part 9✔

14.3K 511 7
                                    

Alvaro terbangun dari tidurnya karena suara bel sekolah yang terdengar sangat merdu ditelinga siapapun yang mendengarnya. Saking keras dan merdunya telinga siapapun akan sakit. Canda elah.

"Del adel bangun," ujar alvaro sembari menepuk-nepuk pipi adel. Adel tetap tidak bangun, sampai akhirnya alvaro kesal.

"Ini anak kebo amat dah. Cara Banguninnya gimana ya?" Setelah menemukan ide alvaro langsung melakukan ide tersebut.

"Pasti ini berhasil," batin alvaro sembari tertawa didalam hati.

Alvaro mengambil air dibotol minumannya dan menyipratkan air tersebut diwajah adel.

"AH..HUJAN...HUJAN!!" seru adel dengan sedikit berteriak. Alvaro melihat adel dengan wajah kaget. Adel  membuka matanya karena mendengar seseorang tertawa. Adel lantas menoleh ke samping kanan dan melihat alvaro.

"Alavaro! lo kan yang nyipratin air ke wajah cantik gue ini?!" kesal adel dan ditambah dengan gaya PD nya. Ya, walau emang cantik sih.

"Iya, emang kenapa?" Tanya alvaro dengan enteng dan seperti tak ada kejadian apa pun.

Adel menatap alvaro kesal. "Tau ah!" ucap adel dengan wajah kesalnya. Adel segera berdiri dan ingin pulang tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada alvaro.

"Lo mau kemana?" Adel tak menggubris ucapan alvaro dan malah berjalan keluar dari UKS.

"Dasar cewek! kalau udah ngambek jadinya kayak gini," gumam alvaro dan segera menyusul adel. Setelah berhasil menyusul adel, alvaro menarik tangan adel dan memeluk adel.

Adel kaget karena alvaro langsung memeluknya. "Lepasin paijo eh alvaro! Lepas gak? Lo itu bau."

Alvaro yang tak terima langsung memeluk erat adel. "Enak aja. Asal lo tau ya, gue itu mandi sampai habis satu batol ya! Dan, gue itu gak bau."

"Iyain aja deh! Tapi sekarang lepasin, alvaro."

"Diam gue nyaman kayak gini!" Alvaro tetap membawa adel. Setelah 10 menit berpelukan, alvaro melepaskannya dan langsung membawa adel masuk ke dalam mobilnya. "Masuk..."

"Masuk kemana? Mau culik gue ya?" tanya adel dengan polosnya. Alvaro yang gemas akan tingkah laku adel lantas mengacak rambut adel.

"Masuk ke pelaminan mau? Kalau mau besok gue lamar lo," ujar alvaro dengan santai.

"AHH.... GUE GAK MAU NIKAH SAMA LO!" Teriak adel dengan heboh dan tangan yang seperti orang mau minta tolong.  Alvaro memutar bola matanya malas menatap adel.

"Gue kagak kenal nih orang," batin alvaro yang sekarang adel malah jingkrak-jingkrak dengan menggelengkan kepalanya. Tak waras memang tapi ya begitulah.

"Masuk kedalam mobil adel! gue anter lo kerumah lo," seru alvaro dan langsung memasuki mabilnya. Adel hanya mengganguk saja sebagai jawaban dan membuka pintu mobil lalu masuk.

"Kok sepi sekolah?" tanya adel yang sudah memasuki mobil alvaro.

"Karena udah pulang semua," jawab alvaro sembari memerhatikan depan agar tak menabrak.

"Oh..."

Keadaan mobil kembali hening hingga alvaro menanyakan rumah adel.

"Ruma lo di mana?" tanya alvaro yang masih menatap depan.

"Di perumahan dekat sama tempat bermain anak," jawab adel dengan melihat jalanan.

"Oke."

Setelah sampai di rumah adel, adel keluar bersamaan dengan alvaro.

"Makasih," ucap adel sembari tersenyum tulus. Alvaro terpana akan senyuman adel.

"Cantik banget sih, del," batin alvaro.

"Iya, sama-sama. Gue balik dulu ya," kata alvaro dan memasuki mobil nya lagi.

"Hati-hati," ingat adel walau mobil alvaro sudah menjauh. Adel masuk ke dalam rumahnya. Rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman. Tapi, berbeda dengan adel. Ia pikir rumahnya adalah tempat terburuk dan tempat yang sangat menakutkan lebih menakutkan daripada rumah horor. bagaimana tidak,  Adel selalu difitnah, selalu ditampar padahal adel tak tau kesalahannya apa, selalu di jauhi, selalu di marahi, disiksa, dan tak pernah mendapat kasih sayang dari orang tuanya. Memang menyedihkan sekali hidup adel.

Saat adel ingin menaik tangga, tangan adel dicekal oleh kembarannya. Siapa lagi kalau bukan abel. Entah mengapa abel sangat tak menyukai kehadirannya sejak dulu.

"Heh! 2 bulan lagi gue ulang tahun. Jadi, lo gue undang sebagai tamu oke. Oh ya, lo kan cuma orang asing yang merusak keluarga orang!" Sentak abel dengan sedikit mendorong adel. Adel hanya menampakkan wajah datar dan dinginnya.

"Masih 2 bulan lagi ngapain dikasih tau coba? Apa gue jadi tamu? Spesial banget ya emang sampai jadi tamu bukan keluarga haha," kata adel dalam hati.

"Hm.." jawab adel datar dan dingin.

"Dan, jangan mengaku sebagai keluarga alexander. Gue gak sudi punya saudari pembunuh," ucap abel dan bergegas pergi ke kamarnya.

Adel berlari menuju kamarnya. Adel menutup dan mengunci pintu kamarnya. Rasanya mendengar kata 'Orang asing' sangat menusuk di dadanya.

"Kalau kalian gak sudi punya anak kayak adel, mending kalian bunuh adel aja. Toh, adel juga gak pantas hidup seperti kata kalian." Sakit rasanya bila tak dianggap lagi. Kejadian dimasa lalu mulai berputar seperti kaset rusak. Dimana adel ditampar, dihina, tak dianggap, dan dituduh. Semua terlihat jelas dan ia sangat berharap ini hanyalah mimpi buruk setelah itu, ia terbangun daei mimpi buruk ini.

Adel berbaring di kasurnya dan mengambil obat penenang. Sesudah diminum adel merasa lebih baik dan merasa mengantuk. Mungkin efek obat. Adel memang sudah lelah akan hidup nya ini dan menggangap takdir tidak adil baginya. Tapi, adel tau bahwa takdir tidak semuanya akan buruk ada saatnya takdir membawakan kebahagian. Ya, ini cobaan untuknya.

Kesedihan pasti akan menjadi kebahagiaan. Ia yakin itu akan terjadi suatu saat nanti. Entah kapan akan terjadi yang pasti ia akan percaya tidak selamanya kita akan merasakan kesedihan dan kerterpurukan.










Jng lupa voment, follow, dan share ke temen-temen kalian ya. Thank you.

Selesai jam 19.15 wib

Minggu, 7 april 2019

Not Always Alone (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang