Bolehkah adel merasakan bahagia 1 menit saja? Untuk hari ini aja Adel ingin merasakan kasih sayang dari mama dan ayah.
~Adelia
°°°°°
Pagi hari telah tiba, matahari mulai menampakkan dirinya dan menunjukkan sinar terangnya.
Seorang gadis tertidur dengan pulas dibalik selimutnya. Dia adel, menggeliat badannya seperti cacing kepanasan karena terganggu akan sinar matahari yang masuk lewat kaca kamarnya. Adel langsung terduduk dikasurnya dengan mata yang masih tertutup. "Hoaam." Adel menguap dengan mulut dilebar-lebarkan tapi dengan mata yang masih tertutup serta rambut yang acak-acakkan. Perlahan, adel membuka matanya dan berjalan ke arah kamar mandi.
10 menit kemudian
Setelah selesai semua, adel meminum obatnya dan berjalan keluar menuruni anak tangga. Dilihatnya, sebuah keluarga yang sangat terlihat harmonis, sedang berkumpul dimeja makan dengan bercanda gurau seperti tak ada beban sama sekali tanpa memikirkan adel yang selalu sendiri.
Adel memberanikan dirinya untuk ikut bergabung makan bersama keluarganya untuk kali ini saja. Saat adel duduk di meja makan tatapan tidak suka, benci, dan lain-lain telah mereka tunjukan pada adel terutama abel.
"Ngapain lo disini pelacur," sindir abel dengan menekan kata 'pelacur'.
"Pelacur?" Uanya azka dengan bingung menatap adiknya, abel.
"Kemarin aku lihat dia pergi ke club malam sambil pakai baju seksi yang memang sangat terbuka," tuduh abel yang terlihat seperti benar.
Adel berdecih dalam hati karena karangan cerita abel. Adel berusaha sabar menghadapi kembarannya ini. "Bel, aku tau kamu sangat benci sama aku! Tapi tolong, kamu gak usah ngarang cerita yang memang itu bukan fakta. Aku gak pernah sekali pun, menginjakkan kaki di tempat laknat itu! Yang ada kamu, abel."
"Halah, alasan dasar pembohong!" Cetus abel dengan menampilkan wajah sinisnya.
"Bener abel, kamu pernah ke club malam?" Tanya ayah dengan wajah datar menatap abel dan adel secara bergantian.
"Itu gak benar, ayah! Dia yang sering kesana! Abel sering lihat adel pulang larut malam setiap hari." Lagi-lagi abel menuduh adel.
Adel memutar bola matanya malas. "Dasar wewe gombel, tukang tuduh!" Umpat adel dalam hati.
"Apa benar, adel? Apa benar, hah! Kamu kehabisan uang, ya?mangkanya kamu jadi pelacur! Dasar kamu anak yang enggak tau diri. Malu saya punya anak kaya kamu!" Ketus ayahnya dengan wajah merah padam.
Ucapan ayahnya sangat menohok, ingin rasanya adel mati saat ini juga. "Maaf, saya tidak pernah menjadi pelacur. Apakah anda percaya semua omongan kosong, dia." Adel menunjuk abel. "Jika anda malu mempunyai anak seperti saya! Mengapa saya dilahirkan? Cukup sudah, saya ingin pergi." Adel langsung berjalan cepat untuk keluar dari rumah sialan ini. Samar-samar mendengar suara mamanya.
"DASAR ANAK GAK TAU DIRI KAMU ADEL!" teriak mamanya yang masih terdengar oleh adel.
Adel berlari menuju taman di dekat perumahannya untuk menjernihkan pikirannya. Adel duduk di kursi yany di sediakan, lalu duduk. Adel menutup wajahnya dengan tangannya sembari terisak.
"Kenapa kalian selalu benci kepada adel? Kenapa kalian tak mau mendengarkan penjelasan adel saat kak ayu meninggal? Kenapa kalian langsung memfitnah adel dan tak menggangap adel lagi? Adel sudah capek hidup seperti ini terus." adel semakin terisak dan mengingat nasihnya ini.
"Bolehkah adel merasakan bahagia 1 menit saja? Untuk hari ini aja adel ingin merasakan kasih sayang dari mama dan ayah. Adel ingin menjadi seperti abel yang selalu dituruti, dimanja, diberi penuh kasih sayang, apakah adel boleh untuk iri?"
Adel segera menghapus air matanya dan berjalan menuju halte bus.
Adel kesal karena bus tidak kunjung datang padahal 10 menit lagi gerbang sekolah akan di tutup. Adel memutuskan untuk berjalan kaki saja. Saat diperjalanan adel melihat sepeda motor ninja berwarna hitam, berhenti tepat di sebelah kanannya. Adel hanya acuh dan tetap berjalan. Toh, dia tak mengenal nya karena tertutup oleh helm full facenya
"Mau bareng, enggak?" Tanya orang yang mengendarai sepeda ninja hitam itu.
"Gue gak kenal lo." adel tetap berjalan saja. Orang itu lalu membuka helmnya dan berteriak.
"LIAT KEBELAKANG, ADEL!" Teriak orang itu, sontak adel menghadap belakang dan melihat bahwa orang itu adalah alvaro.
"Lo alvaro?" Tanya adel bingung.
"Iya, lo mau ikut gue gak? 5 menit lagi gerbang ditutup lo," tawar alvaro.
"Hm..."adel hanya berdehem saja. Adel menaiki motor ninja alvaro dengan bersusah payah.
"Bisa gak?"
"Bisa."
Adel langsung duduk dan menyuruh alvaro jalan.
"Ayo jalan."
"Peganggan dulu," ucap alvaro. Adel hanya memegang jaket alvaro saja. Alvaro sudah menjalankan motornya.
"Ini mah namanya modus! Dasar cowok," cibir adel dalam hati.
"Kok yang dipegang jaketnya sih? Pegang tuh yang bener." Alvaro memegang kedua tangan adel, lalu menaruhnya di pinggang alvaro.
"Itu mah namanya modus, bego!" Cibir adel dengan mencubir pinggang alvaro.
"Aww, sakit beb," ringis alvaro dengan mengusap pinggangnya yang malang itu.
"Udah cepet berangkat! Keburu telat gara-gara lo modus terus," ujar adel. Mendengar itu, alvaro langsung menyalakan mesinnya dan segera menjalankan sepeda motornya.
5 menit mereka telah sampai di gerbang sekolah dengan pas bel berbunyi.
Adel turun dari motor alvaro. Banyak pasang mata yang melihat mereka. Salah satu dari mereka yang melihat kedekatan mereka merasa panas dan akan merencanakan pembalasan dendam.
"Lihar aja, adel! Gue bakal bikin alvaro menjadi milik gue! Tunggu aja."
Hai semua🖐maaf aku lama up nya😅lagi males dan agak sibuk sekarang😉(sok sibuk bae dah lo, bege!) oh ya, jangan lupa voment, follow, dan share ke temen-temen kalian ya😚
Selesai pukul 11.06
Jum'at, 19 april 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Always Alone (Sudah Terbit)
Fiksi Remaja(Beberapa part dihapus untuk keperluan penerbitan) Bolehkah aku merasakan kasih sayang sekali saja? Mengapa kalian membenci ku? Apa salahku? Aku ingin bahagia walau sekali saja. Apakah itu sulit? "Impian ku hanya satu yaitu merasakan bahagia disisa...