The Chosen Triwizard

808 100 1
                                    

    "Miss Fleur Delacour dari Beauxbatons!"

    Sorakan tepuk tangan menghiasi aula besar. Fleur—dari Beauxbatons berhasil terseleksi dalam Turnamen Triwizard tahun ini.

    "Kedua— Viktor Krum dari Durmstrang!"

    Ledakan tepuk tangan tertuju padanya. Anak-anak gadis menyorakinya tanpa henti. Mungkin ini adalah suatu kebanggaan untuknya.

    "Ketiga— Cedric Diggory dari Hogwarts!!"

    Kali ini Hogwarts benar-benar ricuh. Teriakan muncul dari meja Hufflepuff diiringi Ravenclaw. Angelina Johnson memasang wajah masam karena ini. Tapi bagaimanapun juga Cedric adalah perwakilan dari seluruh murid Hogwarts.

    Kejutan yang sangat mengejutkan muncul. Piala itu menerbangkan satu kertas yang terbakar lagi. Wajah-wajah yang mengawasi kali ini benar-benar tegang. Hanya tiga penyihir yang mampu masuk dalam turnamen ini, bagaimana ada satu penyihir lagi?

    "Harry Potter," lirih Profesor Dumbledore, "HARRY POTTER!!"

    Suara menggema dengan kerasnya dalam aula. Harry memandangnya dengan takut. Apa yang terjadi padanya? Padahal dia sama sekali tidak memasukkan namanya dalam turnamen ini. Kenapa itu bisa terjadi.

    Semua mata menuju pandang kepadanya. Harry tidak tahu kenapa seluruh siswa tidak berkutik dari tempatnya duduk. Tidak ada suara lain kecuali suara Profesor Dumbledore yang menyuruh seluruh peserta masuk dalam ruang khusus juara.

    "Harry," lirih Angee cemas. Harry bangkit berdiri dan menghampiri Profesor Dumbledore dengan rasa gemetaran. Remaja usia 14 tahun sepertinya mana mungkin masuk dalam turnamen seberbahaya ini. Dia juga tidak mengikutsertakan namanya.

    "Oh Tuhan! Apa yang dilakukannya?" tanya Hermione panik.

    "Aku tidak percaya padanya! Dia membohongiku! Dia bilang dia tidak akan ikut turnamen ini—"

    "Ron! Tidakkah kau mengerti kalau Harry berusia 14 tahun?! Seharusnya kau mengerti itu! Fred dan George yang masih berusia 16 tahun tetap ditolak walau menggunakan cara apapun!" bela Angee pada Harry yang entah apa yang dia lakukan di ruangan khusus itu. Angee yakin dia akan dimarahi habis-habisan oleh Profesor Dumbledore.

    "Aku tidak peduli padanya! Dia membohongiku!!" cetusnya sangat marah. Angee tidak pernah melihat Ron semenyebalkan ini sebelumnya. Hermione memilih untuk bungkam dan Seamus— ekspresinya berubah setelah mendengar Harry ikut turnamen itu. Dia marah. Sangat marah seperti Ron. Mengapa dua orang ini tidak pernah mengerti pada mulanya?

    "Hei! Gryffindor merebut kebanggaan kami!" protes anak Hufflepuff yang diiringi kekesalan anak Hufflepuff lain.

    "Jangan kuatir! Kita punya Cedric! Cedric lebih pandai dari Potter yang sok itu!"

    Berkali-kali hinaan tentang Harry muncul. Angee dan Neville merasa sangat cemas dengannya. Fred dan George hanya membalas kekesalan mereka dengan celotehannya tentang Diggory.

    "Hei Weasley! Apa Pottermu itu membohongimu?!" seru Malfoy dari mejanya. Crabbe dan Goyle tertawa keras. Saat-saat seperti inilah yang biasanya memancing kekesalan Angee.

    Tidak ada jawaban dari Ron. Wajahnya masam. Terlihat seperti burung Flamingo pemarah— seperti Bibi Muriel— kata Fred.

Look at My Eyes Princess (Oliver Wood Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang