGU BERESIKO KEMATIAN Ten kembali melipat kertas itu setelah...