Prologue

1.6K 117 3
                                    

Daisha masih kelas dua SMP saat itu. Di masa SMP jangankan pergi jalan-jalan dengan teman-temannya, untuk sekedar mengobrol banyak hal dengan teman-temannya saja Daisha tidak punya waktu. Sejak SD sekali pun Daisha sudah bekerja. Meski saat SD dia hanya menjajakan kue di sekolahnya. Saat SMP Daisha bahkan punya beberapa pekerjaan paruh waktu. Semua itu Daisha lakukan demi orang tuanya. Dan Daisha yang sadar diri untuk tidak membebani orang tuanya.

Sampai dirinya tahu satu rahasia besar, bahwa dirinya bukanlah anak kandung kedua orang tuanya. Daisha hanyalah anak pungut. Alasan itu pulalah yang mengharuskannya bekerja. Sebenarnya Daisha tidak pernah ingin atau berpikiran untuk bekerja. Tetapi sang ibu memaksanya untuk bekerja. Sementara orang tuanya hanya berdiam diri di rumah tanpa melakukan apa-apa. Terkadang Daisha bingung dia sebenarnya seorang anak atau seorang ayah atau ibu? Sehingga dia harus bertanggung jawab untuk mencari nafkah sekaligus mengurus rumah. Karena itu pula Daisha tidak pernah punya teman. Namun, Daisha berusaha baik-baik saja dengan itu semua.

Daisha berdiam di dalam sebuah toko kecil yang menjual alat-alat tulis. Siang itu toko tidak begitu ramai. Selesai membersihkan etalase dengan kemoceng, Daisha memilih duduk memandang taman kecil yang ada di depan toko. Tidak hanya berdiam diri, kepala Daisha digunakan untuk menghapal materi ulangan IPSnya besok.

Setengah serius menghapal, fokus Daisha agak terganggu. Dirinya melihat seorang remaja yang kelihatan lebih tua darinya lima tahun. Remaja itu terlihat murung, dengan wajah ditekuk. Hanya saja yang membuat Daisha semakin melotot adalah remaja itu memegang silet di tangannya. Walau belum ia coba iriskan silet itu ke tangannya. Daisha bingung saat itu. Mungkinkah remaja itu ingin bunuh diri?

Tidak ada lagi yang Daisha pikirkan saat itu. Selain menghampiri remaja yang terlihat putus asa itu. Jadi tanpa pikir dua kali Daisha menghampiri remaja itu. Tidak peduli dengan toko yang tadi di jaganya.

"Aduh cuaca hari ini lumayan panas ya, buat gerah aja."

Daisha mengibaskan tangan di depan wajahnya. Dengan santai pula Daisha duduk di pinggir bangku sebelah kanan yang kosong. Bangku yang juga diduki oleh remaja yang terlihat frustasi tadi.

"Bang, sendiri aja Bang. Lagi nunggu pacar ya? Atau jangan-jangan Abang jomlo." Daisha mengoceh lagi. Remaja itu hanya menatapnya tanpa ekspresi.

Menyadari Daisha yang sudah ada di sampingnya remaja itu sengaja menjatuhkan siletnya diam-diam. Daisha mengerti sih rasanya putus asa sampai rasanya ingin mati saja. Daisha juga pernah berpikir begitu. Namun, setelah dipikir-pikir mati pun Daisha tetap akan membuat orang tuanya susah dengan mengurus pemakamannya.

"Maaf ni ya bang. Daisha lihat dari jauh tadi Abang megang silet. Gini ya Bang, Daisha memang gak tau apa yang lagi Abang rasain. Apa yang sedang Abang hadapi. Tetapi kalau Abang bisa bunuh diri pasti abang juga bisa ngelakuan hal lain yang lebih berguna. Setidaknya jadikan diri Abang sendiri sebagai alasan untuk tidak bunuh diri. Abang berhak bahagia." Daisha tersenyum setelah semua yang dia ucapkan selesai.

Daisha merogoh kantong besar di bajunya. Ada sisa coklat yang kemarin dia dapatkan dari tetangganya. Tanpa ragu Daisha menyodorkan beberapa coklat itu kepada si remaja.

"Buat Abang aja. Katanya kalau makan yang manis-manis bisa buat mood bagus."

Awalnya Remaja itu ragu untuk mengambil coklat di tangan Daisha. Namun, karena Daisha tampak begitu tulus si remaja menerima beberapa coklat itu. Remaja itu mengangkat bibirnya sedikit.

"Nah gitu dong bang senyum kan jadi ganteng."

"Makasih," kata remaja itu. Daisha hanya membalas dengan senyum lebar.

Selanjutnya Daisha pamit dan berjalan kembali ke toko tempat dia bekerja. Sementara ibu dari remaja itu datang menghampirinya. Remaja itu berjanji pada dirinya sendiri akan satu hal. Daisha benar-benar sudah menyelamatkan hidupnya.

"Aku akan jadi guardian angelmu."

🌚🌚🌚

Di dunia ini ada bermacam sisi. Di antara sisi-sisi itu, ada yang baik ada juga yang buruk. Tetapi ada juga sisi lain yang sulit dilihat. Entah karena kita yang minim sudut pandang atau memang orangnya yang pintar menyembunyikan sisi lain dirinya. Maka pandai-pandailah menyeimbangkan sisi-sisi itu jangan sampai kelebihan sisi buruk di dalam diri kita. Tapi kita tidak akan membahas sisi ini hingga akhir cerita ini oke. Ini hanya pembukaan saja dan peringatan bagi kita semua. Baiklah kita masuk saja ke kronologi sebenarnya.

Malam itu dua remaja sedang pergi untuk membeli makanan untuk anak-anak panti. Sebenarnya yang satunya tidak bisa dibilang remaja juga. Karena sudah menginjak semester tiga di bangku kampus. Sementara yang satunya masih kelas dua SMA. Sebenarnya si anak kuliahan tidak tinggal di panti tetapi dirinya memang sering mengunjungi panti itu untuk mengobati rasa rindunya dengan seseorang.

Namun, keduanya sama sekali tidak sadar, jika sedang diikuti oleh mobil di belakang. Jalanan yang mereka pilih memang sepi ditambah hanya diterangi lampu jalan yang cahayanya sudah tidak seterang dulu. Mereka tidak curiga sama sekali, karena memang itu rute yang mereka biasa ambil untuk pergi membeli makanan di sebuah mini market.

"Kak Sa, tungguin gue."

"Bodo ah kamu lama banget."

Si Gadis memimpin jalan di depan. Si remaja pria berhenti sejenak tanpa diketahui si Gadis. Semuanya wajar-wajar saja, sampai si gadis mendengar suara pekikan dari belakang. Ada dua orang pria dengan baju hitam membekap mulut adiknya dengan sapu tangan. Si Gadis buru-buru menghampiri adiknya.

"Lepaskan adikku!" Daisha bersuara keras.

"Coba saja, kalau bisa."

Pria di depannya langsung menyerang Daisha. Sementara itu, yang satunya memasukkan si Adik ke dalam mobil Jeep hitam di belakang. Untung si Gadis bukan gadis lemah. Dia ikut menyerang si pria. Mereka saling serang menyerang sekarang. Tapi si Gadis mulai ragu sampai kapan dia akan bertahan, karena kepalanya yang sudah pusing. Bahkan tanpa dibekap si Pria dengan sapu tangan si Gadis sudah jatuh pingsan duluan. Ternyata dari tadi dia menahan rasa sakit akibat asam lambungnya.

Malam itu benar-benar aneh. Karena saat pria itu ingin membawa si gadis masuk ke mobil si Pria melihat temannya sudah tergeletak di luar mobil. Tidak ada siapa-siapa saat dia melihat ke sekelilingnya. Dia memasukkan si Gadis dulu ke dalam mobil. Lalu dirinya berniat menyadarkan teman yang satunya. Namun, na'as kepalanya terkena pukulan balok oleh seorang dengan jubah hitam dan topeng hitam.

Si Pria berjubah mengambil alih mobil tadi dan mengemudikannya. Tidak tahu dirinya akan membawa kedua orang yang pingsan tadi kemana. Hanya saja pria itu mengucapkan sesuatu.

"Kamu aman Daisha."

Besoknya Daisha terbangun sudah berada di kamarnya.

🌚🌚🌚

Lost Contact (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang