31. WO

34.1K 2.1K 30
                                    

Masalah itu diselesaikan jangan dipendam
-Unknown-

"Ya ampun Ran, gimana sih kok bisa sampe segitunya. Kliennya gimana? Minta ganti rugi atau minta kembali uang?" Shasa menatap frustrasi kearah Rani.

"Gue juga nggak tau kalau salah konsep, soalnya klien kita yang ini banyak maunya. Gue jadi bingung mana konsep yang udah fix mau di pake sama mereka. Sorry, " ucap Rani dengan tatapan penuh permohonan maaf kearah Shasa.

Shasa memijat pangkal hidungnya, ia tak tau harus menyikapi hal ini seperti apa. Hal seperti ini baru pertama kali terjadi pada WO yang dikelolanya.

"Mereka nggak minta ganti rugi atau kembali uang sih, tapi mereka minta kita buat atur ulang semuanya sesuai konsep yang mereka mau dan harus selesai sebelum hari H," kata Rani pelan sambil memperhatikan raut wajah sahabatnya yang berubah semakin frustasi di hadapannya.

"Dan lo kira hal itu nggak merugikan buat kita?" Shasa menatap tajam kearah Rani dengan melanjutkan perkataannya, "bukan cuma uang tapi tenaga juga. Anggota kita nggak sebanyak WO lain, dan sebelum hari H yang dimaksud itu 2 hari lagi."

Rani menutup wajahnya ketika mendengar perkataan Shasa. Sebenarnya ini bukan sepenuhnya salah jasa WO mereka, tapi sebagian juga salah si klien yang cerewet dan selalu mengubah konsep yang telah disetujui sebelumnya. Bayangkan bagaimana lelahnya mereka mempersiapkan segala sesuatu yang telah direncanakan lalu tiba-tiba keesokan harinya si klien minta mengganti konsep dan segala hal yang telah siap? Emangnya mereka ini budak.

"Untuk satu Minggu ke depan jangan terima pesanan atau permintaan dari siapapun dulu, kita fokus ke klien ini aja. Konsep yang mereka mau kayak gimana?" tanya Shasa.

Rani menyerahkan tab yang ia bawa di tasnya kearah Shasa. Dengan seksama ia menatap ekspresi Shasa yang berubah-ubah ketika mengamati konsep pernikahan yang ada di tab.

"Ini bener konsep yang mereka mau?" Rani mengangguk dengan cepat. "Kalau kayak gini kita nggak mungkin bisa selesaikan dalam waktu dua hari," lanjut Shasa sambil menyimpan tab ditangannya kemeja.

"Kalau di cancel aja gimana?" tanya Rani

"Nggak bisa. Kita bakalan rugi lebih besar lagi kalau kayak gitu, semua persiapan yang udah jadi mau di kemanain kalau nggak dipake dan yang pasti kalau kita cancel, mereka bakalan minta uang kembali," tutur Shasa.

"Ya terussss?" tanya Rani frustasi.

"Lo cari solusi juga dong, kan ini masalah Lo yang buat," ucap Shasa menatap penuh tuntutan kearah Rani.

"Ya kalau gue tau solusinya, gue nggak nelpon lo buat ketemu." Rani mengacak rambutnya frustasi. Ia pikir dengan meminta Shasa bertemu dan membahas masalah WO mereka, akan ada solusi yang ia terima.

"Sini deh biar gue aja yang coba ngomong ke klien ini, kita diskusikan ulang," ucap Shasa.

"Yaudah, gue telpon dulu. Ketemu mau tetap di kafe ini atau di tempat lain nih?" Tanya Rani sebelum menghubungi nomor klien.

"Sini aja," jawab Shasa.

Rani mengangguk, ia mulai berbicara ditelepon dengan sang klien. Shasa menghembuskan napas lelah, ia mengedarkan pandangan ke sekitar kafe untuk memanjakan mata sejenak. Kafe ini lumayan bagus dan cocok untuk menghilangkan penat. Dihiasi beberapa pot pot kecil berisi tanaman merambat di setiap sudut jendela kafe, tampak serasi dengan jendela bening yang langsung menampakkan pemandangan luar kafe yang juga dihiasi beberapa tanaman hijau. Interior kafe pun tak kalah bagus, biasanya sering disebut aestetik oleh para remaja jaman sekarang dan sering dijadikan background foto instagram.

Pengantin Sementara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang