Part : 6

0 0 0
                                    

Dilihatnya jarum baker basket itu berdiri di titik 10.00 WIB. Fikiran itu masih belum bisa terbuang.
  “kok jadi bingung gini gue” ucapnya ketika mulai membuka buku mini warna putih dengan gambar dua orang karikatur.

  ‘ngantuk’ masih belum dirasakan Kiki. masalah sekecil itu membuatnya tak bisa fokus dengan buku yang sedari terbuka.

Dengan terpaksa ia harus memaksakan diri pergi ke dermaga malam malam. Ia kemudian mengambil jaket putihnya dengan sepatu hitam. Kiki mengambil motornya yang kebetulan ada diluar garasi. “eh, bentar deh. Keynara udah tidur nggak ya?” Kiki mengambil ponselya dan mencoba menghubungi teman kecilnya.

     Nada gentel terdengar nyaring dikamar perempuan Leo. keynara terkejut dan pergi dari lamunannya yang sedari berdiam diri depan kacanya. Keynara mengambil ponselnya. “halo” salam pertama dengan wajahnya yang sedikit terlihat penuh mgantuk.

     “ke dermaga, mau nggak? Lagi pusing nih.” Keynara bangun dari baringannya ketika mendengar ajakan Kiki. “ok deh. jemput aku. Tapi, mamaku gimana?”

     “udah tidur kan. Yaudahlah.”

     Keynara langsung mengambil jaketnya warna putih bergambarkan kota paris dan memasang sepatu putihnya. Keynara keluar kamar secara diam diam. Ia berjalan pelan pelan agar mamanya tidak mengetahui kepergiannya.

     Butuh dua menit Keynara bisa keluar dari rumahnya yang tidak terlalu kecil. Terlihat Kiki sudah menunggu diluar. Keynara langsung menghampirinya dan langsung naik dimotor Kiki.

     “kamu ada masalah apa sih co. tumben ngajak aku kepantai.”

     Tanya keynara ketika motor sport itu mulai membawanya.

     “tau deh. lagi pusing banget.”

     Mendnegar jawaban Kiki, keynara merasa kecewa. Ia berusaha memperhatikan benda benda abstrak ditepi jalan untuk menutupi kemarahannya.

     Ditengah perjalanan, Kiki kembali diingatkan dengan Anggista sehingga ia tak bisa fokus mengendarai motonya. Pandangannya mulai memburuk. Ia sudah menyerah mengendarai motor. Kiki membawa Keynara ke restaurant ‘COFFE CUP’ tak jauh dari pantai. “kamu nggak papa kan kita makan disini?”

     “terserah” Keynara tak bisa berkata apa apa. Ia pasrah. Yang penting Keynara harus bisa melupakan masalahnya.

Mereka duduk dikursi yang kebetulan cukup untuk mereka. Keynara penuh dengan kediamannya. Apa yang bisa ia katakan. Penyesalan mulai sedikit keluar dari fikiran Keynara.
Keynara hendak mengatakan sesuatu pada teman kecilnya, tapi ia terganggu oleh pelayan restarant yang mulai menawarkan beberapa makanan dan minuman.

Kiki menawarkan pada Keynara yang sedang diambang kebingungan sampai ia kehilangan kata kata. “Hot Coffe” Jawabnya.

     Terlihat sepertinya Keynara bersiap siap mengatakan sesuatu pada teman kecilnya. Ia mulai mengatur nafasnya. Walaupun tidak berpengaruh pada ucapannya nanti.

     “coco” keynara gugup. Kiki menoleh kehadapan Keynara.

     “iya,,,,ada apa?” sahut Kiki dengan santai. Sementara keynara bingung. Kata katanya lari mendadak. “oh, nggak kok. Nggak ada apa apa.” Kiki mengerutkan jidatnya. Tanda kaget, penasaran.

Keynara kecewa pada dirinya sendiri. Dimana kata yang hilang? Kenapa bisa tiba tiba hilang. Mungkin karena nervousnya yang terlalu tinggi.

     “kamu tumben cantik?” DEG! keynara mengerutkan jidatnya.

“apaan sih. Gila kamu ya? Emang dari dulu udah cantik.” Balasnya sembari mengaduk coffe light tea dengan sedotan putih. Yang tadinya Keynara sempat kaget dengan ucapan Kiki yang membuat hatinya luluh seketika.

JUST A DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang