Asrama Gryffindor dipenuhi wewangian khas yang muncul dari perapian. Neville terdiam menatap bara api yang menyala-nyala. Sementara itu, Seamus dan Dean berusaha untuk meyakinkan Ron dengan sekuat mental mereka.
"Kau dengar Ron? Pesta akan dimulai dan kita tidak mendapat pasangan. Siapa yang mau?!" teriak Seamus frustasi. Dean menyela, "kau kira kami juga mau sendirian datang ke pesta?"
Neville menengok pelan. Dia terlalu mengambil pusing atas kericuhan itu. Harry datang dan menertawai mereka. Toh bagi Harry perdebatan itu tidak berguna. Sampai dia pikir dialah peserta Triwizard dan harus memiliki pasangan untuk memulai pesta besarnya.
"Ah apaan Hermione itu! Tidak mau bicara apapun padaku!"
"Ron, jangan menyalahkannya—"
"Tunggu Harry! Kau membelanya lagi. Sudah kukatakan dia sombong sekali akhir-akhir ini," cerca Ron kesal.
Mendadak hening.
"Harry, kau sudah pecahkan apa isi telur itu?" tanya Hermione yang muncul dari kamar atas.
Ia menuruni tangga dengan sangat cepat dan mendatanginya hingga akhirnya berhenti menatap Ron dengan garang.
"Be—"
"Jangan kau katakan kelanjutannya. Aku sudah tau. Sampai kapan kau akam menunda?"
"Diamlah Granger! Berisik!" umpat Ron.
Angee yang sedari tadi berada dibalik kursi besar tempat Neville bersandar menengok kebelakang. Dan betapa kagetnya Seamus mendapati sejak kapan ia ada disini.
"Debat lagi huh?" tanyanya memutar bola mata.
"Satu hal lagi—" ujar Angee berbalik, "besok adalah ujian ramuan. Kalian yakin tidak belajar?"
"Apa?!" seru Ron membulatkan mata. Bahkan mereka sama sekali tidak ingat. Seakan ada pusaran angin di dalam perut Ron, dia akhirnya memutuskan menarik Harry dengan cekatan. Membawanya pergi entah kemana.
Tidak lama Seamus, Dean, dan Hermione meninggalkan perapian. Tersisa Neville yang duduk sendirian.
"Nah seperti ini kan bagus, tenang— oh, Neville? Kau tidak belajar?"
"Bagaimana mungkin?! Profesor Snape?!! Aku tidak pernah benar dalam pelajarannya Angee," serunya frustasi.
"Setidaknya kau berusaha belajar malam ini Neville," ujar Angee memukul kepala Neville dengan perkamen yang berisi tentang catatan ramuan harian. "Baca itu."
"Tunggu— hei! Mau kemana kau Angee?!"
"Ke perpustakaan tentunya!"
-oO0Oo-
Angee beberapa kali menyapa anak Ravenclaw. Terutama Padma— entah apa yang membuatnya kelihatan murung. Tidak seperti saudara kembarnya yang berada di Gryffindor yaitu Parvati. Apa ia murung karena besok akan diadakan ujian ramuan?
Sepasang mata abu-abu berhasil tertangkap oleh matanya. Giv berdiri di ujung koridor dengan wajah soknya yang dingin. Tidak berbeda dengan wajah Malfoy.
"Hentikan tatapanmu itu Giv," kata Angee memalingkan wajah.
"Memang kenapa?"
"Kau tanya kenapa sekarang?"
"Lalu aku harus menanyaimu apa?"
"Kau tidak akan menanyaiku apapun," ujar Angee yang langsung meninggalkan Giv di tempat.
Angee melangkahkan kakinya di koridor gelap yang sangat dibencinya. Hingga entah darimana datangnya seekor kucing menyebalkan yang berkeliaran di sana. Kucing itu berwarna hitam ke abu-abuan dengan garis mata yang aneh— seperti bentuk kacamata.
Benar saja tidak lama kucing itu menjadi seorang profesor yang tersenyum padanya.
"Halo Miss Podmore," sapanya.
"Ah, halo Profesor McGonagall," sahutnya.
"Kebetulan aku bertemu denganmu. Tadinya yah— aku ingin meregangkan otot kakiku setelah lelah berhari-hari."
"Tapi aku tidak suka ekor," gumamnya.
"Miss Podmore, bisa ikuti aku? Jadi aku ingin menyampaikan sesuatu padamu. Malam dimana pesta dansa akan dimulai, kau jangan pergi bersama siapapun—"
"Tapi kenapa profesor?"
"Dengarkan dulu tolong. Ikuti saja perintahku. Bisakah ke ruanganku? Aku perlu membicarakan sesuatu padamu,"
"Baiklah profesor," keluh Angee.
Bagaimana dia bisa tidak datang dengan siapapun? Lalu sama saja ia tidak menikmati pesta dansa ini. 'Tugas prefek sialan'.
Sementara itu, Harry bersama dengan Ron masih ragu akankah datang bersama dengan Parvati dan Padma. Bagaimanapun Harry adalah peserta triwizard mau tidak mau ia harus datang bersama Parvati.
Sorenya Ernie menemui Angee untuk membicarakan hal-hal yang disukai Angee. Ernie berpikir bahwa Oliver tidak ada disini maka ia akan mengajaknya berdansa. Tapi malam nanti ia akan mengajaknya.
"Aku tidak tahu kau menyukai dansa Angee," kata Ernie.
"Ya aku belajar sedikit dari ibuku. Apa kau ingin melihat bulan Ernie? Belum larut malam untuk pergi melihatnya," ajak Angee.
"Larut malam pun menurutku tidak apa. Karena kita akan berjaga lagi. Melelahkan memang, tapi bersama sahabatku mana ada lelah," ujarnya membuat Angee tertawa.
Mereka menuju halaman samping dan berbaring di atas rumput. Memandangi bulan yang terang dan indah. Ditambah kapal dari Dumstrang yang bersandar menambah kesan elegan danau itu pada malam hari.
Suara kicauan burung dan indahnya gemerlap kepik yang berterbangan membuat suasana tidak terkesan sepi. Angee sangat menyukai suasana seperti ini. Sangat menenangkan.
"Kau menikmatinya Angee?"
"Tentu saja. Bukankah suasana malam ini sangat indah?"
"Ya tentu Angee," ujarnya.
"Wah-wah, sepertinya aku mengganggu," kata suara yang dikenali Angee sebagai Giv.
Angee mendongak menatapnya dari tempat ia berbaring. Wajah Giv nampak jelas dari bawah.
"Kau?"
"Kau berada di dekat kapal Dumstrang jadi bukan salahku aku kemari untuk merelaksasikan diriku," ujar Giv membuat Angge memutar bola matanya.
Ernie menatap Angee dengan tatapan bingung. Angee mengenal anak Dumstrang? Sejak kapan?— pikirnya.
"Apakah Angee mengenalmu?" tanya Ernie pada Giv yang bersandar di dekat bebatuan.
"Ia mengenalku."
"Kau tidak pernah membicarakannya Angee," kata Ernie.
"Itu tidak penting Ernie," jawab Angee.
"Jelas membutuhkan keberanian jika berteman dengan Dumstrang. Apakah dia baik?" tanya Ernie berbisik.
"Tidak tahu."
"Hei kenapa kau menjawab seperti itu? Aku mendengarnya," kata Giv yang mengeluh soal namanya disebut-sebut.
"Maaf kawan, kurasa dia sedikit tidak enak perasaannya. Makanya aku bawa ia kemari," tutur Ernie.
"Padahal aku yang mengajakmu tadi Macmillan," bisik Angee dengan nada galak. Ernie tersenyum mendapati Angee yang memasang wajah menggerutu seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Look at My Eyes Princess (Oliver Wood Story)
FantasyYear 3 to the next! Berawal dari pertemuan mereka pada tahun ketiga Angelina Podmore di Hogwarts, kesetiaannya pada Oliver Wood tidak pernah bisa tergantikan. Harry, Fred, dan George mengetahui kisah cinta mereka dari awal mula mereka bertemu. ...