#5 Tradisi

2.6K 369 263
                                    

Happy reading
Don't forget to vote my story :)

Happy readingDon't forget to vote my story :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

||~~||

Arloji tersebut mengatakan bahwa sudah dua jam gadis itu berada di balkon kamarnya. Dan sudah berjam-jam pula ia menatap layar ponsel itu, menuliskan ribuan pesan demi setitik harapan. Berulang kali menelpon tanpa ada jawaban.

Tak terhitung sudah berapa kali telapak kakinya berlalu-lalang di atas lantai balkon ini. Terlihat begitu gelisah di tengah sunyinya malam, disaat semua penghuni rumah itu telah merangkai mimpi mereka masing-masing, meninggalkannya seorang diri. Menunggu kabar burung yang tak pasti kebenarannya dan memaksa dirinya menanti kapan gerbang itu akan terbuka.

Kayla berharap semuanya baik-baik saja dan berusaha membuang jauh-jauh pikiran buruk yang menghantuinya. Kini, tubuh gadis mungil itu sudah terbaring lemah di atas sofa diselimuti dinginnya malam yang menusuk tulang.

☆☆☆

Sementara itu, Alvaro tengah terdiam menatap gedung usang di hadapannya. Gedung tua yang telah lama terbengkalai, namun kini berubah menjadi markas "Devillion". Devillion, salah satu lawan terberat bagi Alexis. Devil, dapat diartikan sebagai iblis. Sedangkan lion, si raja hutan. Sudah tidak perlu diragukan lagi bagaimana kekuatan singa, akan merasa terganggu bila ada pesaing dalam lingkaran kehidupannya. Brutal ketika mematikan mangsanya dan tidak mengenal teman atau musuh, yang terpenting bertahan hidup dan menjadi satu-satunya raja. Sedikit membayangkan bagaimana rupa Devillion, singa berbentuk iblis.

Tidak jelas hal apa yang mereka permasalahkan selama ini. Perkelahian antara keduanya sudah menjadi tradisi bahkan tertulis dalam garis kehidupan, dan ini adalah takdir yang tidak bisa terelakan. Saling menjatuhkan satu sama lain hanya untuk memenuhi ego, ingin terkenal dan menjadi yang paling ditakuti di Bandung.

"Lo yakin disini tempatnya?" Tanya Alvaro.

"Yakin Al, udah gue cek waktu itu." Jawab Farel selaku kaki tangan Alexis.

"Yaudah masuk! Tunggu apa lagi?" Perintah Alvaro yang cukup jelas. Namun, tetap tidak ada yang bergeming mereka mengacuhkan kata-kata yang dilontarkan dari mulut Alvaro.

"Ngapain lo orang masih disini? Mulai takut hah? Kalo takut pulang aja lo orang sana! Cuci muka ganti baju pake piyama sekalian." Alvaro mencoba membangkitkan teman-temannya dari rasa takut.

Satu per satu anggota Alexis masuk ke dalam gedung itu, menyusuri setiap ruangan untuk mengecek keberadaan salah satu teman mereka yang tertangkap oleh Devillion. Berharap ini bukanlah akhir riwayat Alexis ketika mencoba menyusup sarang iblis bak neraka itu. Dengan perlahan mereka menaiki anak tangga yang mulai rapuh, mengikuti setiap jejak darah yang ada.

QueenshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang