The Quidditch World Cup ( I )

1.1K 121 0
                                    

"Tidak terasa ya Angee- Wood pulang lebih awal. Padahal kan kalau berangkat dengan kita juga tidak masalah. Ya tapi begitu aku juga tahu kalau dia akan berangkat dengan keluarganya."

Mr. Podmore membuka gorden yang menampakkan sorot cahaya sang surya. Cahaya itu menerobos masuk ke dalam kamar milik Angee. Sementara dirinya masih terselubung dalam selimut tebal berwarna biru langit itu.

"Dad, Oliver tentu akan berangkat bersama ayah dan ibunya. Karena apa? Itu karena seluruh keluarga Oliver ingin bersamanya. Bukan cuma aku kan?" balas Angee tersenyum melihat ayahnya yang duduk di seberang ranjang miliknya.

"Jadi kau tidak sedih?"

"Mana mungkin Dad tercinta, Oliver sudah berada di sini. Itu meringankan perasaanku," terang Angee kepada ayahnya yang mulai menarik selimut anak perempuannya itu.

"Dan aku senang kau bisa kenal dengan anak itu, setidaknya dua kakakmu itu entah kapan akan mengenalkan gadisnya padaku. Aku juga bingung dengan Dommy- kira-kira kau tahu siapa pacarnya?" tanya Mr. Podmore sangat ingin tahu.

"Tanya pada Dominique Dad, aku jelas tidak tahu. Atau mungkin Ant tahu tentang pacarnya. Atau juga bisa dia belum memiliki pacar," kata Angee.

"Dommy pasti tidak mau jujur padaku, Nak! Sungguh Merlin dia itu."

"Lebih menyebalkan Ant kurasa. Anakmu satu itu ingin membuatku sengsara kurasa Dad," kata Angee melipat bibirnya.

"Ayolah Angee, Anthony hanya suka menggodamu. Aku yakin sekali dia lebih menyayangimu daripada apapun," kata Dad membuat kuping Angee terasa gatal.

"Membahas konyol itu di pagi hari kurasa bukanlah hal yang cocok Dad. Apa sudah dapat tiket Piala Dunia?" tanya Angee antusias.

"Pasti!! Kita kebagian Bulgaria lawan Irlandia!!" seru Mr. Podmore kencang.

Tidak lama pintu Angee membuka lebar dan Anthony masuk dengan menguap. Rambutnya yang agak panjang acak-acakan sehingga membuatnya tampak seperti pangeran yang habis berperang- namun bagi Angee kelihatan seperti permen kapas yang diberi tambahan wig.

"Dapat tiket Daddy?" tanyanya kemudian mendekat ke ranjang Angee sebelum dia mulai bersandar pada bantal yang terbaring di sebelah adiknya.

"Tentu Toms!" begitu Mr. Podmore memanggil anak laki-lakinya itu dengan panggilan akrab. Seperti Angee yang memanggilnya dengan kata 'Ant' yang menurutnya mirip dengan semut. Sosok yang sering bergerombol, pekerja keras, dan nyelekit terkadang kalau dia bicara saat kesal. Rasanya Angee seperti ingin melemparkannya ke sarang Aragog.

"Dad dukung apa?"

"Irlandia pastinya Ant!" sahut Angee sebelum Mr. Podmore berbicara.

"Bulgaria! Dad pernah bilang kalau dia suka Krum!" celetuk Anthony nyinyir.

"Dasar! Mungkin kan Dad suka Krum saja- aslinya ya dukung Irlandia, benar kan Dad?" kata Angee meyakinkan dengan ngotot. Mr. Podmore mengacungkan jari telunjuknya sebelum ingin berbicara, tetapi Anthony memotong aksi ayahnya itu.

"Bulgaria Angee!!"

"Irlandia!"

"Bulgaria!"

"Irlandiaaaa!!!"

"Diaaaaaaaaaaaaaaaaam!!!" seru Mr. Podmore geram dengan kedua anaknya yang keras kepala itu. Satunya tidak mau mengalah dan yang satu tetap ngotot.

"Aku Irlandia!" kata Mr. Podmore keras.

"Yeeeeaaaah!!!" teriak Angee puas.

"Yah Daddy!!! Bulgaria lebih baik tau!" celoteh Anthony kesal dan mendekap kedua tangannya. Saat ini bibir Anthony cemberut dengan mata yang terus-terusan menghindari kontak mata dengan Angee.

Look at My Eyes Princess (Oliver Wood Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang