10: Rencana

7.1K 1.3K 316
                                    

🖤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🖤

Chan tentu saja tidak disambut dengan ramah, sesuai dengan ekspektasinya, Chan digiring untuk hadir di balai pertemuan alih-alih dibawa mengunjungi rumahnya untuk sekedar beristirahat.

Di balai, ayah dan paman telah menunggu, duduk dengan gagah di tempat paling depan, tempat duduk terbesar dengan pilar bergambar lambang keluarga yang menunjukkan kekuasaan mereka. Di samping kiri dan kanan, ada para anggota dewan pack, serta ibu dari Yongguk yang merupakan saudari dari kedua Alpha tersebut.

Ayah mengangkat dagu dengan tinggi, berdecih dan memandang rendah Chan dengan kilat marah. Bibirnya terkatup rapat, enggan untuk sekedar menyapa darah dagingnya sendiri.

"Berani sekali seorang pengkhianat sepertimu kembali ke pack." ucap paman dengan nada memperingati. "Apa kamu sudah siap untuk dieksekusi?"

Dari sudut matanya, Chan dapat melihat sekilas sosok ibunya yang memasuki ruangan bersama dengan Yedam. Chan hampir menggeram marah ketika menyadari, kalau mereka dikawal oleh Yongguk yang menyeret paksa lengan Yedam dengan kasar.

Chan menghela nafas panjang. Kemudian mendongak untuk menatap ayah dan paman tanpa menunjukkan ketakutan sedikit pun.

Anggota pack yang berada disana, tampak saling bertukar pandang, was-was jika keadaan menjadi tidak terkendali dan mengakibatkan perkelahian sedarah.

Chan tidak menghiraukan siapa pun, hanya fokus pada dua pria paruh baya yang kini mulai tersulut emosi akibat tingkah Chan yang tidak menunjukkan keinginan mengalah.

"Aku datang bukan untuk menerima hukuman." jawab Chan dengan lantang. Suaranya hampir bergema mengisi ruangan yang terisi sesak, namun sangat sunyi tanpa suara itu.

Tidak ada yang berani membuka mulut, semuanya menunggu respon dari para pemimpin dengan jantung berdegup kencang yang sama.

Nafas ibu bahkan terasa tertahan, terlalu gugup dengan kelanjutan dari perselisihan sang anak dan suami. Tangannya menggenggam Yedam dengan sangat erat.

Ayah berdecih remeh, bibirnya terangkat membentuk sebuah seringaian lebar, "Kami tidak pernah memberimu pilihan. Kamu adalah buronan pack, dan sudah seharusnya untuk diadili."

Chan mengepalkan tangannya dengan sangat kuat, menahan diri agar tidak melompat menyerang ayah untuk merobek seringaian angkuh itu dari wajahnya.

Chan mengontrol perasaannya, berusaha tetap tenang menanggapi provokasi dari ayah. Chan cukup tau, jika dirinya lepas kendali lebih dulu, ayah akan memiliki alasan untuk memberi perintah penyergapan, dan Chan tidak akan segegabah itu mengambil resiko.

"Atas dasar apa aku dijadikan buronan, ayah?" tanya Chan dengan sebuah senyum yang ia tau benar dapat membuat ayah muak. "Aku tidak pernah melakukan kesalahan."

Ayah menghantam pegangan kursi dengan menggunakan tinjunya, menyebabkan suara nyaring yang berhasil membuat anggota pack terperajat ketakutan. Wajah ayah memerah, menahan lonjakan amarah akan jawaban tidak sopan Chan kepadanya.

instinct ㅡ stray kidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang