#11 Serigala Penghukum

1.2K 197 200
                                    

Persetan dengan cinta pandangan pertama. Berulang kali netra kita bertemu, aku tahu kau masih enggan membalas perihal rasa ini.

Sirius bilang ragaku tak kasat mata, pantas saja kau belum mencintaiku. Melihatku saja kau pun tak mampu, bodoh. Jendelamu penuh belenggu masa lalu, ku mohon enyahlah. Beriku sedikit ruang, sebab rembulan sang pelita malam tidak mengizinkanku menyerah, ini terlalu dini untuk mempersilakan benam aksara itu terbit.

[][][]

Sang raja siang bergegas pergi menuju ufuk barat karena tugasnya hari ini nyaris usai.

Pukul 17.30

Sudah hampir satu jam lebih gadis anggun itu berdiri tegap di depan pagar tinggi yang melingkup gedung sekolah. Pandangan matanya kosong sempurna tak bertuan.

"Kay! Kayla! Udah sore nih, mau sampe kapan lo diem di situ?" Cowok jangkung itu membuka suara di tengah kesunyian yang menerpa, seraya membuka kaca helm yang sedari tadi menghalangi wajah indahnya. Namun, wanita yang menjadi lawan bicaranya kini tetap terpaku bungkam. Diam seribu bahasa.

"Gak akan ada angkot yang lewat jam segini, percaya sama gue! Mending lo balik bareng gue, Kay." Pria itu kembali membujuk sang gadis keras kepala tersebut.

Hening, lagi.

"Gue tinggal nih?!" Ia menggeber motornya yang menimbulkan suara bising dan kepulan asap hitam knalpot.

Hening, lagi dan lagi.

"Gue serius!" Teriaknya untuk meyakinkan. Kayla hanya melirik samar tak bergeming.

"Satu... dua.., dua seperempat.., dua setengah.., ti..." Hitung Farel layaknya Marc Marquez yang hendak meninggalkan garis start.

Gadis manja itu kini tersenyum masam seakan tahu si pria tidak akan dengan mudah meninggalkannya menyendiri. Dan benar saja, sepuluh menit menggeber motor, Farel menyerah. Ia turun dan menghampiri gadis tersebut. Melipat kedua tangan di depan dada, menyandarkan diri pada gerbang sekolah, lalu diam. Mengikuti persis seperti yang Kayla lakukan sejak tadi.

"Lo masih mikirin yang tadi ya?" Tebak Farel sambil menoleh ke arah cewek yang berada di sampingnya. Sosok yang lebih memilih bersandar pada gerbang sekolah daripada pundak Farel.

"Gue gak apa-apa kok. Lagian ini gak seberapa buat gue, santai aja." Sahut Farel tak menghiraukan sakit yang membekas hebat di sekujur tubuh. Ia ingin terlihat baik-baik saja di hadapan Kayla.

"Maaf kak..." Kayla akhirnya bersuara lirih setelah sekian lama membatu.

"Ngh... lo gue maafin," Farel memberi jeda. "Dengan syarat lo harus mau jadi pacar gue." Sambung pria itu dengan gamblangya.

"Hah?!" Kayla terperanga, manik gadis itu terbelalak dan membulatkan bola matanya bersamaan. Terlihat sedikit terkejut.

"Dalam kamus hidup gue, gak ada kata penolakan! Mulai detik ini lo resmi jadi milik Farel Ghifari seutuhnya." Cowok itu tersenyum sumringah sembari memasukkan tangannya ke dalam salah satu saku celana abu-abu itu.

"Lo gila?!!" Pekik Kayla terdengar nyaring bagai gaungan gemuruh petir.

"Lah, lo percaya gitu aja sama omongan gue tadi? Gue bercanda, sumpah. Mana mungkin seorang Farel Ghifari jadian dengan Kayla Anandita bla, bla, bla. Pacaran hari ini besok gue udah mati kali di tangan Abang lo, noh! Lagian lo gak usah minta maaf kali, bukan salah lo kok." Jawab Farel meluruskan hal tersebut. Kaki tangan Alexis itu masih sangat sulit mengingat nama gadis di sebelahnya, maklum ia sangat benci pasal menghapal.

QueenshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang