Genre : Sci-Fi, Mystery, Horror, Psychological, Thriller, Shounen
Eps : 12 eps (23mnt/eps)
Status : Finished airing
Studio : CloverWorks (cabang A-1 Pictures)
Rating usia menurutku : 13+
Sinopsis:
Ditengah hutan yang dikelilingi oleh tembok, terdapat panti asuhan damai yang di huni puluhan anak dibawah usia 12 tahun. Mereka dibesarkan dengan sangat baik oleh seorang wanita yang di sebut 'Mama'. Dan akan meninggalkan panti saat ada yang mengadopsi.
Namun ada yang aneh dari panti itu, seperti mereka dilarang keluar dari tembok. Terdapat tanda berupa angka di leher mereka. Dan semua anak yang telah di adopsi benar-benar menghilang tanpa jejak.
Semua keanehan pun terbukti saat Norman, dan Emma mengetahui suatu fakta bahwa panti asuhan itu adalah peternakan. Yang menghasilkan daging manusia berkualitas untuk dijadikan makanan monster. Anak-anak yang pergi dari panti selama ini bukannya di adopsi, melainkan dibunuh untuk menjadi santapan demon. Dari situlah, Norman, Emma, juga Ray, tiga anak tertua dan terpintar di panti membuat rencana untuk kabur bersama anak-anak yang lain sebelum ada yang dikorbankan lagi.
Tapi rencana mereka kabur tak berjalan semudah membalik telapak tangan. Ada mama yang selalu mengawasi mereka, banyak anak yang masih kecil dan cenderung menjadi beban, belum lagi dunia luar juga penuh monster.
Mampukah mereka yang masih berusia sebelas tahun melawan orang dewasa seperti Mama dan lolos dari monster?
Review :
Oke, aku akan usaha review dengan sejujur-jujurnya bagus atau enggak menurutku, dengan spoiler seminim mungkin.Aku suka gaya dark yang cringe dari anime ini. Konsepnya hampir mirip sama Darling In The Franxx, tentang anak-anak yang dikurung dalam bahaya, dikorbankan oleh orang dewasa. Apalagi keduanya satu studio pula. Belum lagi ost, dan BGM yang sangat mendukung.
Konsep terkurung dalam tembok yang dikelilingi bahaya monster kayanya udah sering ya, contoh lainnya kaya AOT dan ONS. Jadi di tiga episode pertama aku belum terlalu menemukan titik istimewanya anime ini. Ya ada bagian-bagian mengejutkan memang sejak eps 1, tapi kalau kalian udah kena spoiler atau baca manga duluan bagian itu bakal kerasa biasa.
Selain itu, menurutku pribadi genre dan temanya juga terlalu berat kalau dibawakan oleh tokoh anak kecil.
Tiga tokoh utama disini, Emma si pintar, atletis, tapi terlalu naif. Si jenius Norman yang terlalu dewasa untuk anak seusianya. Dan Ray yang gak kalah jenius, paling realistis tapi agak egois. Sifat mereka, pergolakan batin mereka tu beneran gak kaya anak usia dibawah 12 tahun. Aneh aja gitu, anak yang bahkan belum remaja udah bisa mikirin hal-hal semacam strategi, atau pemberontakan. Tapi yah, karena ini fiksi, mereka ceritanya jenius, dan di besarkan dengan cara berbeda, masih bisa dimaklumi lah kalau mereka sifatnya jadi begitu. Lagipula manusia kalau terdesak otaknya pasti main juga.
Bisa dibilang, justru keberanian mangaka memakai tokoh anak dibawah umur untuk konteks cerita berat, menjadi sisi unik tersendiri dari Yakusoku no Neverland.
Eps 4 keatas aku mulai menikmati dan menemukan sisi 'nagih' dari anime ini. Emang kadang unsur konflik ceritanya itu ketebak, tapi resolusi yang akan disajikan justru gak terduga dan bikin penasaran. Menurutku yang bagus dari anime ini malah jalan pemikiran tiga karakter utama yang cerdas. Perkembangan karakternya bener-bener gak terduga, sampai bikin bingung ini mana yang kawan mana yang lawan.
Kurasa, meski kalian udah kena spoiler garis besar ceritanya, bakal tetep ada rasa penasaran dan kesan tersendiri waktu nonton. Ada beberapa plot twist, juga permainan otak yang akan menggugah rasa penasaran kalian. Jadi gausah takut bosen.
Inilah salah satu alasanku nonton Yakusoku no Neverlend. Enggak lah, bukan Emma, aku udah ga suka loli-lolian. Maksudku aku suka penggambaran ekspresi di anime ini. Deep gitu, jadi feel pas nontonnya lebih berasa. Belum lagi permainan ekspresi yang dilakukan Emma dkk, kok bisa bocah bikin fake smile sesempurna itu. Padahal mereka lagi menghadapi kematian 👏
Untuk aman enggaknya, karena karakternya anak-anak jelas gaada adegan fulgar, atau fan service yang begituan lah ya. Bahkan meski dari konsep kayanya full action, aslinya malah enggak banyak action. Jadi kurasa cukup aman. Ada adegan kematian sih, tapi itu juga gak terlalu gore atau sadis masih batas normal.
Kurekomendasikan kalian lanjut baca manga abis liat animenya. Endingnya gantung, menurutku 12 eps untuk anime sejenis ini tu kaya kurang porsi. Animenya justru berakhir di bagian yang bisa kusebut start. Tapi bagusnya, 2020 nanti anime ini lanjut ke season 2 kok.Kesimpulannya, anime ini layak tonton. Keren, dan jadi salah satu judul anime winter yang gak aku drop.
#cieyanganimefavoritnyagwreview
#cieyanglangsungpengennonton
KAMU SEDANG MEMBACA
Anime Lovers Zone
Non-FictionHighest rank 2 in Nonfiction / 19 Desember 2017. 4 in Nonfiction / 20 Januari 2018. Thanks dukungannya minna-san!!!! ? Ini cuma tulisan absurd yang kami buat saat ada waktu luang. Semua isinya tentang anime. Kadang kami ngereview anime recomended, b...