"Kay hp kakak lowbat, tolong dong ambilin casan di atas meja belajar gue."
Sunyi, tidak ada jawaban sama sekali.
"Kayla, denger gak sih?" Alvaro bergegas beranjak dari kamarnya.
"Dek! Queensha! Dimana sih nih orang?" Pekik Alvaro selagi mencari keberadaan adiknya.
Tetap tidak ada yang menjawab. Alvaro panik, ketika menyadari adiknya tidak berada di rumah.
"Sep, lo liat adek gue gak?" Tanya Alvaro pada Asep, sopir pribadi yang bekerja di rumahnya.
"Bukannya pergi ke mini market?"
"Iya emang dia tadi bilang mau ke mini market. Dia ke sana sama siapa dong kalo lonya aja ada di sini?"
"Adek lo bilang mau jalan kaki ke sana, udah ditawarin mau dianter tapi dia langsung pergi gitu aja."
Gaya berbicara Asep layaknya seorang teman tidak seperti sopir pada umumnya. Ya, alasannya karena Asep adalah teman dekat Alvaro sejak ia menetap di Bandung. Berusia sekitar 20 tahunan, berkuliah di salah satu universitas dengan biayanya sendiri, melihat sang ayah hanyalah satpam di rumah ini. Begitu beruntung bisa berteman dengan Alvaro tanpa memandang status dan latar belakangnya.
"Sial, gue lupa ini Bandung bukan Jakarta, jauh mini market dari sini. Bodoh banget lo Al."
Kepanikan Alvaro dipicu karena membayangkan Kayla yang akan marah ketika sudah pulang dan menyubit bagian perutnya hingga meninggalkan noda biru yang tidak akan hilang selama berhari-hari. Alvaro tidak ingin merasakan hal yang sama seperti yang terjadi 3 tahun lalu, Alvaro tidak masuk sekolah karena memar akibat ulah sang adik.
Tanpa pikir panjang, ia langsung membuka garasi dan menghidupkan mesin tersebut untuk menjemput Kayla secepat mungkin.
Ketika baru sampai di gerbang, motor itu tiba-tiba berhenti. Bukan karena kehabisan bensin atau pecah ban, melainkan karena sosok penampakan yang sedang berdiri seraya menatap tajam ke arah Alvaro, dengan rambut acak-acakan, muka memerah, baju kusut, dan raut wajah yang seperti menyimpan dendam padanya. Ia menatap nanar tanpa berkedip sedikit pun, membuat bulu kuduk Alvaro merinding. Suasana mencekam begitu terasa. Percayalah ini bukan setan biasa.
Alvaro mengambil napas dalam-dalam dan fokus membacakan doa-doa. Namun naas, sosok yang dihadapinya tidak kunjung pergi.
"Kayla lo kenapa berantakan?" Alvaro pun turun dari motornya, memberanikan diri untuk berbincang dengan sosok tersebut.
"Pikir aja sendiri! Bayangin gue harus jalan jauh-jauh ke mini market cuma buat beli es krim dan harus ketemu sama cowok dingin gak jelas. Sedangkan, lo di rumah main game dan sekarang baru mau jemput? Telat tau gak." Ocehan yang menyakitkan telinga pendengarnya. Tidak cukup sampai disitu, ia mendorong dan menendang dengan sekuat tenaga untuk menjatuhkan motor yang tengah terparkir itu. Brakk, sungguh malang nasib motor Alvaro yang harus menjadi pelampiasan dendam seorang Kayla. Entah makhluk apa yang membantunya, kini kendaraan berwarna putih tersebut terdapat lecet dimana-mana dan salah satu spionnya pecah.
"Bodo amat, yang penting perut gue aman." Batin Alvaro.
Tidak menghiraukan motor yang tergeletak itu, Kayla segera berlari menuju kamarnya, sungguh hari yang melelahkan.
☆☆☆
Bandung, Senin 23 Juli 2018
Gadis manis itu menatap pantulan dirinya di cermin, mengenakan pakaian putih abu-abu dengan rok pendek selutut, rambut panjang yang dibiarkan terurai, jam tangan yang melekat pada tangan kiri, sudah dapat dipastikan jam tersebut berwarna pink, tertulis Kayla Anandita Queensha R. di bagian dada kanan baju tersebut, meyakinkan pada hatinya untuk memulai kehidupan baru dengan membangun kembali pertemanan dari awal dan mengukir kisah indah disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queensha
Teen FictionKayla, gadis anggun yang terpaksa harus masuk SMA Texas di Bandung. SMA yang tidak benar-benar ia inginkan dan memaksanya melupakan cita-cita terpendam itu untuk menjadi siswa di SMA internasional Jakarta. Akankah ia menyesal atas kepindahannya? Gad...