27. Kesiapan

42K 2.3K 60
                                    

Biasakan kehadiranku disekitarmu
-Unknown-

"Mas, bisa bantu angkat ini?" Shasa menunjuk beberapa kardus yang tergeletak diatas lantai kamar.

Arkan memindahkan laptop dipangkuannya. "Ini mau dipindahkan kemana?"

"Ke gudang mas. Itu barang-barang yang udah nggak aku pake lagi."

"Barangnya apa aja ini?" tanya Arkan seraya mengamati kardus-kardus itu.

"Baju, sepatu, tas." jawab Shasa sambil menunjuk setiap kardus.

"Kalau disumbangin aja gimana?"

"Boleh-boleh. Mau disumbangin kemana?"

"Ke yayasan yang ada disekitar sini aja."

Shasa mengangguk, membiarkan Arkan mengangkat kardus-kardus itu. Ia juga ikut membantu dengan mengangkat kardus kecil.

"Capek mas?" tanya Shasa. Ia memberikan segelas air pada Arkan.

"Iya. Besok aja ya nyumbanginnya," kata Arkan. Dengan punggung tangan ia mengusap keringat dipelipisnya.

Shasa menatap Arkan sambil tersenyum. Sudah sebulan ini hubungan mereka menghangat. Jika mengingat awal pertemuan mereka, hal ini mustahil untuk terjadi. Arkan yang dingin pada dirinya mulai bersikap hangat. Banyak sisi dari diri Arkan yang baru diketahui Shasa belakangan ini.

"Kenapa?" tanya Arkan mengernyit ketika mendapati Shasa memandang sejak tadi.

Shasa menggeleng, "mas ganteng."

Arkan terkekeh, "Baru sadar? Mas udah ganteng dari dulu." ucap Arkan seraya mengelus lembut puncak kepala Shasa.

Jangan heran, sekarang Arkan sudah merubah penyebutan dirinya sendiri. Dari kata "saya" menjadi "mas". Bukan Shasa yang meminta tapi itu inisiatif dari Arkan sendiri.

Bolehkan kalau Shasa menganggap itu sebagai rasa cintanya Arkan pada dirinya. Ya Shasa akui kalau ia sudah jatuh cinta pada Arkan. Jauh sebelum hubungan mereka sehangat ini.

"Mas mau makan apa malam ini?"

"Emangnya kalau mas bilang kamu mau masak itu?"

Shasa mengangguk semangat. "Tentu, jadi mas mau makan apa?"

"Sate."

Shasa melotot horor. "Mas! Aku nggak bisa masak itu. Permintaanmu itu terlalu susah," dengus Shasa.

"Katanya bisa. Yasudah mas mau makan itu." jawab Arkan santai. Ia sedikit terhibur dengan ekspresi kesal Shasa. Mengerjai istri sedikit nggak ada salahnya kan.

"Ya tapi jangan yang susah begitu. Aku mana pernah masak begitu. Alatnya aja nggak punya kok."

"Makanya jangan sok-sok nanya begitu."

"Ish.. kan aku pengen nyenengin suami."

"Sini." Arkan menggerakkan tangannya meminta Shasa mendekat.

"Begini saja mas udah seneng," ucap Arkan setelah Shasa duduk dipangkuannya.

Pipi Shasa bersemu saat Arkan mengeratkan pelukan dipinggangnya. Meski jantungnya kembali berulah tapi ia menikmati kenyamanan ini.

"Udah mas. Aku mau kedapur ini," ucap Shasa. Ia memukul pelan tangan Arkan.

"Sebentar lagi."

Shasa tersenyum. "Nanti telat masaknya mas."

Arkan bergumam dibalik punggung Shasa. Ia melonggarkan pelukan, Shasa langsung berdiri. Beranjak menuju dapur.

"Pasangan kasmaran betah banget lama-lama dikamar," goda Sarah saat Shasa melangkah kedalam dapur.

Pengantin Sementara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang