part :16

0 0 0
                                    

Hari ini. Masih tetap pada biasanya. kiki menghampiri Anggista. entah apa yang akan ia katakan pada Anggista. wajahnya terpenuhi kekesalan. Beruntung Anggista sudah ada ditaman. Kiki mulai berkata keras pada Anggista.

     “kamu kenapa sih Ki. Marah marah nggak jelas. Gila kamu ya. Buat apa aku bilang sama Keynara kalo kita jadian. Yaudahlah aku mau masuk dulu.” Anggista meninggalkan kekesalan pada Kiki.

     Sejak kejadian itu, Anggista, Kiki, bahkan Keynara saling tidak menyapa. Terutama pada kemarahan Anggista pada Keynara yang dianggapnya mengganggu hubungan antara Anggista dan Kiki yang sedikit mulai renggang. Namun, apa jadinya jika akhirnya Kiki memang tidak menyukai Anggista.

     Setelah hampir satu tahun masalah mereka belum juga selesai. Keynara memilih pergi dari kehidupan mereka. PARIS. Kota ketiga setelah Bogor dan Jakarta. Ia memilih pidah kampus disana. Ia ingin fokus melanjutkan pendidikannya.

Walaupun memang Jakarta sudah banyak melukis kisahnya dengan orang orang yang dekat dengannya. Apapun yang terjadi. Pilihan tetap menjadi isyarat untuk bisa melangkah.

     Dan..!!! sebuah pesawat mulai tepat didepan mata. “PARIS AIR LIANS” lima menit mulai bersiap siap terbang. Keynara masuk ke pesawat dengan tubuh sedikit melemas. Dengan wajah yang meragukan. Sebuah kejadian di Jakarta yang tidak akan ia ketahui. Sebuah kekecewaan yang mungkin ada pada Kiki yang tidak akan ia ketahui. Sebuah ketetapan benci pada Anggista yang tidak akan ia ketahui. Semua akan menghilang sementara. Selama berdiri di Paris, mungkin ia bisa menemukan hidup baru. Sebuah kejadian yang mungkin baru dan akan dirasakan sendiri tanpa seorang Kiki.

     Melaju dengan kecepatan cepat. Sudah sangat terlambat jika Kiki mengejarnya. Sebuah kekecewaan tanpa Keynara yang mulai ia rasakan. Kiki terus menatap PARIS AIR LIANS itu. mencoba meluncurkan pandangan matanya pada Keynara. tapi mustahil. Pesawat sudah dibalik awan. Pulang dengan kecewa. Marah. Semuanya berubah. andai Kiki masih diberi kesempatan bertemu kembali dengan Keynara. tapi semoga saja begitu.

     “SETEGA ITU KAMU KEY. KENAPA! AKU MULAI BELAJAR NYIPTAIN KEINGINAN KAMU ITU. AKU UDAH BISA. TAPI KAMU PERGI. AKU BENER BENER KECEWA SAMA KAMU. KALO PUN KAMU SURU AKU BUAT SUKA SAMA ANGGISTA. NGGAK MUNGKIN. LEBIH BAIK AKU PILIH JAUH DARI KAMU. AKU NGGAK BISA SUKA SAMA ANGGISTA.”

Satu persatu foto Kiki dan Keynara yang tepat digenggaman Kiki, mulai mengeras menjadi bola yang cukup besar. Ia lemparkan kepantai dan tak disisakan satu foto hasil potret dari camera sejarah itu.

     Kiki mulai pergi ditengah sinar cahaya dari beberapa mobil yang tersorot pada tubuhnya. Malam yang mulai tersinari dengan bulan itu. Kiki tetap marah marah. Ditengah ramainya mobil mobil yang melaju cepat. Beberapa bel bebrbunyi menandakan jika Kiki sedikit kurang meminggir. Namun tetap tidak ia hiraukan. Apapun yang ia fikirkan. Tetap akan menjadi kefokusannya. Sampai pada mobil merah yang menghantam tubuhnya. Aliran darah mulai mengalir. Tersesak nafasnya. Tubuh mengguling hingga pada sebuah batu besar yang juga menghantam kepalanya. Dunia mulai tersisa sedikit dimatanya.

     Apa. Apa yang akan ia rasakan selanjutnya. Bagaimana. Anggista terus kebingungan didalam mobilnya. Apa yang harus ia lakukan. Kabur. Tidak mungkin. Itu Kiki. Anggista ketakutan. Ia tak bisa menahan keringtanya yang mulai membasahi kepalanya akibat sebuah tabrakan yang tak sengaja dilakukannya pada Kiki. Semuanya hal ketidak sengajaan.

Tanpa sebab, Anggista melarikan diri dan berusaha tidak membuat semua orang curiga dengannya.

     Kejanggalan yang menimpanya. Apa yang dilakukan Keynara setelah ia tahu jika kepergian Kiki menjadikan sebuah tragedi miris yang menimpa Kiki. sementara Keynara masih menikmati perjalanannya. Fikirannya mulai ia kosongkan. Hidup baru yang akan membuatnya lurus.

     “dokter. Pasien parah segera ditangani dok! Tapi dari tadi nama keynara menjadi sebutan utamanya sampai sekarang. Saya akan coba cek handphonnya.”

     R. OPERASI. Mulai terisi oleh Kiki. dokter dan enam susternya yang mulai menegnakan pakaian serba hijau. Apa isyaratnya? Operasi. Hah. Kiki dioperasi. Ya, darah yang keluar dari tubuh Kiki melampaui batas sehingga ia harus menjalankan operasi.

Sementara suster pada bagian pengunjung mulai menghubungi Keynara yang baru saja sampai di bandara paris. “halo”

     “coco.”

     Balasnya sembari membawa koper merahnya yang terlihat sangat ribet ditengah keramaian orang.

     “maaf. Ini dari rumah sakit AMANDA. Atas nama Kiki. Apa benar anda Keynara.”

     “iya. Benar. Ada apa. Kiki kenapa? Dia nggak papakan.”

     Keynara terhempas keterkejutan. Suara suster membuatnya mulai kembali mengingat masa Jakarta.

     “kiki sedang dirawat akibat tabrakan keras yang membuatnya harus dioperasi. Anda bisa segera kesini.”

     Ketika kehidupan lurus mulai depan mata. Ada saja penghalang yang menghentikannya. Handphone putih terjatuh dengan sendirinya. Koper juga mulai lepas dari tangan putih itu. dunia yang mulai sedikit berubah. kenapa harus terhalang. Keynara langsung membeli tiket untuk bisa kembali ke Indonesia walaupun impiannya harus berhenti sampai disini. Untuk Kiki. akan melakukan apapun selama itu membuat Keynara dan Kiki tetap bersama.

     10 jam sudah bisa ditempuh menuju Indonesia dengan pesawat dari paris yang melaju kencang. Keynara mulai berlari dengan kopernya. Mencari tempat dimana Kiki berada.

     Ya. Ia tepat didepan ruangan itu. dilihatnya dari kaca yang tak terlalu besar. Kiki yang setengah sadar menatapnya dari ruanagn operasi. Tangis keynara sangat parah dari tangisan sebelumnya. Ternyata masih ada yang lebih perih dari yang lebih perih.

     Kiki mengulurkan tangannya pada Keynara ditengah operasi yang sedang berjalan. Menambah tangisan dari mata perempuan anti infuse. Keynara yang sangat phobia pada infuse. Akhirnya bisa diakhiri. Ia bisa menahan dengan melihat seseorang yang diharapkannya bisa selamat.

     Namun apa? Operasi memang berjalan lancar. Tapi nafas Kiki yang tak bisa lancar. Sebuah takdir menghampirinya. Suara sesakan nafas darinya harus diakhiri saat ini juga. Apapun yang menjadi kenangan dirinya bersama Keynara adalah hal paling terindah disisa hidupnya.

Tragedi lazim yang menjadikan Keynara benci pada siapaun yang menabrak Kiki. Jerit tangisnya mengucap jika ia harus membalas pada orang yang menabrak Kiki.

JUST A DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang