Eye Glare

835 108 0
                                    

    Malam itu begitu dingin. Memang terkesan hangat untuk menyambut delegasi sekolah lain, tetapi tidak dengan cuaca kan?

    Harry berjalan mendahului Angee yang hampir saja beranjak dari tempatnya duduk. Kerumunan anak Hufflepuff mengantri memanjangi lantai aula karena ingin bertemu dengan Krum.

    "Apa yang disukai gadis sih sebenarnya?" tanya Hermione mendadak muncul dari kerumunan itu. Tidak lama Ron menyusul dengan wajah kesal.

    "Kau tahu kan kalau dia seeker terhebat di dunia Hermione!" rengeknya, "ya tentu saja mendapatkan tanda tangannya itu sulit! Mumpung dia di Hogwarts kan kesempatan tidak datang berkali-kali!"

    "Terserah apa katamu, Ron," cetusnya, "lain kali ajaklah Harry untuk ini."

    Angee tertawa kecil melihat dua orang ini berseteru. Tiap kali mereka sedang jengkel, pasti mereka akan terlihat seperti pasangan yang baru saja menikah.

    "Kau tidak kesana Angee?" tanya Fred.

    "Tidak tertarik. Lagipula Ant telah menjadikan rasa mual pada mulutku tiap kali dia menyebutnya," ungkap gadis itu memijit pelan pelipisnya.

    "Tidak perlu di dengarkan semut nakal itu. Kau mau ke asrama? Kami akan mengawalmu," tawar George ramah.

    Memang kedekatan mereka seperti bunga dan lebah. Tak dapat dipisahkan, tetapi kadang saling menjengkelkan.

    "Aku mau," kekehnya.

    "Ayo Angee!"

    Agak sulit keluar dari kerumunan gadis yang tergila-gila dengan Krum. Hermione mengoceh panjang lebar karena kekesalannya pada Ron. Sesekali Fred dan George melemparkan lelucon dan lagu itu lagi. Wajah Ron merah padam.

    "Akan kutulis pada Mum kalian meledakkan toilet Myrtle!" ancam Ron yang suaranya semakin tertelan dengan jeritan gadis-gadis Krum.

    "Lain kali ajari dia bagaimana cara mengikat rambut Fred," kata George, "dia jadi agak stress kalau seperti itu."

    Angee tersenyum kecil. "Sebentar George, dia juga adikmu," sahut Fred.

    "Sebenarnya aku dan George membuat permen kenari berbulu Angee. Oh dan permen lidah liar," jelas Fred.

    "Kau perlu ke St. Mungo untuk mendapat perawatan setelah makan permenku. Kau mau?" tawar George.

    "Bagaimana bisa Angee yang seperti ini kalian ubah menjadi penyihir layaknya Bellatrix?"

    "Wow, kau sudah tahu Bellatrix rupanya," sahut mereka bersamaan.

    "Kau pikir? Ayolah, keluarga kita anggota orde," ucap Angee lirih.

    "Ya, ya kami tahu."

    "Er—kurasa aku akan ke toilet. Kalian bisa meninggalkanku," kata Angee sedikit menyeringai.

    "Ada apa? Kami bisa menunggu," lagi-lagi George menawarkan diri pada gadis itu yang menggaruk kepalanya tidak gatal.

    "Tidak— maksudku, kau tahu kan perempuan mengalami siklus itu?"

    "Oh baiklah. Tapi apa kau tidak apa-apa kami tinggal Angee?" tanya Fred.

    "Apa ada nada takut dariku?"

    "Tidak," jawab mereka bersamaan.

    "Baiklah kalau begitu. Aku duluan," kata Angee menyegerakan diri pergi me kamar mandi.

    Beberapa menit setelah dari kamar mandi, Angee memutuskan mengubah arah jalan. Dia memilih jalan yang memotong agar lebih cepat sampai asrama.

Look at My Eyes Princess (Oliver Wood Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang