#15 [Last]

3.3K 311 76
                                    

Taeyong mencoba menenggelamkan dirinya dengan bermain game. Dan ia tidak mau bermain sendirian. Hari minggu adalah hari terbaik untuk bermain game bersama dari pagi sampai pagi lagi. Maka Taeyong telah menginvasi apartement Yuta. Yang pasti, sebelum memulai upacara bermain game seharian mereka, Taeyong membersihkan kandang sapi itu.

Yuta dengan senang hati mempersilahkan Taeyong membersihkan apartemennya. "Kau tahu, kotor dan bau itu artinya jantan." komentar Yuta memandang Taeyong yang memakai masker juga sarung tangan.

"Kotor dan bau itu artinya penyakit, bodoh." sahut Taeyong sebal harus menyentuh celana dalam yang entah sudah berapa tahun tidak dicuci. Butuh waktu beberapa jam untuk mengubah kandang sapi itu menjadi tempat layak huni.

"Rumahku jadi kelihatan sangat tidak jantan." Kata Yuta memandang sekitar. Taeyong memutar bola mata malas. Ia memilih mengambil console wii-nya. Yuta kemudian melompat ke sofa di samping Taeyong membawa beberapa bungkus keripik dan kaleng bir juga soda.

"Jaa ayo kita mulai." ucapnya setelah meregangkan sendi-sendinya. Mereka dengan sengit bersaing pada mainan balapan dan game fighting. Berkali-kali Yuta kalah. Taeyong lebih ahli bermain game daripada dirinya. Taeyong selalu unggul dalam berbagai macam game.

Sampai level tertinggi pun, Taeyong masih mengalahkannya. Yuta kesal membanting console wii-nya. "Kau! Kau curang!" tuduhnya. Taeyong menggeleng.

"Kau saja yang tidak ahli." sahut Taeyong meneguk sodanya. Yuta meremas rambutnya frustasi.

"Sudah aku tidak mau bermain lagi! Main saja sendiri! Aku mau menonton anime saja." ucapnya dengan bibir mengerucut. Taeyong menggedikkan bahu. Tanda tidak peduli. Yuta mendengus meraih ponselnya. Matanya langsung melotot kaget.

Winwinie cintaku sayangku 55 panggilan tak terjawab.

"Astaga." gumam Yuta membuat Taeyong menoleh penasaran. Akibat terlalu asik main, Yuta tidak mendengar panggilan masuk ke ponselnya. Ketika ia memeriksanya, ternyata Yuta tidak sengaja mematikan nada dering di ponselnya. Dengan tangan bergetar ia menelpon balik Winwin. Panggilan terakhirnya baru beberapa menit yang lalu.

"HYUNG!!" Bentak Winwin. Yuta langsung meneguk ludah. Suaranya panik dan kencang sampai Taeyong bisa mendengarnya. Tidak biasanya Winwin seperti itu. Pasti suatu yang besar sedang terjadi.

Suatu yang besar, Taeyong langsung berfirasat buruk. Namun kemudian ia menggeleng. Semoga pikiran buruknya salah. Semoga Ten baik-baik saja.

"Winwin~~ ada apa sayang?" sahut Yuta bersikap sebiasa mungkin.

"Taeyong Hyung bersamamu?" Yuta melirik Taeyong sejenak. Sejenak ia merasa kesal, Winwin berkali-kali menelponnya hanya untuk mencari Taeyong. Tapi perasaan itu langsung ia tepis. Mungkin saja bantuan Taeyong lebih dibutuhkan atau Ten yang sedang membutuhkannya.

"Iya, dia disini, kami sedang bermain game bersama," Hening, hanya ada suara helaan napas lelah dari Winwin. "Ada apa? Apa yang terjadi?" lanjut Yuta dengan nada yang lebih serius.

"Tolong katakan pada Taeyong Hyung, Ten Hyung..." dari percakapan itu. Airmuka Yuta seketika berubah serius. Senyuman diwajahnya lenyap. Ia menatap panik Taeyong. Setelah Winwin menyelesaikan kata-katanya, Yuta berdiri mengejutkan Taeyong.

"Aku akan segera kesana!" Yuta menarik Taeyong. Taeyong memandangnya bingung.

"Apa?"

"Ten!" seru Yuta. Serentetan kata-kata yang Winwin katakan mengalir begitu saja. Bahu Taeyong langsung melemas. Telinganya berdengung. Tangannya terkepal. Tanpa permisi ia keluar dari apartemen Yuta. Yuta mengiringinya. Dengan tidak sabar Taeyong mengendarai mobilnya menuju rumah sakit.

UndecidedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang