Hogwarts adalah tempat dimana seluruh kisah indah dapat dilukis dengan sangat baik. Begitupula menghasilkan gambaran yang dapat menjadi masa depan.
Di tengah kerumunan murid yang antusias melihat calon peserta Turnamen Triwizard, Harry beranggapan sesuatu. Disitulah Fred dan George meluncurkan aksinya dengan segala cara yang mereka gunakan untuk memperdaya piala api yang menjadi tempat seleksinya.
"Yeeaaaah! Wooo!" seru mereka berlari dengan antusiasnya. Terdengar sorakan yang datang dari asrama Gryffindor. Mereka semua menyemangati si kembar Weasley karena keikutsertaannya.
"Bagaimana mungkin? Maksudku— kalian memang benar akan melakukannya?" tanya Angee heran dan sekaligus merasa aneh.
"Shh! Sudah kubilang kan? Fred dan George— Gred dan Forge ini akan meluncurkan aksinya! Wuhuu!" sorak George senang. Lebih tepatnya teramat senang.
"Kau yakin itu akan berhasil? Lagipula Dumbledore sudah memberikan mantra batas usia di sekeliling piala api. Bagaimana kalian melakukannya?" ujarnya yang memang masuk akal.
Profesor Dumbledore memang memantrai sekeliling piala api agar dapat menyaring murid berusia tujuh belas tahun ke atas. Hal ini dikarenakan Turnamen Triwizard memang berbahaya. Sudah lama turnamen ini tidak dilaksanakan karena memakan korban.
"Kau sangat pintar Nona Granger," ujar Fred yang menunduk di sampingnya.
"Tapi kalah pintar dengan kami," tambah George.
"Kau tahu ramuan usia? Nah kami menggunakan itu," tutur Fred.
"Memangnya akan berhasil?" tanya Hermione sedikit meremehkan. Fred dan George hanya terkekeh mendengar pertanyaan Hermione.
"Tentu saja. Rasanya sama seperti mimpi, haha!" seru Fred.
"Haha!"
Fred dan George bangkit dan mengeluarkan sebotol kecil ramuan usia. Mereka mengocoknya kasar dan meminumnya dengan gaya yang unik.
"Siap Fred?"
"Siap George!"
"Untuk diri kita!" sahutnya bersamaan. Mereka menenggak ramuan itu dan terjun ke dalam lingkaran mantra piala api.
Tidak ada hal aneh. Mereka berhasil melewatinya. Sejenak sorak anak-anak Gryffindor menjadi-jadi. Mereka puas dan pamer.
Saat memasukkan nama pada piala api pun tidak ada masalah. Si kembar ini yakin bahwa jalannya akan mulus. Kemenangan bagi Gryffindor berada di depan mata. Mereka bersorak lebih kencang dan heboh.
Angelina Johnson tertawa. Sementara Harry dan Ron memperhatikan kedua orang beruntung itu. Tapi hal aneh seketika itu terjadi. Dari dalam piala itu menyemburkan api berwarna biru yang mengenai si kembar Weasley— mereka jatuh terpental ke belakang.
"Ough!"
Hal aneh itu bereaksi lebih cepat. Rambut Fred dan George berubah menjadi putih beruban. Dan mereka memiliki jenggot seperti Nicholas Flamel. Terlihat kekesalan dalam wajah mereka.
"KAU YANG BILANG FRED!"
"KAU YANG BILANG PADAKU GEORGE!"
"OH AYOLAH KAU YANG BILANG!!"
Fred dan George memukul satu sama lain. Bergelut, berbaring, dan saling melawan— tetapi mereka berbaring di lantai. Angee tertawa lepas. Sorakan meriah muncul seketika meneriakkan, "Pukul! Pukul! Pukul!"
Ron tidak kalah suara dengan anak-anak lain. Dia lebih mengeraskan suaranya. Harry tertawa hingga kacamatanya yang bulat sedikit merosot ke bawah. Dan Hermione menatap dengan aneh. Sama sekali tidak tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Look at My Eyes Princess (Oliver Wood Story)
FantasiYear 3 to the next! Berawal dari pertemuan mereka pada tahun ketiga Angelina Podmore di Hogwarts, kesetiaannya pada Oliver Wood tidak pernah bisa tergantikan. Harry, Fred, dan George mengetahui kisah cinta mereka dari awal mula mereka bertemu. ...