Gadis itu terus menatap sang lawan, dagunya ia topang dengan sebelah tangan tak mempedulikan pria di sebelahnya yang sesekali menengok. Ia tahu, pria yang menjadi objeknya pasti menyadari tatapannya, namun ia menyukai hal itu. Melihat bagaimana ia mengabaikan dan berlagak seolah tak mengetahui apapun.
"Apa dia kekasihmu?"
Seulgi memicingkan matanya, senyuman kecil terukir di sana. Akhirnya setelah beberapa jam berlalu pria itu berani membuka mulutnya.
"Tentu saja tidak, kau kan kekasihku."
Jimin mendengus lalu kembali memperhatikan Guru di hadapannya. Sebenarnya Seulgi berniat mengajak Jimin pulang bersama lagi meski tau dirinya akan di tolak, tapi sepertinya ia akan melakukannya esok karna harus memastikan sesuatu terlebih dahulu.
Suara nyaring yang di tunggunya berbunyi, membuatnya segera berdiri dan menghampiri Mino yang sedang merapikan buku-bukunya, "Aku ingin bicara denganmu."
Mino menatap gadis itu malas, ia sudah menduga hal ini akan terjadi. Ia sungguh mengutuk dirinya yang sampai kebablasan bicara dengan gadis itu.
"Sebentar, hanya lima belas menit."
Pria itu bangkit, menaruh sebelah ranselnya pada punggung lebar miliknya lalu menatap gadis itu sinis seperti yang biasa ia lakukan.
"Lima menit."
Gadis itu terkekeh, lihatlah betapa sombongnya pria itu.
Tangannya ia silangkan, wajahnya ia angkat. Sebenarnya ada dua hal yang membuatnya melakukan itu. Pertama, karna ia ingin bersikap angkuh, yang kedua, ya karna pria itu terlalu tinggi.
Harusnya pria itu bersyukur karna bisa bicara dengannya dan bukan malah menolaknya mentah-mentah, hey, itu cukup menyakiti harga dirinya. Memang kapan lagi makhluk rendahan sepertinya dapat bicara dan bahkan melihat wajah cantiknya dari dekat?
"Wah kau sungguh pandai menyianyiakan kesempatan, kapan lagi kau dapat bicara berdua denganku?"
Mino tak merespon, ia hanya menatap Seulgi datar membuat gadis itu mengalihkan pandangannya beberapa kali lalu kembali menatapnya dan begitu seterusnya.
Bukankah ia sudah mengatakannya tadi? Mata pria itu sungguh tajam dan alis tebalnya yang seperti ulat bulu mampu membuatnya tanpa sadar bergumam tampan.
Merasa sudah cukup lama berdiam gadis itu bergumam kecil mengiyakan. Ia mengerucutkan bibirnya dan berjalan mendahului Mino ke Gudang Sekolah, entah sedang bertingkah imut atau memang tak sengaja melakukannya pria itu tak peduli, ia tak akan pernah sudi terpikat dengan gadis itu.
"Jadi selama ini kau Serigala?"
Mino menatap Seulgi tak minat, bahkan dari lahirpun ia Serigala, "Jika tak ada yang ingin kau-"
Ucapan Mino terhenti karna Seulgi tiba-tiba menghimpit tubuhnya dengan dinding di belakangnya. Oh ayolah, ia itu anti berdekatan dengan seorang gadis.
"Kau tak memberitahu siapapun kalau aku itu Vampirekan?"
"Kau pikir aku anak kecil yang suka mengadu?"
"Kecil?" Gadis itu tertawa remeh lalu menatap kebawah.
"Ku yakin milikmu tak kecil."
Sungguh, Mino tak suka dengan orang mesum. Dan apalagi ia seorang gadis? Memalukan.
"Menjauh dariku jika kau tak ingin aku menyerangmu."
Lagi-lagi Seulgi tertawa membuat pria dihadapannya ingin sekali melayangkan tinjunya, "Apa kau tak tau definisi Putri sebenarnya? Kau menyerangku dan akan kubuat kastamu musnah."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HALF BLOOD VAMPIRE (THBV)
أدب الهواةPeople say history repeats itself. And that's true, You come to my life again, to take something that you haven't had the chance to it. "Why would you do that to me after I gave you everything that I had?" "You never give it, I take it." Most Impres...