Cinta ada bukan karena paksaan
Cinta ada bukan hanya karena keinginan semata
Cinta ada bukan hanya untuk menyakiti
Cinta ada karena rasa nyaman yang tercipta antara sepasang manusia
Cinta ada karena terbiasa bersama
-Author-Happy Reading......
Shasa mendudukkan dirinya ditepi ranjangnya. Ia menyeka keringat yang ada didahinya. Fyuh!. Pekerjaan yang ia kerjakan akhirnya selesai tepat saat jam makan malam. Ia telah memasak sekarang tinggal membersihkan dirinya sendiri.
Shasa berjalan kearah kamar mandi.
Tak perlu waktu lama Shasa keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap yang bisa dikatakan sangat santai.Terdengar musik On My Way tengah dilantunkan dari handphonenya yang berada diatas nakas. Shasa segera meraih telepon tersebut. Rani?
"Halo" Sapa Shasa begitu ia menggeser lambang telepon berwarna hijau. Ia duduk ditepi ranjangnya.
"Halo, Oh My God Shasa. Apa kau tak ada waktu untuk menghubungiku selama beberapa hari ini. Kalau bukan aku yang meneleponmu mungkin kau tak akan pernah menelepon sahabatmu ini." ucap Rani dengan ciri khasnya yang cerewet. Shasa memutar bola matanya. Padahal hanya beberapa hari saja ia tak menghubungi sahabatnya ini. Tapi Rani sudah begitu heboh seperti tak diberi kabar selama satu tahun.
"Aku tak punya kesempatan untuk menghubungimu. Aku sangat sibuk belakangan ini. Aku minta maaf." Shasa mengucapkan itu dengan nada yang dibuat semenyesal mungkin.
"Kesibukan apa yang kau lakukan hingga melupakan sahabatmu yang baik ini. Oh, aku tau kau sibuk dengan suamimu itu kan? Syukurlah kalau kau mau menuruti saranku. Aku turut bahagia tapi jangan karena sekarang kau sudah memiliki kesibukan seperti itu kau melupakanku." Ucap Rani dengan nada canda dari seberang telepon. Ia tersenyum membayangkan kesibukan apa yang dilakukan sahabatnya itu.
"Hey, apapun yang sekarang kau bayangkan itu tak akan pernah terjadi. Aku tak mungkin melakukan hal itu dengan pria dingin dan tampang datar seperti papan itu. Aku masih waras." sekali lagi Shasa memutar bola matanya jengah ketika mendengar suara tawa sahabatnya itu.
"Seriously? Aku harap kau dapat memegang kata-katamu sayang. Apa salahnya jika kau menjalin hubungan dengan pria sedatar papan? Lagipula ia memiliki badan yang kau taulah apa yang kumaksud. Kau beruntung bisa mendapatkan dirinya tanpa harus bersusah payah." Rani terus menggoda sahabatnya itu.
"Cukup. Sudah jangan bahas pria itu lagi. Sebenarnya apa tujuanmu meneleponku? Aku harap kau meneleponku karena hal penting bukan hanya untuk memebahas pria dingin itu."
"Oh tentu saja bukan, tapi tak ada salahnya kan aku menanyakan suami sahabatku. Sebenarnya aku ingin bertanya kapan kau akan kembali kepekerjaanmu. Kami sangat membutuhkanmu saat ini untuk mengurus WO kita ini. Kau sudah lama meninggalkan kantor. Kau tau semenjak kau pindah kerumah suami itu kita mendapat banyak sekali orderan untuk mempersiapkan pernikahan. Aku harap kau bisa bekerja kembali." Shasa menghela napasnya setelah mendengar kata sahabatnya itu.
"Kau tau aku sudah membuat kesepakatan bersama Arkan. Aku akan menjalankan tugasku sebagai istrinya mulai hari ini karena besok sepupunya akan datang. Aku tak tau kapan aku bisa kembali bekerja." Shasa merasa tak enak pada sahabatnya.
"Tak apa kau bisa bekerja kapan kau bisa. Aku tak memaksa hanya saja ada yang berbeda dikantor jika kau tak ada. Tenang saja aku akan menggantikan posisimu untuk sementara sampai kau bisa kembali bekerja." Sekali lagi Shasa benar-benar merasa tak enak pada sahabatnya ini. Ia sudah terlalu merepotkan sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Sementara (END)
RomanceKenapa harus aku yang kau pilih menjadi penggantinya Gimana rasanya ketika kita menikah dengan orang yang tidak dikenal dan menjalani sandiwara sebagai pasangan yang berbahagia didepan umum, yap itulah yang dirasakan oleh gadis berusia 25 tahun bern...