"Tidak semudah itu, untuk tahu siapa aku."
🌚🌚🌚
Daisha memaksakan diri tetap kuliah dengan plester di muka dan telapak tangan sebelah kiri yang penuh dengan plester. Sudah dua hari sejak kejadian itu tetapi sepertinya orang-orang masih saja penasaran apa yang terjadi dengan dirinya. Seperti pagi ini kedatangan Daisha sudah di tunggu-tunggu oleh banyak orang. Banyak orang yang mengikuti kemana dirinya pergi. Daisha tidak terbiasa dengan itu semua, rasanya aneh. Namun semuanya segera diatasi oleh Juki dan Queen. Tapi yang lebih ampuh lagi tatapan tajam Rival.
"Lo kok udah kuliah aja sih Sa? Emang udah gak kerasa remuk badan lo?" Queen bertanya dengan raut muka prihatin.
"Masih terasa dikit sih remuknya. Tapi aku gak mau ketinggalan pelajaran."
"Disiplin banget sih lo jadi mahasiswi," oceh Juki.
"Kan bagus disiplin, gimana sih."
"Disiplin sih disiplin, Sa. Tapi kalo lo tetap ngotot kuliah dengan pipi di plaster rasain deh tuh pipi lo jadi pusat perhatian."
"Lantaklah situ, capek pulak kalau mau ngurusin orang."
"Tapi kurang-kurangin tuh jadi sok heronya." Rival mengoceh lagi sekaligus khawatir sih sebenarnya.
"Iya Val makasih lho udah khawatir. Aku ke kelas bahasa Jepang dulu ya."
Daisha segera menjauh dari ketiga temannya. Daisha adalah orang pertama yang sampai di kelas. Sebenarnya ada banyak pertanyaan di kepala Daisha. Maka dari itu Daisha sengaja datang ke kelas lebih awal.
"Konichiwa Asa-chan." Aru baru saja masuk menyapa Daisha dengan senyuman.
"Konichiwa Aru-sensei. Aru sensei udah baikan kan?" Tanya Daisha tentang keadaan pria itu.
"Alhamdulillah lebih baiklah, setelah akhirnya dapat perban kayak naruto. Tapi tangan kiri saya belum bisa digerakkin."
"Aru-sensei Asa bener-benar minta maaf." Aru mendekati tempat Daisha duduk.
"Saya malah bersyukur pada waktu itu saya yang ada di sana." Tidak peka, reaksi Daisha malah mengerutkan kening di kepalanya.
"Terus siapa yang memberi tahu Aru sensei? Dan kenapa Aru sensei mau nyelamatin Daisha?" Aru tersenyum lagi, kali ini senyum yang begitu manis. Untuk yang pertama kalinya Daisha terpesona dengan senyuman itu. Lalu Daisha langsung mengarahkan pandangannya ke lantai.
"Saya juga gak tahu dia siapa. Tetapi saya rasa dia anak SMA. Untuk alasan saya menyelamatkan kamu, itu rahasia. Nantinya kamu juga akan tahu."
"Aduh, kenapa harus dirahasiakan sih Aru sensei?"
"Udah gak usah dipikirin. Mending kita cari tahu bagaimana caranya kita bisa berterima kasih ke Shadowman."
"Ah iya juga ya."
Daisha tampak berpikir. Saat handphonenya bergetar sekaligus berbunyi. Bunyi dan getar itu terus terjadi. Jadi Daisha membukanya handphonenya, ternyata ada ratusan notif dari grup Golden Tree. Mata Daisha langsung melotot melihat isi grup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Contact (Completed)
Mistério / SuspenseYou can't hide from me But i can hide from you