Menangis yuk, San?

788 45 7
                                    

Irsan,..
Nasibmu sama denganku. Habis lulus, aku tidak tahu mau apa. Aku tidak mengerti harus bagaimana. Aku menjalani hari-hari yang suram, San.

Seseorang yang tadinya digadang-gadang akan menggantikanmu, sudah membuka topengnya, San. Dia menusukku dari belakang. Aku ditinggalkan.

San...
Mungkin sebagaimana kamu,
Hidupku jua tak lama lagi kalau sudah begini. Bukan mengharap kematian, bilamana hidup pun sudah tak jelas mau dibagaimanakan.

Kau tahu, San?
Menangis sendirian semalaman sudah jadi caraku tuk menenangkan diriku sendiri.
Membayangkan hal indah, yang justru menyakiti diriku sendiri. Bercakap-cakap dengan ilusi: suara dan jawab yang kubuat tuk menenangkan diriku lagi.

Sampai kapan, San?
Sampai kapan manusia tidak bersamaku saat aku ingin? Sampai kapan aku memasang wajah baik-baik saja, ceria, menghabiskan waktu begitu saja tetapi luka dalam dadaku menganga parah?

Aku berandai, saat begini, percakapan-percakapan denganmu adalah paling nyata. Aku ingin membawamu pada kesunyataan paling hakiki di atas segala kesepian yang mengekang.

Aku tak kan kemana-mana, San.
Pengharapan kematian ialah kebiasan. Tak kan ada kepastian. Jika sudah begini, kau dengar? Aku akan hidup seperti ini hingga akhir. Menulis tanpa dikenal. Orang-orang tidak akan pernah tahu, tidak akan. Wujudku akan lenyap dalam bayang dan ingatan, kecuali tulisan-tulisan.

AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang