3. Will You Kill Me?

392 47 0
                                    

"Biarlah dikira seorang penjahat, asal tidak pernah berbuat jahat. Karena menjelaskan kepada mereka pun percuma."

🌚🌚🌚

Udara begitu dingin malam itu. Terlihat langit begitu pekat tanpa bintang. Di suatu tempat ramai orang sedang fokus menatap berbagai penampilan di depan mereka. Mereka sedang merayakan ulang tahun atas bangunan tempat dimana mereka menimba ilmu. Semua tampak bahagia dengan wajah-wajah tanpa beban.

Salah satu di antara orang yang menghadiri acara itu bergegas mencari tempat sepi. Handphonenya bergetar. Orang itu segera mengangkatnya.

"Iya halo,"

"Gimama udah habis belum barangnya?"

"Sabar dong bro, kali ini kita pasti bakal kehabisan banyak. Kalau tu para dosen tua bangka semua pada pulang, gue langsung beraksi. Santai aja lo."

"Wah kalau gue sih udah ludes kayak biasa. Kalo lo berhasil juga malam ini, bisa ke club malam kita ntar."

"Nah iya, itu juga yang gue tunggu. Rindu gue sama belaian cewek cewek disana."

"Dasar sinting lo."

"Alah gak usah sok suci lo, najis gue. Udah dulu deh, capek gue ngobrol sama lo."

Orang itu mengakhiri sambungan telponnya. Niat hati ingin kembali ke keramaian. Dirinya dikejutkan oleh seseorang. Seseorang dengan jubah hitamnya. Wajahnya tertutup sempurna dan hanya bagian matanya saja yang tampak. Mata itu menatap dingin pada orang yang baru saja menelpon.

"Siapa kamu?" Tanya pria di depannya dengan suara sedikit bergetar.

Seseorang dengan jubah itu tidak bergeming di tempatnya. Tiba-tiba musik entah datang dari mana terdengar keras. Terdengar jelas setiap kali musik menyebutkan kata Shadowman. Pria di depannya semakin tidak mengerti. Pria itu hanya sadar tahu bahwa musik itu ternyata bersumber dari orang di depannya. Dia tidak menyadari hal lain. Menyadari orang di depannya mulai mengeluarkan pisau dari balik jubahnya.

"I will kill you." Suara dingin orang di depannya mengintrupsi. Dengan pisau sudah berada sangat dekat di lehernya.

🌚🌚🌚

Seumur hidup si Pria dia tidak pernah setakut ini. Dia tidak percaya bahwa sekarang dia ada tepat di tengah lapangan yang sepi. Sebentar lagi tengah malam. Dia ingin sekali mengambil handphonenya. Setidaknya jika dia ingin mati malam ini, ia ingin meninggalkan pesan.

Tapi orang dengan jubah itu masih diam di depannya. Tadi dia menyeret si Pria setelah mengancam dengan pisau dengan bibir dilakban dan tangan yang sudah diikat. Karena itu tidak akan ada teriakan yang keluar. Sekarang dia didudukkan di kursi. Tubuhnya diikat sangat ketat. Dengan satu kaki yang diikat dengan rantai seperti orang dipasung.

Sebut saja orang berjubah itu Shadowman biar tidak ribet. Dia kembali mendekat dengan pisau di depan si pria. Matanya berkilat tajam. Mungkin saja bibirnya sedang tersenyum di balik penutup mulut itu. Pisau itu ditujukan begitu dekat dengan si pria. Dia menyentuhkan pisau itu ke kulit si Pria. Si Pria makin merinding.

Shadowman itu sudah membidik pisaunya, tepat mengarahkan ujung yang tajam pada bola mata si Pria. Si Pria sudah menutup mata saat Shadowman melayangkan pisaunya ke arah mata. Namun, kemudian tidak ada yang terjadi. Si Pria membuka mata. Saat membuka mata dia tidak menemukan si Shadowman.

Lost Contact (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang