part 2✔

20.3K 818 22
                                    

Vote nya jangan lupa:)

****

Sebenarnya adel malas untuk pulang ke rumah sialan itu. Adel lebih suka tinggal di apartement-nya dari pada tinggal dirumah yang membuat batinnya tersiksa. Setelah berjalan selama dua puluh lima menit dari cafe ke rumahnya, akhirnya sampai juga adel di rumah sialan itu. Adel masuk ke dalam tanpa mengucapkan sepatah kata apapun

"Heh?! lo gak sopan banget sih masuk ke rumah orang! Langsung nyelonong aja," cibir abel sambil menatap sinis ke arah Adel.

Adel memutar bola matanya malas. "Permisi," kata adel dingin dan menunjukan wajah datarnya. Ia segera menuju kamarnya yang ada di lantai atas. Ia langsung masuk ke dalam kamarnya. Ia memilih rebahan di kasur sambil memeluk guling nya.

Adel menatap langit-langit kamarnya berharap suatu saat nanti ia bisa merasakan apa itu bahagia. "Kenapa mereka tak menginginkan keberadaan ku di sisi mereka? Kenapa mereka melahirkan ku jika mereka tak mau? Aku sendiri di sini, selalu sendiri. Adel butuh kasih sayang yang telah lama hilang, aku juga butuh perhatian seperti abel dan kak azka, aku juga butuh di kasih sayang, aku juga butuh mama dan ayah yang selalu ada di saat aku terpuruk."

Adel mengambil fotonya bersama kak ayu, kakak kedua yang aku sayang. Di foto itu adel terlihat sangat bahagia, bahkan tertawa bersama kak ayu.

"Kalau boleh memilih adel ingin mengulang waktu. Adel lelah berpura-pura tegar, dan terlihat baik-baik saja." Matanya berlinang air mata. Ia tak tahan untuk tidak menangis. Jatuhlah air mata yang seperti memperlihatkan betapa lemahnya dirinya. Dan, betapa terpuruknya ia sekarang.

Adel mengingat masa saat 6 tahun lalu di mana itu adalah awal dari kehancurannya sekarang. "Kak adel rindu kak ayu, kak ayu tau, nggak? Adel di sini tersiksa kak, adel disini enggak di anggap. Sekarang buat apa adel hidup mending adel yang mati bukan kak ayu."

Flasback on

"Kak ayo kak kita main petak umpet sama kak azka," ucap gadis kecil yang bernama adel.

"Iyaa. ayo, kita main bareng. Tapi kak azka gak mau main, dia capek katanya," ucap kak ayu dengan tersenyum manis.

"Yaudah gapapa, Kak ayu yang jaga, ya?" tanya adel dengan girang

Mereka berdua terlihat snagat ceria, dan bahagia. Tapi, adel merasa akan ada sesuatu yang akan menimpa dirinya atau kak ayu.

"Okee. kamu yang sembunyi, ya, jangan jauh-jauh sembunyinya!" ucap kak ayu. Kak ayu menghitung sambil menutup mata. "Satu .... Dua .... Tiga ...." Hingga selesai menghitung kak ayu di kejutkan dengan orang yang bersembuyi di dekat persembuyian adel. Ia bisa melihat jelas Adel bersembunyi di sebelah semak-semak dekat pohon mangga. Di sana, ada dua orang yang sedang bersembunyi di belakang Adel sambil membawa sebuah pistol.

Pistol itu di arahkan ke Adel yang sedang membelakangi mereka.

Kak ayu langsung berlari ketika sebuah pistol di luncurkan ke arah adel. Tapi naas, yang terkena tembakkan itu adalah kak ayu bukan adel. Kak ayu menyelamatkan adel dan mempertaruhkan nyawanya demi adiknya yang masih kecil itu.

Orang-orang yang tadi menembak langsung melarikan diri dan pergi begitu saja.

Adel kaget, dan tak tau harus berbuat apa. "Kak bangun kak!" Adel terisak saat melihat kak ayu tak sadarkan diri. "Tolong bangun kak, jangan ditinggali adel. Adel sayang sama kak ayu. Hiks.."

"Kak ayu pasti kuat! Kak, jangan tinggalin adel." Adel melihat darah segar mulai mengalir dari kepala belakang kak ayu.

Suara tembakan itu terdengar sampai rumah alexander yang tak jauh dari taman. Kemudian keluarga alexander menghampiri taman itu. Mengecek jika tak terjadi apa-apa di sana.

"Ayu! Kamu kenapa, nak?" ucap mama adel. Mama, ayah , kakak pertamanya, dan kembarannya menghampiri adel dengan wajah marah, sedih, kecewa, kaget, dan semua itu bercampur menjadi satu.

"Kamu apakan anak saya?" Sahut ayahnya dingin.

"Aku gak ngapa-ngapain kak ayu, yah.  Adel tadi di selamatkan sama kak ayu dari tembakan orang yang gak dikenal. Orang tadi mau nembak Adel tapi kak ayu langsung datang dan kak ayu yang kena tembakan itu." Jelas adel yang masih terisak mengingat kejadian barusan.

Ayahnya menemukan pistol di sebelah Adel berdiri. Ia mengambil pistol itu dan memperlihatkannya. "Ini apa? Kamu kan yang nembak Kakak mu?"

"Dasar anak sialan kamu!" bentak sang mama dengan wajah merah karena menahan emosi. Mama nya menghampiri adel.

Plak!

Sebuah telapak tangan yang dengan cepat menampar pipi putih Adel. Sampai terlihatlah, sebuah bercak merah yang hampir membentuk telapak tangan di pipi Adel sangking kerasnya tamparan itu.

Adel diam, membisu. Tak berani bicara karena syok akan tamparan yang ini. Sakit. Ia memegangi pipinya yang merah. Ia sekuat tenaga menahan air mata yang akan segera turun, membasahi pipinya. Tidak! Ia tidak boleh menangis.

"Dasar pembunuh kamu!"

"Dasar anak sialan!"

"Anak gak tau diri!"

"Nggak tau di untung!"

Itulah ucapan-ucapan yang keluar dari mama, ayahnya ,kakaknya, dan kembarannya. Adel kembali menangis sambil memegangi tangan nya sendiri. Tangan adel penuh dengan darah karena ia tadi memeluk kak ayu.

Adel ingin memberi tau sebenarnya tapi mereka tidak mau mendengarkan dan langsung membuat kesimpulan sendiri. "Adel bukan pembunuh, ma! Jangan langsung membuat kesimpulan terlebih dahulu. Tolong, dengarkan penjelasan adel dulu..."

Adel mencoba ingin memeluk mamanya. Ia butuh seorang ibu.. ia butuh kekuatan untuk saat ini. Mengapa mereka tak mempedulikanku?

"Gak usah peluk saya kamu. Dasar pembunuh anak saya, pergi kamu dari sini! Saya nggak mau anak saya yang lain kamu bunuh," ujar mamanya sambil melepas kasar pelukan adel.

"Adel nggak mau pergi."

"Pergi kamu dari sini! Dasar anak nggak tau diri," bentak ayahnya sambil menggendong kak ayu pergi.

Mereka semua pergi ke rumah sakit untuk menangani kak ayu. Tapi, adel ditinggal sendiri di taman. Sendiri,  tanpa ada yang menemaninya.

"Kak ayu..." lirih adel sambil memandangi keluarga nya yang mulai menjauh.

Flasback off

"Kak ayu adel kangen," gumam adel pelan lalu tertidur dengan tangan yang masih enggan melepas bingkai foto lamanya bersama kak ayu. Adel memeluk erat seakan ia sedang memeluk sang kakak yang telah lama tiada.
        
           ****




Gimana nih sama cerita nya? Oh ya, jangan pernah bosen nunggu part-part berikut nya dan semoga kalian suka sama ceritanya. Aku tau kok cerita ini masih jelek. Hehehe.

Jangan lupa vomment, follow, dan share ke temen-temen kalian ya.

Minggu, 31 maret 2019

Not Always Alone (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang