Kerikil itu bergetar diiringi mobil mewah dengan pigmen biru yang pas. Siapa lagi pelakunya jika bukan si tampan Kim Taehyung? Pria dengan tinggi semampai pemilik Jaguar F-Type keluaran terbaru. Cukup gila memang mengingat harganya yang fantastis hanya untuk di gunakan ke Sekolah.
Kaki jenjangnya menapaki aspal, di temani senyum manis yang seringkali hinggap di wajahnya. Tangannya melambai-lambai bak Presiden yang mengunjungi rakyatnya. Dan jeritan itupun tak dapat terelakkan, bahkan banyak di antara mereka yang balas melambai atau menggigiti kuku mereka dengan wajah memerah. Entahlah, mungkin mereka menganggap Taehyung serius melakukannya?
“Sampai kapan kau akan seperti itu?”
Pria itu menoleh ke sumber suara, atau mungkin sumber kebahagiannya? Cih, ia tertawa dalam hati, memaki dirinya yang terlalu mendramatisir. Namun siapa yang tahu? Yang terpampang kini adalah senyumnya yang semakin lebar dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku, membuat gadis itu menatapnya jengah.
Ia tahu pria itu tampan, bahkan seluruh semesta pun mengakuinya, tapi haruskah ia menebar pesona terus-terusan seperti itu? Termasuk padanya?
Taehyung menghampiri gadis itu, menautkan jemarinya dengan penumpang hariannya. Si cantik dengan mata setajam kucing. Bisa dibilang mereka pasangan tertampan dan tercantik di sini, meski pada kenyataannya mereka tak memiliki hubungan apapun.
“Sepertinya aku tidak ke kantin bersamamu.” Gadis itu berujar dengan wajah datarnya, tak berterima kasih pada pria yang selalu setia mengantarkannya hingga pintu kelas tanpa lecet sedikitpun.
“Kenapa?”
“Ada anak baru.”
“Pria?”
“Tentu saja. Kau pikir aku akan menggoda wanita?”
Pria itu tertawa sangat kencang, membuatnya kembali menjadi pusat perhatian. Tapi hey, apa pedulinya? Menjadi pusat perhatian sudah menjadi hal yang lumrah baginya, bahkan hanya berdiam diri saja ribuan pasang mata sudah tertuju padanya.
“Aku masuk.”
Seulgi, gadis pemilik mata kucing dengan bibir semerah darah itu mengecup pipi Taehyung sekilas, lalu melenggang masuk begitu saja ke dalam kelasnya. Sekali lagi, mereka bukanlah sepasang kekasih dan bukanpula seorang teman. Mereka lebih dari itu, dan hubungan mereka tak terduga.
Gadis itu duduk di kursinya, terpojok, dan paling belakang. Tak ada yang menempati kursi di sebelahnya dan tak ada yang mengajaknya berbicara. Bukannya ia tak memiliki teman, tapi memang ia yang tak berminat menjalinnya. Ya, apalagi dengan sejenisnya. Mereka hanyalah makhluk menyebalkan yang suka bergosip, mudah iri, dan pandai menghasut. Berteman dengan mereka hanya menambah beban, musuh, dan persaingan tak jelas.
Bel berbunyi, membuat siswa-siswi di ruangan itu berhambur duduk di kursinya masing-masing. Ekspresi gadis itu masih sama, meski sejujurnya ia sangat antusias. Oh, tentu saja bukan semangat seperti yang para murid berkaca mata tebal rasakan. Seulgi masih waras untuk membenci pelajaran. Ayolah, akui saja jika kalian lebih bersemangat dengan bel istirahat dan pulang dibanding bel masuk dan bel pelajaran. Tapi jika kalian merasakan yang sebaliknya, kalian tak normal.
Kelas itu seketika riuh, bisikan gadis-gadis genit terdengar kemana-mana. Dan ia baru sadar, pria dengan surai gelap dan wajah angkuh yang baru saja memasuki kelasnya sangat pandai mengunci perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HALF BLOOD VAMPIRE (THBV)
FanfictionPeople say history repeats itself. And that's true, You come to my life again, to take something that you haven't had the chance to it. "Why would you do that to me after I gave you everything that I had?" "You never give it, I take it." Most Impres...