22: Bicara Jujur

7.9K 1.4K 996
                                    

Malam hari, Minho yang baru selesai membersihkan diri dikejutkan dengan Jeongin yang tiba-tiba menahannya untuk tidak memasuki kamar.

Meski kebingungan, Minho menurut saja, dan akhirnya juga Jeongin mengajaknya bicara dengan suara berbisik-bisik, "Ada yang ingin aku tanyakan pada kakak."

"Bertanya tentang apa?" sahut Minho tenang.

Jeongin sedikit ragu, namun kemudian menghela nafas untuk mengumpulkan keberaniannya, "Aku pasti akan dicincang oleh kak Jisung jika dia tau aku menanyakan ini padamu, tetapi aku benar-benar penasaran, apa kak Minho memang sedang dekat dengan kak Jisung?"

Minho mengulum senyum, lalu menepuk bahu Jeongin, "Tentu saja kami dekat, kita semua keluarga, bukan?"

Jeongin melengos mendengar jawaban Minho, "Maksudku bukan dekat yang begitu!" sanggahnya marah.

"Iya, aku mengerti." sahut Minho, diikuti sebuah kekehan kecil, "Jangan kan untuk dekat, aku saja masih kesulitan mengajak Jisung mengobrol sebagai teman."

"Kak Minho tidak sadar, ya? Kak Jisung itu selalu marah-marah ketika bersamamu." jelas Jeongin sebelum berlalu menjauh, yang malah membuat Minho mengerutkan kening semakin kebingungan.

🖤

Selama makan malam, Woojin merasa risih, akibat ulah Chan yang tidak berhenti memperhatikan ke arahnya. Sehingga Woojin merasakan nafsu makannya terdesak berkurang, tidak mampu mengunyah disaat mata itu terus melihat gerak-geriknya dengan begitu lekat.

"Kak Woojin tidak menghabiskan makanannya?" tanya Seungmin, pandangannya terkunci pada beberapa sisa potongan daging di piring Woojin yang belum disentuh sama sekali oleh si kakak.

Woojin memaksakan sebuah senyum, "Kakak sudah kenyang." sahutnya, yang disambut oleh cengiran lebar Seungmin.

"Boleh untuk Umin?" tangan Seungmin sudah terulur ingin menggapai daging-dagingnya, dan Woojin tidak dapat menahan kekehan kecil melihat tingkahnya.

"Boleh!" jawab Woojin, membersihkan sekilas tangannya, kemudian membenarkan rambut adiknya yang agak berantakan. Sedangkan Seungmin tidak begitu memperdulikan karena sibuk mengambil makanannya.

"Kak Jinie!" Seungmin tiba-tiba memanggil, dan menaruh sepotong daging ke tempat makan Hyunjin, "Minie beri dagingnya untuk kak Jinie juga! Kak Jinie harus makan banyak, supaya cepat besar!"

Jisung mendengus, menyentil pelan kening Seungmin, "Kamu mau Hyunjin tumbuh sampai sebesar apa lagi?!"

Woojin tentu saja tertawa gemas mendengar Jisung mengomeli Seungmin, meski Seungmin sendiri sudah memasang wajah cemberut sembari menarik-narik ujung baju Woojin untuk minta bantuan.

Yang memberi reaksi justru Jeongin. Laki-laki ini menendang kaki Jisung, "Kenapa marah pada kak Umin?!!" protesnya. "Lihat! Kamu membuat kak Umin sedih!"

Hyunjin melotot, lalu mencubit pipi Jeongin sampai memerah, "Kamu juga! Untuk apa kamu yang marah?"

Seungmin yang awalnya merasa senang dibela oleh Jeongin, justru merengut karena sekarang kakak-adik itu bertengkar tanpa memberinya perhatian. Jadi lah Omega itu mengambil dua lagi potongan daging dan menempatkannya pada tempat makan Felix.

"Umin bisa memakannya sendiri." tolak Felix sungkan.

Seungmin menggeleng kukuh, "Umin sudah beri ke kak Lixie! Tidak boleh dikembalikan, ya! Nanti Umin menangis loh!"

instinct ㅡ stray kidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang