Ep. 6

793 129 2
                                    



Deru mesin mobil saling bersahutan, namun keheningan lebih menjadi dominan pada kota dengan penduduk yang tak terlalu banyak itu.

Hari telah berganti, namun tak ada yang berubah. Gadis itu masih enggan membuka mulut akan hal yang sangat mengejutkannya. Oh tentu saja, bahkan saat ia belum menjadi Pemimpin sudah ada yang mulai berkhianat, lalu bagaimana jadinya jika kepemimpinannya di mulai? Mereka saja tak takut pada Ayahnya yang beringas, apalagi dirinya? Ia pasti di injak-injak.

"Kau masih tak ingin menceritakannya?"

Manik coklat gadis itu enggan menatap sang lawan, tak minat dengan percakapan yang pria itu buat. Ia lebih memilih melihat sungai panjang yang di suguhkan alam semesta, sangat damai. Berbeda dengan kehidupan yang di alaminya, berantakan.

"Aku bukan supirmu Seul."

Gadis itu berdecak, menoleh menatap Taehyung yang sesekali meliriknya.

"Aku harus membuktikan sesuatu."

"Soal apa?"

"Jimin."

Taehyung mengangguk, cukup bosan sebenarnya karna tak ada yang berkembang tentang kasus pria itu. Entah karna gadis itu yang lamban bergerak atau memang pria itu yang sulit untuk di selidiki, yang jelas kehadirannya sangat mengganggu.

"Kau membawanyakan?"

Butuh beberapa detik sebelum pria itu kembali mengangguk, "Ya sesuai perintahmu."

Mereka kembali menutup mulut, namun pertanyaan yang sedang berputar itu tak bisa di hentikannya, hingga belah bibirnya kembali terbuka.

"Apa itu sesuatu yang penting? Maksudku yang di katakan Profesor?"

"Hm. Tapi ku harap, yang di katakannya salah."

Jujur, entah mengapa Seulgi tak ingin mempercayainya, namun bukankah itu sudah jelas? Ia ingin menampiknya tapi jika memang itu kenyataannya ia bisa apa?

"Apa itu sesuatu-"

"Ya, sesuatu yang sangat mengejutkan, yang membuatmu ingin segera membunuhnya."

Mobil berhenti dan gadis itu langsung keluar darisana, meninggalkan prianya yang mematung, dan untuk pertama kalinya Pria Kim itu tak mengantarnya ke kelas.

ㄧTHBVㄧ

Jimin memandang Nayeon datar, sarapan tadi pagi sungguh menjengkelkan. Bisa-bisanya gadis itu membawa masalah mereka ke meja makan dan membuat kedua orang tuanya bertanya.

"Jadi kau masih marah?"

Tak ada jawaban. Gadis itu berjalan mendahului Jimin, tak ingin menatap pria pendek itu.

"Kau berlebihan sekali sih."

Tunggu, ia tak salah dengarkan? Berlebihan katanya?

Coba saja kalian bayangkan jika ada seorang pria yang mengatakan hal memalukan seperti itu, apa kalian tak marah? Jika tidak, kalian idiot.

"Baiklah aku minta maaf, puas?"

Hentakan kaki terdengar, gadis itu membalikkan badannya. Bukankah itu terdengar sangat di paksakan? Jika tak tulus meminta maaf lebih baik tak usah.

"Tidak."

Jimin menghela nafasnya pelan, bukankah kata-kata sarkas seperti itu sudah biasa ia lontarkan? Lalu kenapa gadis itu berlebihan sekali saat ini? Lagipula itu tak sepenuhnya salahnya, ia hanya kesal karna gadis itu terlalu ikut campur.

THE HALF BLOOD VAMPIRE (THBV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang