2. Ghost

498 51 0
                                    

"Jika semua bisa kita dapatkan hanya dengan kekuasaan dan harta lalu untuk apa ada yang namanya sekolah. Kalau semua orang yang berkuasa berlomba-lomba untuk curang."

🌚🌚🌚

Seseorang tengah menatap salinan CCTV di laptopnya. Di sana terlihat seorang gadis dengan hijab yang sedang makan di kantin bersama teman-temannya. Ada plester yang menempel di hidung gadis itu. Tetapi kali itu bukan itu yang si pria fokuskan. Di kursi lain ada seorang yang tampak mencurigakan. Matanya terus memperhatikan gerak-gerik si Gadis. Ternyata orang itu tidak hanya mengancam tetapi juga sudah memerintah bawahannya untuk mengamati gadis berhijab itu.

"Sialan," umpat orang itu tanpa ekspresi.

"Kalian jangan sampai lengah. Kalau dia dalam bahaya kalian tahu kan apa konsekuensinya."

Beberapa bawahan orang itu mengangguk patuh. Meski tidak ada ekspresi saat atasannya mengatakan kalimat tadi, mereka sudah sangat takut. Atasan mereka memang jarang sekali terlihat memiliki ekspresi di wajahnya. Hanya wajah datarnya yang selalu ditampilkan.

"Tuan bukankah sebaiknya tangan tuan diobati dulu?" Salah satu bawahannya memberi saran.

"Tidak perlu, aku tidak merasa sakit. Walau aku ingin merasakannya."

"Begini Tuan, bukan saya ingin lancang. Tetapi walau Tuan tidak merasakan sakitnya, luka itu harus tetap diobati. Nah izinkan saya mengobatinya tuan."

"Terserah kau saja."

Bawahannya dengan hati-hati mulai mengobati luka atasannya dan membalutnya. Kadang bawahannya berpikir untuk apa atasannya itu terus mengawasi gadis itu mengingat kehidupannya yang sekarang jauh lebih baik. Tetapi mana mungkin ia menyangkal apapun yang diinginkan atasannya.

🌚🌚🌚

"Oh jadi Izzi udah sering mukulin kamu. Pantes badan kamu sering kelihatan biru-biru." Putri mengangguk, dirinya sedang diinterview oleh Daisha saat itu.

"Aku dulu takut banget buat ngomong. Aku cuma takut Izzi bakalan jadiin adik aku sasarannya. Makanya selama ini aku diam." Daisha mengelus pundak Putri berusaha memberi ketenangan.

"Lain kali kamu gak boleh diam aja lho. Aku siap dengerin kamu. Yang namanya pembullyan seperti itu harus ditindak tegas. Syukur deh kalau dia udah di DO plus ditangkap polisi karena tuduhan penganiayaan. Kukira dia baik. Ternyata tujuannya untuk merisak kamu."

"Gitulah,"

"Btw maaf nih kalau nanya-nanya terus buat kamu gak nyaman. Ini juga buat bahan artikel aku. Supaya gak ada lagi yang bungkam kalau di bully. Supaya pembullyan bisa ditindak lanjuti lebih tegas."

"Sa mana mungkin gue gak nyaman. Lagian cuma lo yang berani angkat suara soal beginian. Lo kerja bukan buat uang tapi buat nyelamatin orang-orang. Makanya gue salut sama lo."

"Aduh berlebihan banget sih, Put. Btw aku cabut dulu ya. Ada kelas nih."

"Iya hati-hati, jangan nabrak lagi. Nanti makin banyak plester di muka lo."

Daisha hanya cengengesan membalas ucapan Putri. Kemudian Daisha menuju kelasnya. Kelas selanjutnya adalah kelas Grammar berhubung Daisha mengambil jurusan Sastra Inggris.

Lost Contact (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang