Ep. 2

1.4K 167 5
                                    






“Tolong, kumohon lepaskan aku, suami dan anakku sedang menungguku.”

Gadis dengan pakaian serba hitam itu berjalan angkuh menghampiri wanita yang tersimpan di balik jeruji. Wajahnya bengkak, terlalu banyak memaksa air mata untuk keluar.

“Kumohon, anakku kelaparan dan suamiku belum kembali.”

Gadis itu tak bergeming, suara tangis yang terdengar amat memilukan itu bahkan tak menyetuh perasaannya.

“Aku tidak akan menangkapmu jika kau tidak lancang.”

“Maaf, aku mengaku salah. Kumohon lepaskan aku, kau wanita juga sepertiku. Tak bisakah kau membantuku?”

Membantu katanya? Apa ia tak salah dengar?

“Jika aku bilang tidak, itu artinya benar-benar tidak.”

“Aku memiliki bayi dan ia memerlukan ASI ku sekarang.”

“Hanya ASI kan? Aku akan menyuruh pelayanku memberimu alat untuk memeras ASI dan mereka juga yang akan mengantarkannya.”

“Tidak, kau tidak mengerti. Ia juga memerlukan diriku. Aku berjanji tak akan melakukannya lagi, aku juga akan diam saja tapi tolong lepaskan aku.”

Astaga, hatinya memeleh. Haruskah ia melepaskan wanita itu? Haruskah?

Mereka pikir ia pemain melodrama dengan peran protagonis yang bodohnya sudah tak bisa di tampung? Mulut manusia tak bisa di percaya. Mereka memohon, merangkak, bersujud, dan menangis hanya untuk fase tersulit.

Jika ia melepaskannya memang apa yang akan wanita itu lakukan? Ia akan tetap membeberkannya tak peduli dengan janji yang ia buat sebelumnya, tak peduli soal pengampunan yang telah di berikan. Lalu mereka, kaum berdarah akan berbondong-bondong menyerang kastanya. Lalu setelahnya wanita itu akan di anggap pahlawan, menjadi milyarder, dan hidup bahagia.

Hey sayang, akhir bahagia takkan mudah di dapatkan jika sudah bertemu dengannya.

“Jika anakmu kelaparan, apa yang akan kau berikan?”

“Apa?”

Seulgi menatap wanita itu tajam, ia tak suka mengulang perkataannya.

“ASI? Makanan? Apapun itu yang akan menghentikan rasa laparnya.”

Seulgi tersenyum, lalu memberi kode pada pelayannya agar melepaskan wanita itu.

Bukankah ia pintar? Seulgi menyukai jawabannya. Namun dalam persaingan, tak ada yang namanya seri. Bukankah si ranking 1 akan selalu bersaing dengan si ranking 2? Bahkan mereka sering bertukar posisi. Namun Seulgi tak suka bersaing, ia ingin mengukuhkan posisinya.

Karna mereka berdua sama-sama pintar maka harus ada yang mengalah, dan tentu saja ia yang akan menjadi juara bertahan.

“Adakan jamuan makan malam, aku ingin daging wanita itu menjadi menu utamanya.”

THBV

Ketukan dua pasang sepatu itu saling bersahutan, membuat irama yang tak seorang pun mempedulikan. Beberapa kendaraan yang lalu lalang hanya membantu memendam suara mereka yang bahkan hampir tak terdengar. Namun sang pemilik tak ingin bergabung, membuat rungunya membuka suara.

“Omong-omong bagaimana hari pertamamu? Apa menyenangkan?”

Jimin menatap gadis di sebelahnya malas, bukankah kemarin ia jelas-jelas melihat saat dirinya tersiram jus?

THE HALF BLOOD VAMPIRE (THBV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang